Bagikan:

Dari Flu ke Infeksi Pendengaran

Rentan terjadi pada anak-anak.

BERITA

Jumat, 27 Jun 2014 23:47 WIB

Author

Ade Irmansyah

Dari Flu ke Infeksi Pendengaran

KBR, Jakarta – Jangan sekali-kali meremehkan penyakit flu! Dari penyakit yang terlihat sederhan ini, bisa menjalar ke rusaknya saluran pendengaran manusia. 


Ila, misalnya, merasa terganggu pendengarannya setelah kena penyakit flu. “Awalnya saya kena flu. Tenggorokan saya radang. Tapi ketika saya periksa keluhan saya soal telinga ke dokter, kata dokter saya mengalami infeksi pendengaran.” Kini ia sudah dipastikan menderita Infeksi Telinga Tengah. 


Dokter spesialis THT Tina Karlinda mengatakan, infeksi saluran telinga tengah paling banyak disebabkan oleh teragnggunya saluran tenggorakan dan pernafasan. “Penyakit infeksi pendengaran tidak mungkin berdiri sendiri. Biasanya infeksi telinga tengah itu diakibatkan dari infeksi saluran pernafasan atas,” ujarnya. 


Jika ini tidak segera diobati, maka bisa muncul infeksi saluran pernafasan. “Nanti tidak hanya tenggorakan yang infeksi, tapi menjalar sampai ke telinga, lewat sebuah saluran bernama tuba eustachius yang di belakang hidung, menuju saluran telinga tengah.” Saluan eustachius adalah saluran yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan rongga di belakang hidung dan tenggorokan bagian atas. 


Infeksi saluran pernafasan atas bisa juga terjadi akibat jamur dari daun telinga. “Infeksi jamur itu dimulai dari infeksi telinga luar, lalu menggangu sampai ke telinga bagian tengah,” katanya. “Kebiasaan mengorek-orek kuping dengan benda yang bukan seharusnya. Akibatnya dinding telinga lecet dan infeksi.”


“Jangan sembarangan membersihkan telinga, apalagi dengan alat-alat yang bukan diperuntukkan untuk bersihkan telinga,” ujarnya. Kata dia cukup bersihkan daun telinga dengan kapas atau cotton bud. Jangan pernah memasukan apapun kedalam telinga bagian dalam, baik itu benda padat maupun benda cair yang diluar anjuran dokter spesialis THT. “Telinga jangan diapa-apakan, jika ingin dibersihkan, maka datang ke dokter THT, jangan lakukan sendiri,” ujarnya. 


Kata Tina, penyakit ini sangat rentan bagi anak-anak. Faktanya, kata dia, 60 persen anak-anak hingga usia tiga tahun pernah mengidap penyakit ini. “Saluran pendengaran anak-anak atau tuba anak-anak biasanya belum terbentuk sempurna, jadinya lebih rawan,” ujarnya. Gejala yang timbul dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan usia pasien. 


“Secara umum, gejala yang dapat muncul akibat penyakit ini diantaranya rasa nyeri di telinga, demam, pendengaran berkurang, rasa penuh di telinga, nyeri leher, sakit kepala dan telinga berdenging,” ujarnya. 


Pada kasus kronis, dari telinga keluar cairan yang menandakan gendang telinga robek atau berlubang akibat cairan yang terlalu banyak dan menekan gendang telinga. Penderita juga bisa mengalami pusing berputar (vertigo) serta infeksi yang dapat menyebar ke otak. Jika infeksi tersebut sampai ke otak dapat berlanjut menjadi radang selaput otak (meningitis) dan abses otak.


Di tengah kemajuan internet dan teknologi, Tina berpesan untuk tidak coba-coba mendiagnosa penyakitnya. “Sebaiknya pasien segera periksakan ke dokter spesialis.”


Editor: Citra Dyah Prastuti 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending