Pernah enggak sih, Sobat Teen merasa bersemangat sekali menekuni sebuah kegiatan, menyanyi misalnya, atau melukis? Kemudian malah terbentur sama larangan orangtua? Iya sih, pasti orangtua juga punya alasan. Nah kalau sudah begini, kita harus pintar-pintar meyakinkan orangtua bahwa kita mampu. Bahwa kegemaran kita itu akan membawa manfaat. Bagaimana tuh ya? Kak Ika Manan sudah ngobrol-ngobrol nih sama Psikolog Anak dan Keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Kak Mira Amir. Kita simak aja yuk di Bincang Kita.
Kalau untuk ide kreatif dan bakat, sebenarnya bagaimana sih kak cara tahu bakat kita?
Bakat kita, kadang-kadang itu kayak perjalanan menuju kerak bumi. Perjalanannya jauh dan kok kayaknya enggak nyampe-nyampe. Bakat itu memang harus digali, digali, digali, digali... Kadang-kadang nyoba A, asyik, tapi ternyata kok enggak lama ya. Eh ternyata bukan A. Coba A dari A ke B ke C ke D kok kayaknya enggak kelar-kelar. Bakat itu kayak passion ya, semangatnya kita ya. Begitu kita melakukan apa yang menjadi bakat kita, itu jadi, kok gue semakin jago ya, kok gue semakin bisa ya. Oh iya, ternyata emang gue bisa. Jadi ketahuan bisanya di situ.
Kita harus mengikuti mana nih, kadang-kadang kita tahu bakat kita A tapi kita dilarang sama orangtua, itu kita harus bagaimana?
Suka dilarang sama orangtua yah? Ya memang harus diakuin bahwa tidak semua orang dewasa mampu mendengarkan kita. Tetapi sebenarnya orang dewasa itu bukan hanya sebatas orangtua kita atau guru-guru kita. Mungkin ada pelatih, pembina atau pengurus organisasi yang bisa menjadi motivator kita, yang bisa memberi inspirasi buat kita. Bisa dari bacaan atau media lainnya. Jadi sebagai remaja jangan berhenti mencari orang-orang di lingkungan kita, baik yang terdekat atau lingkup yang lebih luas untuk memotivasi kita ataupun memberi semangat kita untuk mengembangkan dan menggali bakat kita seperti apa.
Lalu, cara kita meyakinkan ke orangtua tentang bakat kita dan ini lho aku bisa berkembang dengan bakatku, itu bagaimana kak?
Kalau kamu enggak putus asa, enggak cepet give up (menyerah), mungkin mereka (orangtua) akan luluh. Tunjukan usaha kamu yang sungguh-sungguh, tunjukan memang kamu tidak menyerah di bidang itu. Jadi memang yakini, yakin dulu sama diri kamu. O iya aku memang ingin ini dan aku memang berbakat. Tunjukan kesungguhan itu. Apa melalui usaha, ketekunan, prestasi at the end. Tapi kadang-kadang orang dewasa melihat, kok anak ini tekun banget ya, kok enggak nyerah-nyerah.
Aku ada ilustrasi kasus, dia ingin jadi pemain bola kayak Fabregas. Tapi kok enggak jago-jago, dan ternyata someday dia bukan jadi pemain bola tapi jadi peliput bola. Mungkin dia bisa jadi pengemas acara bola, presenter bola. Jadi pada satu bidang, ini juga menjadi catatan orang dewasa, biarkan anak itu menyukai satu bidang itu. Nanti seiring bertambahnya usia mereka juga akan tahu. Ooh ternyata bola itu enggak cuma tentang pemain bola, gue juga bisa jadi owner club bolanya juga.
Berarti kita harus ngobrol dulu sama orang dewasa yang ada di sekitar kita juga ya?
Iya, dengarkan mereka juga. Kan sebagai remaja kita juga pengen didengarkan, kita ingin dianggap istimewa, ingin dianggap spesial dan diakui. Sharing aja dengan orang dewasa itu, tanya pendapat mereka, latih kemampuan komunikasi kamu. Karena kita tinggal di dunia ini kan tidak sendiri ya. Ada juga orang dewasa, yang mereka itu sudah mengalami banyak hal sebelum kita.
