Pernah membayangkan tidak, bagaimanaya kalau sampai
hari ini ibu Kartini masih ada? Kira-kira beliau bakalan melakukan apa ya buat
negeri ini? Yakin deh, salah satu agenda penting beliau adalah menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
Agenda yang satu ini memang wajib dan kudu banget terus dilakukan sama
semua orang dari semua kalangan. Contohnya saja para siswa SMA Santa Laurensia
di Alam Sutera Tangerang.
Hari itu ratusan siswa SMA Santa Alurensia sudah siap duduk manis sembari lesehan di gedung olah raga sekolah mereka. Sobat teen ini bersiap merayakan hari Bumi dan Hari Kartini di sekolah mereka. Keren deh acaranya.
Acara dibuka tari-tarian tradisional, dimulai dengan tari saman lalu dilanjutkan tari kecak Bali.
Setelah asyik menikmati persembahan tari, kini giliran acara puncak. Beberapa nona cantik tampak luwes berlenggak lenggok memeragakan busana di atas panggung. Uniknya, mereka ini tampil dengan busana hasil daur ulang. Desainnya nyentrik dan dijamin nggak ada deh di pasaran.
“Yang di luar dugaan dari kita, mereka bisa mendesain barang-barang bekas, seperti koran yang dipadukan dengan daun dan kain-kain, ternyata hasilnya sangat baik. Dari sini kami melihat bahwa, anak-anak muda kalau diarahkan untuk apa sih makna hidupnya, pada akhirnya mereka akan mengerti kok, mereka harus memelihara bumi,” kata ibu Ivonne dengan penuh kebanggaan.
Ibu Ivonne ini adalah guru kesiswaan di SMA Santa Laurensia. Ibu Ivonne dan beberapa guru lainnya bener-bener terkesima dengan penampilan sobat teen di atas panggung. Ajib banget deh.
Pantas aja kalau Ibu Ivonne terkesima banget soalnya nih pakaian yang diperagakan itu ada yang terbuat dari koran, lalu memakai dedaunan. Ada juga yang memakai kardus. Keren abis deh.
Kok bisa sih kepikiran buat bikin pakain seheboh dan sebagus itu?
“Kita bikin desain dress yang terbuat semuanya dari bahan bekas. Atasnya itu terbuat dari karton bekas poster kami, yang pernah kami bikin sebelumnya. Dan itu simpel banget. Itu cuma dilipat, dibolongi lalu dikasih ban batik di bagian belakang. Lalu kita juga menggunakan roknya dari tirai bekas, kan biasanya tirai ada dua lapis, yang digunakan biar nggak silau (kelambu), yang agak transparan itu. Lalu kita juga menggunakan koran untuk dress ala pea-cook, yang agak ngembang di belakang. Itu koran, dilapisi daun kering dan diikat di pinggang,” cerita Lidwina soal baju rancangannya.
Lidwina, siswi kelas 2 SMA Santa Laurensia ini adalah salah satu yang berhak mendapatkan gelar “Best dresses”. Hebat deh kamu.
Lidwina dan gaun rancangannya ini memang keren habis. Menurut Pak Teja, salah satu juri, gaun Lidwina ini dipilih karena desainnya yang detail, selain itu, peraga yang dipilih Lidwina memiliki ekspresi yang pas dalam pembawaannya di atas panggung.
“Karena memang pertimbangannya ada beberapa aspek, seperti dari kostum desainnya sendiri cukup detail. Kemudian bukan dari kostum saja, tapi bagaimana dia menampilkan apa yang sudah dirancang lalu ditampilkan ke penonton dengan baik. Kemudian ekspresi si pemakai baju ini, selain itu bagaimana cara jalannya, totalitasnya. Kita sengaja menilai ini, karena aspek percaya diri juga menjadi penilaian, selain penggunaan bahan recycle. Kita melatih lewat event ini bagaimana anak-anak tampil percaya diri di depan teman-temannya,” ujar pak Teja.
Kreatif banget ya Lidwina dan kawan-kawannya di Santa Laurensia.
Teen Voice jadi ingat surat ibu Kartini kepada Stella Zeehandelaar. Beliau menuliskan: “Tiada berjuang tiada menang, aku akan berjuang, Stella, aku hendak merebut kemerdekaanku. Aku tiada gentar karena keberatan dan kesukaran.”
Agaknya kegigihan Ibu Kartini sudah menular pada sobat teen di Santa Laurensia. Kegigihan mempertahankan semangat juang, memelihara bumi, dan kegigihan menjadi remaja tangguh! Kamu jugakan sobat teen?