KBR68H, Jakarta – Pemimpin Redaksi TEMPO Wahyu Muryadi akhirnya mengundurkan diri sebagai Ketua Forum Pemimpin Redaksi. Pengunduran ini dilakukan setelah munculnya protes dari kalangan internal TEMPO tentang keikutsertaannya dalam pertemuan Pemred seluruh Indonesia di Bali, akhir pekan lalu. Meski mundur, Wahyu menilai keberadaan Forum Pemred diperlukan untuk bisa menjaga independensi media dari pemilik modal dan juga intervensi pemerintah. Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Arin Swandari dengan Pemimpin Redaksi TEMPO Wahyu Muryadi seputar pengunduran dirinya dari Forum Pemred dalam program Sarapan Pagi.
Bisa anda paparkan kemungkinan atau potensi tidak independensinya jika berada di Forum Pemimpin Redaksi?
Kalau bicara kemungkinan segala kemungkinan bisa saja terjadi. Meskipun dari awal sampai kemudian saya mundur kemarin itu yang namanya Forum Pemred itu punya niat sesuai khitahnya adalah tidak ada urusan dengan kepentingan politik atau bisnis dari siapapun dari golongan manapun. Itu sebuah cita-cita yang rasanya tidak mudah diperjuangkan, jadi dari berbagai pertemuan yang mereka lakukan sampai juga pertemuan puncak di Bali beberapa hari yang lalu saya berani menggaransi bahwa memang secara substansial apa yang dibicarakan di situ memang bagus dan tidak ada urusan dukung mendukung siapapun untuk kepentingan politik terutama. Cuma masalahnya saya yang juga pemimpin redaksi dari Tempo Media Group ya tidak hanya majalah Tempo tapi semua outlet Tempo dipercayakan kepada saya. Sebagai pemimpin saya juga harus menenggang, menilai, dan menakar semua kritik dan saran dari semua teman-teman awak redaksi terutama dan para pemangku kepentingan lainnya internal Tempo semua saya dengar. Manakala dari kritik itu terutama suasana kebatinan yang saya tangkap, mereka semua mencemaskan kalau saya terus berada di sana sehingga berdasarkan kaidah fiqih yang saya katakan di depan mereka kita harus upaya untuk mencegah mudharat harus lebih diutamakan dari mencari manfaat. Dengan kata lain saya mau bilang Forum Pemred apakah bermanfaat? ya kita bisa berdebat dalam hal ini, saya sendiri menganggap ada manfaatnya bahkan banyak manfaatnya. Tapi bagaimana dengan mudharatnya, mudharat yang terjadi sudah mulai terjadi pembicaraan-pembicaraan yang tidak sedap tentang forum ini dan prospek independensinya segala macam. Ini pembicaraan-pembicaraan yang kontraproduktif kalau saya diamkan saja, maka saya harus mengambil sikap ditambah lagi adanya kewajiban moral. Yang namanya niat baik kemudian sikap adil dan juga akal sehat saya mengatakan, saya harus lebih mempertimbangkan untuk memilih di antara dua lembaga ini maka saya harus memilih Tempo. Karena itu asal muasal saya masuk pada Forum Pemred adalah saya termasuk penggagas yang mendirikan dan melahirkan badan ini dan karena mewakili kepentingan Tempo, kalau suara dari Tempo menghendaki seperti itu saya akan patuh. Saya yakinkan Forum Pemred nanti akan banyak pemimpin redaksi yang bisa memimpin, kebetulan juga ini pas satu tahun ya sudah. Saya sudah bilang berkali-kali bahwa menjadi pemimpin forum ini tidak usah berlama-lama satu tahun saja.
Kalau tidak mundur berarti extend begitu ya?
Iya kalau tidak kebablasan.
Forum Pemred sebetulnya ini identik dengan anda atau identik dengan ya katakanlah petinggi Tempo Media Group. Sebagai pelopor untuk memperjuangkan media, anda melihat kalau anda keluar bagaimana nasib Forum Pemred?
Iya memang saya juga paham. Justru karena memang ini dipersepsikan atau diidentikkan dengan saya dan Tempo itu juga akan merepotkan di kemudian hari, pasti saya juga akan kesulitan kalau organisasi ini jadi membesar. Karena didalam perhelatan di Bali itu orang yang berbondong-bondong mensponsori begitu banyak sampai kita susah untuk mengontrolnya. Ini menjadi potensial mudharat yang akan merepotkan saya di kemudian hari, maka saya menarik diri dan tidak boleh forum ini diidentikkan dengan kepemimpinan seseorang. Saya ingin kasih contoh ya sudah jangan diidentikkan dengan saya, saya keluar dan saya beri kesempatan kepada teman-teman pemimpin redaksi begitu banyak dan masih banyak yang bagus-bagus untuk melanjutkan kepemimpinan forum.
Tentang Forum Pemred yang sekarang masih ada tentu saja dengan kepemimpinan yang lain. Bagaimana kemudian forum itu harus mengambil jarak supaya independensi terjaga?
Tantangannya disini. Mereka harus membuktikan betul kepada khalayak ramai, kepada publik bahwa cita-cita luhur yang mereka cantumkan dalam akta pendirian organisasi itu harus betul-betul terwujud. Dengan program nyata, dengan pola-pola katakanlah pembesaran organisasi melalui forum-forum yang intens, tidak harus berskala masif. Banyak hal-hal sebenarnya masih harus dibicarakan oleh para kumpulan pemimpin redaksi itu. Tapi kemudian ketika harus melakukan branding dengan Forum Pemred yang membesar, membahana, menggulung-gulung sedemikian rupa dan membikin orang terkaget-kaget itu tantangannya. Mereka harus menunjukkan mungkin bisa mengontrol diri sehingga tidak terjadi sangkaan, dugaan, kecurigaan yang tidak perlu itu.
