Mendapatkan ide-ide baru bisa dimulai dengan membaca Sobat Teen. Kemudian, kita bisa memperkaya dan mengembangkannya dengan berdiskusi dengan teman, guru atau orangtua kita. Asal sudah dapat idenya, kita bisa mulai menuliskan konsep atau corat coret karya yang akan kita bikin. Ini pula yang sedang dilakukan puluhan insinyur cilik Indonesia. Hasilnya mereka berhaisl membuat model pengolah sampah untuk membuat lingkungan lebih nyaman. Yuk kita lihat apa sih yang dilakukan teman-teman kita insinyur cilik ini dalam Cerita Kita yang disusun sama Kak Ika Manan.
Banyak jalan menuju Roma, peribahasa yang pas untuk menggambarkan banyaknya cara buat mencapai cita-cita kita. Tak henti bertukar ide adalah salah satu caranya Sobat Teen. Seperti yang dilakukan teman-teman kita ini nih, para Insinyur Cilik. Mencari, menggali dan bertukar ide.
Kardus bekas, botol bekas, karton, galon dan peralatan lainnya menemani kesibukan insinyur-insinyur cilik. Beberapa teman, ada yang tengah serius membikin sketsa, gunting-gunting, ada juga yang menyusun botol dan kardus untuk dijadikan maket.
Acara yang dimotori Kementerian Lingkungan Hidup ini bertujuan membentuk generasi muda yang cinta lingkungan. Kita tanya sama Ibu Sri Wahyuni, Kepala Bidang Publikasi dan Kampanye Kementerian Lingkungan Hidup yuk. "Temanya tahun ini adalah ubah perilaku dan pola konsumsi untuk selamatkan lingkungan. Lomba insinyur cilik itu adalah lomba anak-anak kita lombakan untuk membuat desain alat pengolah sampah dari barang bekas. Untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan ke anak-anak dan memanfaatkan barang bekas untuk menjadi bahan pengolah sampah," jelas Ibu Sri.
Tidak langsung dalam bentuk jadi Sobat Teen. Para insinyur cilik ini membuat tiruan atau maket dari model mesin pengolah sampah yang akan dibikin. Tentu saja dengan konsep dan ide yang tersusun sistematis.
Seperti teman kita yang satu ini, Ibrahim, siswa kelas 4 dari SD Prima Sakinah ini sedang corat-coret di kertasnya saat Teen Voice menghampiri. Ibrahim sedang membuat sketsa mesin penggiling sampah, sisa makanan atau sayuran. "Sayuran itu dimasukkan ke dalam sini. Di dalamnya telah ada mesin penggiling, mesin penggilingnya digerakkan oleh dinamo. Setelah sayurannya hancur, sayurannya masuk ke tabung dan keluar jadi kompos. Karena kompos itu biasanya terdiri terdiri dari makanan (organik) atau pupuk kandang. Pupuk kandang kan susah dicari, karena itu kami memakai sisa makanan," kata Ibrahim.
Ide itu didapatkannya dari membaca dilanjutkan dengan berdiskusi bersama teman sekelompoknya. Hampir sama dengan Ibrahim, Calisya Ardiyah kelas 5 di SD At Taubah Jakarta ini berbekal bacaan dari internet, Ia bersama teman-temannya membuat Mesin Pengolah Sampah Plastik. "Ini ruang penguapan tiga dan ini ruang penguapan empat. Hasil di selang tiga itu hasilnya masih kurang jernih, kalau yang di empat sudah jernih. Jadi nanti sampahnya bisa jadi minyak. Semua sampah plastik bisa jadi minyak, kan semua plastik mengandung polimer. Awalnya baca artikel di internet, terus ditambahin sama guru dan ditambah juga sama teman sekelompok. Harapannya semoga menang terus alat ini bisa dipakai sama seluruh masyarakat jadi sampah plastik bisa berkurang banyak," jelas Calisya.
Ada lagi nih Sobat Teen, Satiaji Wicaksana kelas 5 SD Bina Sakinah Islamic School yang bawa-bawa tulang ayam. Aji dan teman-temannya membikin vitamin untuk ternak. Wowww.
"Bikin mesin penghancur sampah tulang ayam untuk dijadikan vitamin ternak. Karena banyak restoran-restoran yang membuang sampah tulang ayam, bukan malah memanfaatkannya," ujar Satiaji mengenai kegiatannya.
Vitamin hasil olahannya itu, rencananya akan dapat langsung disalurkan ke kandang-kandang ternak. Ada juga yang disisakan untuk dikemas. Brilian sekali ide kamu, Aji!
Tuh kannnn, seru dan menarik-menarik yah idenya Sobat Teen? Sumber ide bisa mana saja; dari buku, internet atau hasil diskusi dengan teman. Jangan lupa minta masukan orangtua dan guru kita juga. Dan tuliskan ide-ide kamu supaya apa yang akan kita kerjakan tersusun sistematis. Selamat mencoba dan mencari ide baru Sobat Teen! (Teen Voice)
Editor: Vivi Zabkie
