KBR68H-Kepikiran nggak, benda-benda di sekitar kita itu jika dipukul, diadukan atau digesek, bisa jadi bunyi-bunyian yang indah? Tentu mukulnya nggak sembarangan mukul, ada ritmenya Sobat Teen. Orang menyebutnya sebagai musik perkusi. Pasti udah nggak asing lagi kaann?? Nah, kali ini kita bakal cerita soal sembilan komunitas dari daerah dan ibukota yang unjuk kebolehannya bermain perkusi. Nggak cuma nampilin musik, tapi ada pesan yang dibawa juga lhooo. Waduh, apaan tuh?? Mau tahu bagaimana serunya?? Simak yuk Cerita Kita yang disusun sama Kak Erric dan Kak Ika.
Pernah dengar orang menabuh tong, memukul-mukul botol atau malah menjadikan panci sebagai alat musik? Perpaduan kesemuanya itu nantiny akan menghasilkan musik yang beda dari biasanya. Seni inilah yang kemudian disebut sebagai seni musik perkusi.
Perkusi memang menjadi bahasa musik yang paling dekat dengan anak-anak. Ini karena elemen musik perkusi bisa berasal dari benda apapun dan bisa diamainkan oleh siapapun. Enggak heran kalau komunitas Perkusi bisa tumbuh subur. Makanya Sanggar Akar sampai bela-belain ngadain acara Festival Perkusi Remaja ini.
Oom Ibe Kariyanto dari Sanggar Anak Akar bilang, tujuan pembuatan Festival ini salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan bermusik anak-anak di komunitas perkusi. Hmmmm, trus, selain mengasah ketrampilan bermusik, ada tujuan lain lagi nggak sih Oom?
“Akademi ini tidak hanya mendorong ketrampilan mereka bermusik. Tapi kita juga pengen mendorong penguatan komunitas itu sebagai community entrepreneur, jadi socialpreneur. Jadi dari akademi ke festival, kita masih akan terus melanjutkan pendampingan. Jadi kita akan coba push mereka untuk menjadi komunitas yang punya kemampuan berkelanjutan,” kata om Iskandar.
Melihat aksi teman-teman di festival itu, pemain perkusi kawakan Kak Hendrikus nggak meragukan lagi bibit-bibit unggul pemain perkusi muda ini.
“Banyak yang punya potensi, dan akan lebih baik lagi. Musik itu tidak hanya sebagai media saja, tetapi juga menjadi bahasa, ungkapan untuk mereka berbicara. Tidak hanya mengenai bahasa yang verbal, tapi musik perkusi ini menjadi bahasa kedua untuk mereka. Dan ungkapan itu mereka jabarkan dalam penampilan mereka. Saya coba lihat kelompok dari Porong, Sidoarjo, mereka punya problem yang hingga kini masih berjalan. Artinya ungkapan mereka terhadap lingkungan eksternal itu sangat terasa sekali. Mereka untuk mengungkapkan secara verbal itu sudah tidak mungkin, untuk memberontak ya lewat media musik (perkusi) itu sendiri,” terang kak Hendrikus.
Penampilan komunitas perkusi di festival ini memang beragam banget sobat teen. Seperti sobat teen korban lumpur Lapindo. Mereka menampilkan tidak hanya aksi perkusi tapi juga aksi teatrikal. Para pemain membentangkan poster yang berisi ungkapan perlawanan pada kasus di daerah mereka yang enggak kelar-kelar ini.
Selain perlawanan dari Sidoarjo, ada juga nih yang nggak kalah keren. Teman kita dari Sanggar Perkusi Tanoker, Jember punya konsep pertunjukan yang heroik lho. Lewat perkusi, mereka pengen menceritakan perjuangan mereka saat ditinggal bapak-ibunya menjadi buruh migran.
“Konsep kita kali ini, banyak anak yang bapak ibu-nya jadi buruh migrant. Jadi mereka itu kadang-kadang dititipkan ke kakeknya, ke tetangganya bahkan ada yang sudah tidak ketemu 14 tahun. Jadi kita coba angkat itu, kita berjuang walaupun sedang ditinggal bapak-ibu kita. Jadi hampir 80 persen, bapak-ibu kita sedang bekerja atau pernah bekerja di luar negeri. Jadi kita coba berjuang melalui perkusi dan egrang,” cerita Moksa dari Sanggar Tanoker.
Yang ini nih, juga dari sanggar Tanoker, Faisal, siswa kelas 2 SMP Negeri Ledok Ombo, Jember, Jawa Timur. Dia ngerasa seneng banget ikutan festival ini.
“Kamu megang apa ni? Jimbe. Asyiknya apa sih main perkusi? Yaaa seru aja, menenangkan hati. Kamu senang nggak ikutan festival perkusi muda ini? Seneng, kan banyak teman-teman. Bisa kenalan sama banyak teman,” ujar Faisal.
Katerine, Siswa kelas 2 SMK Negeri 3 Malang setuju banget sama Faisal. Selain dapat banyak temen kamu dapetin apalagi nih, Katerine?
“Kalau aku sih numbuhin kekompakan itu cepat. Trus, kalau dengar melodi dari teman-teman lain itu kan beda dengan kita ya, jadi kita bisa saling belajar dari kelompok lain. Baik dari Pare, Klaten itu pelan, kalau di saya kan cepet lalu pelan pelan pelan.” Kata Katerine.
Tuuuuh, potensi teman-teman kita yang ada di daerah, keren-keren juga khan?? Mereka menyuarakan pendapat mereka lewat perkusi Sobat Teen. Jadi nggak mesti dengan konvoi atau gagah-gagahan di jalan kannn?? Mana nih dari daerah lainnya?? Ditunggu kreatifitasnya menyampaikan suara para remaja ya!! Kalau yang ini lewat perkusi, mungkin Sobat Teen punya ide lain?? Yuuuukk lahhh!!
Musik Perkusi, Unik dan Bernilai Lebih Buat Remaja
Kepikiran nggak, benda-benda di sekitar kita itu jika dipukul, diadukan atau digesek, bisa jadi bunyi-bunyian yang indah? Tentu mukulnya nggak sembarangan mukul, ada ritmenya Sobat Teen. Orang menyebutnya sebagai musik perkusi.

Jumat, 19 Jul 2013 14:33 WIB


musik, perkusi, remaja, sanggar Tanoker, sanggar akar
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai