Bagikan:

Aku Memang Berbeda Tapi Tidak Untuk Dibedakan!

Anak berkebutuhan juga bisa punya prestasi segudang. Kemal Avisena contohnya.

Kamis, 18 Jul 2013 13:32 WIB

Author

Teen Voice

Aku Memang Berbeda Tapi Tidak Untuk Dibedakan!

Anak Berkebutuhan Khusus, Down Syndrome, Kemal Avisena, Prestasi anak

Keterbatasan, tidak lantas membuat kita patah arang dong Sobat Teen. Seperti teman kita yang satu ini, Kemal M Rizky Avisena. Kemal adalah penyandang down syndrome. Namun, jangan salah, meskipun penyandang down syndrome Kemal juga tak kalah berprestasi dengan teman-teman lainnya. Mau tahu apa saja prestasinya? Kita simak Kemal di Cerita Kita yang disusun sama Kak Ika Manan.


“Nama saya Kemal, Kemal M Rizky Avisena. Saya sekolah di SD Al-Jannah, saya kelas 6 Century. Umur saya 12 tahun,” Kemal mengenalkan dirinya pada Teen Voice.


Itu tadi Kemal. Sepintas, ia memang sedikit terlihat berbeda dibandingkan orang kebanyakan. Namun, terlepas dari tampilan fisiknya, Kemal sama saja seperti anak laki-laki kebanyakan. Ia senang bermain dan mengobrol.


Kemal memang anak istimewa. Ia terlahir sebagai seorang anak down syndrome. Tapi, percaya deh, justru disitulah letak keistimewaan Kemal dibandingkan anak lain. Biarpun menyandang Down syndrome, kemal punya segudang prestasi. 


Mengutip dari Wikipedia, down syndrome diartikan sebagai kelainan genetik yang terjadi pada kromosom manusia. Kelainan ini berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Down syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Dulu orang menyebutnya sebagai mongolisme. Ini karena penyandang down syndrome memiliki ciri fisik yang khas seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid.  Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down. Hingga kini kelainan genetis ini disebut sebagai down syndrome atau sindroma down.

Kembali ke Kemal. Salah satu prestasi Kemal yang patut kita acungkan jempol adalah pada akhir Januari sampai Februari kemarin, Kemal dikirim ke Korea Selatan untuk mewakili Indonesia dalam Global Youth Activation Summit 2013.

“Aku di sana (di luar negeri) belajar, dan bikin web untuk menyebarluaskan kegiatan pesta olympic Indonesia. Kemal sudah pernah dapat apa saja sih? Dapat medali emas, perunggu dan perak. Itu untuk perlombaan apa? Itu dapat waktu Pekan Olahraga Nasional. Kemal yang di Korea Selatan ketemu teman dari mana saja? Dari Bahama, Filipina. Ngobrolnya pakai bahasa inggris? Iya, pakai bahasa inggris, asyik di sana. Main salju juga, dingin,”Kemal berkisah dengan riang mengenai pengalamannya ini.

Mamanya Kemal, Tante Early Roza cerita jatuh bangunnya beliau buat mendidik Kemal. Kemal memang terlahir dengan down syndrome, tapi itu tidak menjadikan Kemal harus diperlakukan berbeda.

“Beberapa kita eksplor, ada yang bilang: oh bagus nih berenang. Ternyata di awal-awal tahun dia takut air, makanya nggak cocok. Belum waktunya. Lama kelamaan dia suka. Terus kita coba lagi piano, ternyata progressnya tidak kelihatan. Terus kita coba biola. akhirnya ketemulah biola. Coba olahraga, karena dia nggak bisa diem, motoriknya bagus. Terus kita coba akhirnya di SOINA,” kata mama Kemal.

SOINA yang diceritakan mama Kemal tadi adalah organisasi yang menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olahraga untuk teman kita yang tunagrahita. Di SOINA, Kemal aktif bermain Bocce. Bocce ini salah satu cabang pertandingan di mana atlet berlomba melemparkan bola yang berukuran besar agar mengenai atau paling tidak mendekati bola sasaran yang ukurannya lebih kecil. Bola sasaran itu disebut “jack” atau “pallino”.

Selain bermain Bocce, Kemal juga rutin mengikuti les violin.

Kemal memang berbeda. Tapi, bukan berarti dia harus dibedakan. Buktinya Kemal  mudah berkomunikasi dan membaur dengan orang lain. Malahan, ujian nasional tahun ini Kemal juga ikutan lho.

 “Kemampuannya bisa dibilang rata-rata, masih bisa mengikuti yang lain. Walaupun bahasanya disederhanakan, maka kami pun ikutkan UN. Tapi dengan catatan, karena dia anak spesial, nanti pas di ruang ujian, dia ada guru pendampingnya. Untuk apa? Untuk menyederhanakan bahasa soal, maksudnya apa. Bisa ikut UN namun dengan catatan ada pendampingnya. Maksudnya apa, karena Kemal di matematika dia permasalahannya dia kurang bisa menyelesaikan soal cerita,“ kata Ibu Wita.

Ibu Wita, Wali Kelas Kemal benar-benar bangga sama anak didiknya yang spesial ini.

Kemal memang spesial.

“Pengen meraih prestasi dan ingin banggakan orangtua. Kami anak berkebutuhan khusus mengimbau agar yang lain bisa menerima dan tidak memandang orang-orang disabilitas dengan berbeda,” kata Kemal tentang cita-citanya.

Kemal dan anak berkebutuhan khusus lainnya memang berbeda, tapi tidak harus dipandang berbeda. Kemal sudah membuktikan itu.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending