Bagikan:

Komnas Perempuan: Jangan Lupakan Tragedi Perkosaan Mei 98

Tragedi perkosaan yang menimpa puluhan perempuan etnis Tionghoa pada Mei 98 belum juga terkuak.

BERITA

Rabu, 04 Jun 2014 13:16 WIB

Komnas Perempuan: Jangan Lupakan Tragedi Perkosaan Mei 98

komnas perempuan tragedi mei 98, tragedi perkosaan mei, mengenang tragedi mei 98

KBR, Jakarta - Tragedi perkosaan yang menimpa puluhan perempuan etnis Tionghoa pada Mei 98 belum juga terkuak. Belum ada titik terang soal siapa pelaku pemerkosaan tersebut. Padahal berbagai upaya telah dilakukan dengan berbagai variasi, yang terakhir sebuah buku berjudul “Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan” diluncurkan akhir Mei lalu.  Berbagai upaya itu dilakukan tak lain untuk “Menagih Keadilan Bagi Korban Perkosaan Mei 98.”

Menurut Ketua Divisi Pemulihan Komnas Perempuan, Nurherawati, tragedi besar seperti perkosaan Mei 98 tidak boleh sampai dilupakan. “Memaafkan pelaku mungkin masih bisa, tapi jangan sampai dilupakan,” ujarnya dalam Program Reformasi Hukum dan HAM KBR. Sebab kata dia, tragedi serupa dapat berulang bila masyarakat lupa akan tragedi masa lalu.

Nurherawati menambahkan, penuntasan kasus perkosaan Mei 98 menjadi hutang besar negara terhadap warganya. “Kalau tidak diselesaikan akan mencoreng budaya Indonesia di mata  dunia,” tegasnya. Untuk itu, pemerintah harus segera mencari para pelaku dan mengadilinya.

Namun, dia mengakui arah menuju ke sana masih jauh. “Jangankan mengadili, mengakui adanya tragedi itu saja tidak,” imbuhnya. Padahal tim pencari fakta telah banyak memberikan bukti terkait tragedi naas itu. “Meminta kesaksian korban juga sangat sulit karena mereka merasa terancam dan trauma,” tegasnya.

Tanpa adanya pengakuan dari pemerintah, otomatis perlindungan terhadap para korban juga tidak ada. Nurherawati menilai pemerintah memandang perkosaan Mei 98 hanya sebagai bagian dari kerusuhan saat itu. “Pemerintah hanya melihatnya sebagai kejahatan biasa. Padahal bukan, karena para pelaku menyasar etnis tertentu,” ujarnya. Menurut Nurherawati, hal tersebut seharusnya menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah.

Salah seroang warga Jakarta, Nani mengaku kecewa dengan sikap pemerintah itu. Menurut dia, seharusnya pemerintah secara jantan meminta maaf dan menuntaskan tragedi memalukan itu. “Korbannya kan sudah banyak. Jadi pelakuknya juga pasti ada. Tinggal dicari dan diadili,” tegasnya.

Nurherawati berharap pemerintahan selanjutnya dapat melunasi hutang kepada para korban dan masyarakat secara umum dengan mengadili para pelaku pemerkosaan. Untuk itu, menurut dia masyarakat harus jeli melihat latar belakang, visi serta misi para calon presiden sebelum menentukan pilihan 9 Juli mendatang. “Jangan ragu untuk buat kontrak politik dengan mereka,” tegasnya.

Warga lainnya, Dudit menilai tak satupun dari Capres sekarang yang bisa diandalkan. “Melihat dari latar belakangnya sudah jelas, yang nomor satu militer dan abu-abu soal tragedi Mei. Nomor 2 juga petinggi partainya dulu acuh,” ujarnya. Meski demikian, menurut Nurherawati masyarakat sebaiknya jangan menjadi Golput. “Lebih baik pilih salah satu yang cukup baik,” imbuhnya. Terakhir, menurut Nurherawati masyarakat juga tidak tinggal diam. “Tuntutan masyarakat bisa sangat ampuh. Makanya masyarakat harus bulatkan tekad tuntaskan kasus perkosaan Mei 98,” tegasnya.

Editor: Fuad Bakhtiar

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending