Sobat teen, ada enggak yang kemarin ikut ke stadion Gelora Bung Karno? Itu loh untuk menyaksikan pertandingan persahabatan antara Indonesia Dream Team melawan Arsenal FC. Bagaimana perasaan Sobat Teen berada di antara puluhan ribu suporter yang memadati stadion? Pasti ramai sekali ya. Wuih…
Walaupun hasilnya cukup mengecewakan bagi pendukung Timnas, namun seluruh supporter yang hadir di stadion sepertinya begitu menikmati pertandingan tersebut. Mereka bernyanyi dan meneriakkan yel-yel untuk mendukung Arsenal FC dan juga Indonesia Dream Team.
Ngomong-ngomong tentang suporter, Sobat Teen tentunya tahu dong seperti pertandingan semalam, di dalam stadion itu biasanya terdengar suara nyanyian dan juga yel-yel untuk mendukung kesebelasan yang bertanding. Nah, bentuk teriakan atau nyanyian penyemangat ini dinamakan “Chants”. Baru tahu ya? Hehehe
Chants ini biasanya dilakukan oleh supporter secara bersama-sama dan dipimpin setidaknya oleh satu orang dewasa, sebagai pemimpin. Namun ternyata kegiatan mimimpin chants ini juga bisa dilakukan oleh anak kecil loh, Sobat Teen. Keren ya…
Hal tersebut dilakukan oleh seorang bocah pendukung klub sepak bola Belanda, PSV Eindhoven. Namanya Djarno Hoppenbrouwers. Sambil digendong oleh ayahnya, ia begitu bersemangat memimpin chants untuk tim kesayangannya tersebut. Padahal saat itu umurnya baru delapan tahun, namun semangatnya yang luar biasa mampu membuat supporter lain menanggapi aba-abanya dengan baik dan meneriakan yel-yel mendukung PSV Eindhoven.
“White boys,
Come on you boys in red,
Eindhoven we love you,
Wooooaaoo”
Nah, kata siapa anak-anak tidak bisa jadi pemimpin untuk orang dewasa? Nah, Sobat Teen intinya adalah jika kita ingin melakukan sesuatu, selama itu baik, maka lakukanlah. Walaupun mungkin ada yang menganggap kalo Sobat Teen belum mampu untuk melakukan hal tersebut, janganlah menyerah.
Cobalah tetap berusaha melakukan hal tersebut dengan semangat. Siapa tahu kerja keras kita akan membuahkan hasil dan mendapatkan apresiasi oleh orang lain (orang dewasa). (footbalburp)
Editor: Vivi Zabkie