Ini dikaitkan dengan perhelatan politik pemilu 2014 karena banyak tokoh media yang lepas secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan pemilu 2014. Anda melihat sebetulnya Forum Pemred saat ini apakah sudah coba untuk diintervensi secara politik?
Tidak ada. Sejauh ini sepanjang kepengurusan dalam kepemimpinan saya, kami sudah melakukan beberapa pertemuan dengan badan-badan publik, pimpinan-pimpinan lembaga negara, korporasi milik negara untuk membicarakan soal-soal yang kami anggap sebagai hal-hal yang strategis untuk mendapatkan background informasi tidak ada upaya seperti itu. Justru kemarin itu sengaja kami hadirkan para taipan media, pemilik, pendiri media ke Bali untuk coba kita dengar sebenarnya apa cita-cita mereka mendirikan kerajaan bisnis media itu, dimana idealisme yang mereka bangun, bagaimana mereka menjaga hubungan dalam kaitan pemilik dengan pemimpin redaksi. Institusi yang kami anggap sebagai pengambil keputusan tertinggi dari keredaksian yang tidak boleh dicampurtangani, diintervensi oleh siapapun termasuk oleh pemilik. Itu terjadi dialog yang sehat kemarin dalam sesi pertama pada tanggal 13 Juni di Bali.
Forum Pemred ini menjadi semacam lembaga “pengawas” ya?
Isunya macam-macam. Jadi Forum Pemred ini semacam jadi forum pemberontakan dari para pemimpin redaksi terhadap pemilik media. Justru asas yang harus kita agungkan adalah bagaimana tidak membenihkan kebencian yang tidak perlu itu tapi menumbuhkan rasa saling pengertian dengan melakukan dialog.
Tapi sayangnya di Bali itu pesannya tidak sampai ke publik ya?
Itu juga cermin dari bagaimiana jurnalis-jurnalis kita yang lebih banyak terjebak oleh serba-serbi acara itu, lebih terjebak pada sensasi daripada substansi. Itu juga tidak mengerti saya tiba-tiba ada sponsor yang menyelipkan kondom pada goodie bag peserta, saya dengar juga mereka buka lapak yang kemudian ada peserta yang meminta.
Kalau nanti langkah anda diikuti juga oleh para pemred yang lain bisa bubar ya Forum Pemred?
Soal nanti itu diikuti orang lain yang akhirnya berujung bubar atau tidak bagi saya tidak jadi masalah. Bukan lantas kita kumpul-kumpul bikin pertemuan untuk mencari background secara terbatas antara pemred dengan para pengambil keputusan di republik ini termasuk presiden sekalipun, lantas kemudian dimatikan juga. Jadi dengan atau tanpa Forum Pemred sebagai suatu branding organisasi yang kemudian diformalkan harus tetap berjalan. Saya juga akan terlibat dalam berbagai acara-acara yang sifatnya untuk mendapatkan background informasi, karena ini untuk kepentingan nasional dan juga Tempo.
Kalau anda melihat Forum Pemred untuk saat ini lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Lantas bagaimana para pemimpin redaksi mau berkumpul, apakah mau ada Forum Pemred baru yang lebih independen?
Forum Pemred yang sekarang juga menyatakan dirinya independen dan sepanjang kepemimpinan saya jamin tidak ada intervensi dari siapapun. Perlu saya luruskan bukan saya mengatakan Forum Pemred ini banyak mudharatnya daripada manfaatnya tidak. Jadi keputusan ini saya ambil demi untuk mencegah agar mudharat itu tidak terjadi, harus diutamakan daripada upaya mencari manfaat. Mudharatnya itu apa, bukan forum pemrednya tapi apa yang kemungkinan terjadi setelah terjadi katakanlah monetizing dari forum ini lewat forum-forum publik yang begitu besar, berskala masif, mendatangkan iklan begitu banyak itu ramai kemudian nanti bagaimana mekanisme pertanggungjawabannya. Sekarang saja orang mengira di kantong saya pasti akan lebih tebal dari sebelumnya, ya sudah saya tunjukkan bahwa ini bukanlah tujuan saya. Daripada kemudian ada dugaan cemoohan seperti itu saya tunjukkan, saya menarik mundur bukan hanya sebagai ketua tapi keikutsertaan Tempo dari Forum Pemred.
Ada saran kepada para pemimpin redaksi yang masih ada di Forum Pemred apa?
Ya mereka tetap harus melakukan yang terbaik untuk organisasi yang sudah terlanjur dibentuk. Yaitu dengan menunjukkan itikad-itikad itu melalui program-program nyata dan berkelanjutan untuk kepentingan yang sesuai dengan misi kenapa mereka itu ada. Diantaranya mereka bersiap kalau ada kelebihan rezeki itu mau bikin semacam workshop atau pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas jurnalis di Indonesia. Untuk kemudian melakukan kunjungan ke kampus-kampus membantu memberikan bantuan teknis kepada pers-pers kampus yang sekarang tidak terdengar lagi. Kemudian juga memberikan workshop di pers-pers di daerah terpencil yang selama ini tidak pernah tersentuh. Lalu yang terlanjur saya ucapkan adalah memberikan bantuan berupa beasiswa pendidikan untuk 5.000 putra-putri wartawan Indonesia.