Selama ini yang kita hanya tahu, kain tenun biasa dipakai oleh kalangan ibu-ibu atau oma-oma yang akan pergi ke pesta. Eiits, tapi jangan salah lho! Di era sekarang, kain tenun dirancang menarik agar bisa dipakai pula untuk kita sehari-hari. Jadi, enggak melulu dipakai untuk ke pesta. Sayangnya nih, bangsa kita belum banyak yang memanfaatkan kain tenun ini. Padahal, kain tenun adalah warisan budaya kita lho. Nah, melalui gerakan melestarikan tenun Indonesia, kak Ika Manan berkesempatan berbincang bersama Sekretaris Umum Cita Tenun Indonesia, Ibu Intan Fauzi Fitriyadi. Yuk kita simak dalam Bincang Kita.
Ibu Intan memang pentingnya kain tenun bagi kita sebagai bangsa Indonesia tuh apa sih?
Tenun itu kan sebetulnya sebagai heritage (warisan budaya) Indonesia, dan itu harus kita lestarikan. Karena kalau bukan kita siapa lagi. Dan saya rasa, harusnya anak-anak muda sekarang sudah mulai pakai ya. Kita juga sudah bawa tenun ini ke New York. Nanti hits di New York, tapi enggak hits disini oleh bangsa kita sendiri, siapa lagi.
Memang apa sih yang menarik dari kain tenun?
Tenun Indonesia itu beragam. Dari Sabang sampai Marauke itu ada, dan coraknya pun beragam. Dan juga untuk anak-anak muda itu banyak warna-warna yang pop. Jadi, bukan melulu dipakai untuk kondangan seperti menjadi kain dan selendang tapi juga bisa dibuat tank top, rok, blus, dan biarpun celana panjang kita mulai gunakan.
Apa yang harus dimiliki remaja supaya mereka bisa menenun?
Proses menenun itu banyak. Ada yang membuat pola dan motif, kemudian ada yang melakukan proses pewarnaan, lalu proses menenunnya ada yang dilakukan mulai dari yang termudah menggulung benang, dan sebagainya. Sebetulnya, kalau anak muda sekarang misalnya mereka sudah sekolah desain grafis, kemudian textile designer, dia itu bisa menjadi desainer tekstil untuk membuat pola, motif sehingga kemudian bisa dikelola oleh penenun.
Tapi, apakah yang tidak punya sekolah khusus tetap bisa belajar menenun?
Ya, bisa. Karena kan sebetulnya menenun itu adalah kecakapan.
Kalau kita lihat, harga tenun itu kan mahal ya Bu. Bagaimana supaya remaja itu bisa menjangkaunya?
Kalau harga sebetulnya bisa dijangkau, karena tenun itu memiliki karakter yang beda-beda. Kalau tenun yang biasa kita sebut untuk alat ATBM atau tenun datar, itu harganya relatif lebih murah, dan benangnya juga macam-macam. Ada yang benang katun, tentunya harganya relatif lebih murah dibandingkan benang sutra, dan mungkin kalau buat remaja itu lebih pas.
Apa remaja bisa buat tenun Indonesia?/ Kalau CTI itu punya program buat remaja enggak sih Bu?
Kita rencananya kedepan akan bekerjasama dengan desainer-desainer muda. Seperti kemarin kita berangkat ke New York, itu mempresentasikan hasil Auguste Soesastro dan Ardistia Dwi Asri. Mereka berdua itu relatif segmennya remaja dan juga mereka masih muda-muda, dan kita akan bekerjasama dengan sekolah-sekolah mode yang memiliki desainer-desainer pemula.
Apa harapan Ibu untuk tenun Indonesia dan para remaja kita?
Kami dari Cinta Tenun Indonesia berharap semoga kaum muda Indonesia juga bisa melestarikan dengan cara, mulai dari menggunakan tenun. Kemudian juga di daerah-daerah bagi para remaja bahwa tenun adalah warisan budaya kita, dan itu bisa menjadi nafkah yang sangat potensial.