KBR, Jakarta – Catur Jatiwaluyo maju mundur sebelum akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Mulai dari takut gagal, tak bisa menafkahi keluarga sampai takut kehabisan harga benda. Tapi dengan keberanian yang dipupuk terus menerus, Catur akhirnya memulai perusahaan pengepakan berbahan dasar kertas, Paperocks Indonesia, pada 2011.
Modalnya sebesar Rp 200 juta, tapi kini sudah terbayar dengan keberhasilan Catur menembus pasar domestik dan luar negeri. Bisnis yang digeluti Catur terhitung langka, yaitu bisnis kemasan kertas makanan. Ada banyak perusahaan percetakan di Indonesia, tapi hanya sedikit yang fokus pada bidang pengepakan makanan.
Sebetulnya Catur sudah berniat membangun usahanya sendiri ketika ia genap 10 tahun bekerja. Tapi butuh setahun lagi bagi Catur untuk merealisasikan mimpinya. Bekal utamanya adalah pengalaman bekerja di perusahaan percetakan asing.
“Saya bukan tipe orang yang tergesa-gesa, saya ingin main aman, makanya perlu persiapan,” kata Catur.
Dengan perhitungan matang pula, Catur terbilang nekad dalam menentukan fokus bisnisnya, yang langsung menyasar pelanggan skala besar.
“Teman saya bilang cari konsumen kecil dulu baru yang besar. Saya bilang yang besar dulu. Capeknya sama,” kata Catur mengenang masa-masa awal perusahaannya dalam Obrolan Ekonomi KBR.
“Kalau kita dapatkan yang besar dulu, yang kecil akan ikut. Itu jauh lebih efisien,” begitu argumentasi Catur.
“Saya itu penakut orangnya. Jadi ketika saya membalik teori marketing tersebut, saya berani karena saya punya networking dan knowledge,”jawab Catur
Karena itulah ia besar hati dan tak berharap banyak dari usahanya dalam setahun pertama, karena proses melobi perusahaan yang besar butuh waktu. Terbukti, Catur langsung mendapatkan lima pelanggan dari restoran asal Amerika Serikat. Bisnisnya pun kian berkembang.
Sebagai pemain yang langsung menyasar pelanggan kelas kakap, dua hal yang utama dan wajib selalu diperhatikan adalah kualitas serta ketersediaan suplai barang. “Kalau customer besar kan setiap minggu selalu pesan barang, maka itu suplai sangat penting, di samping kualitas barang yang harus selalu dijaga.”