Bagikan:

Mobil Murah Seharusnya Dijual di Pedesaan Bukan di Perkotaan

KBR68H, Jakarta - Peraturan pemerintah (PP) mengenai low cost green car (LCGC), mobil murah, mobil listrik, dan biofuel, sudah resmi turun di Kementerian Perindustrian.

BERITA

Jumat, 07 Jun 2013 10:44 WIB

Author

Doddy Rosadi

Mobil Murah Seharusnya Dijual di Pedesaan Bukan di Perkotaan

mobil murah, ramah lingkungan, dijual di pedesaan

KBR68H, Jakarta - Peraturan pemerintah (PP) mengenai low cost green car (LCGC), mobil murah, mobil listrik, dan biofuel, sudah resmi turun di Kementerian Perindustrian. Aturan yang menyangkut mobil murah ramah lingkungan itu tertuang dalam PP Nomor 41 Tahun 2013 tentang BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH BERUPA KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAI PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. Dalam PP tersebut di pasal 3 ayat 1c disebutkan: Pajak 0% (nol persen) dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang termasuk program mobil hemat energi dan harga terjangkau, selain sedan atau station wagon. Seperti apa sebenarnya definisi mobil ramah lingkungan? Simak perbincangan penyiar KBR68H Irvan Imamsyah dan Arin Swandari dengan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi dan Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syarifuddin dalam program Sarapan Pagi.

Budi Darmadi

Sudah bisa dibeli masyarakat sekarang atau masih harus menunggu?

Sudah dipersiapkan hampir masuk ke pasaran.

Kira-kira kapan masuk pasaran?

Mereka sudah siapkan stok, distributor, dan diuji terakhir.

Setelah ada Peraturan Presiden kira-kira apa akan ada peraturan turunan untuk memperkuat hilir industri mobil ramah lingkungan ini?

Peraturan turunan itu ada dalam bentuk Peratruan Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan. Secara substansi sudah jadi, sekarang sedang diharmonisasi dan dicek ulang mengenai updating teknologinya. Karena mereka harus membuat semuanya itu di Indonesia 80 persen dari 10.000 komponen mobil itu harus dibuat di Indonesia, jadi kira-kira ada sekitar 8.000 komponen yang dibuat di Indonesia.

Dengan keluarnya peraturan ini sekaligus program yang sedang dilaksanakan ini bagaimana semua yang terkait dengan ini menjawab untuk katakanlah menghemat BBM, tapi apakah hemat BBM ini bisa membantu negara bisa mengurangi subsidi? bagaimana juga menjawab untuk mengurangi kemacetan?
 
Kalau energi di industri sekarang ini sudah memakai bahan bakar yang bukan subsidi. Kalau kita perkirakan kenaikan BBM ini akan menimbulkan efisiensi justru, karena paling naiknya hanya 1,2 persen cost production tetapi menimbulkan teknologi baru. Bayangkan yang tadinya 12 kilometer per liter menjadi 20 kilometer per liter, penghematannya sekitar 80 persen.
 
Tapi kalau jumlahnya banyak bagaimana?

Kalau pertumbuhan memang akan semakin banyak karena semua orang harus sejahtera.

Jakarta masalah kemacetan belum selesai, masalah transportasi massal belum terpenuhi juga kemudian muncul kebijakan ini bagaimana?

Jakarta itu terdiri lima walikota, setara dengan mungkin 10 kabupaten. Jadi kalau ditotal paling sekitar 50 setara kabupaten dan kota yang macet, Indonesia ada 500 kabupaten. Anda ke Palangkaraya, Jambi, Salatiga semua tidak macet dan semua ingin sejahtera.
 
Jadi baiknya dipasarkan di tempat-tempat yang tidak macet ya?

Kita mesti lihat ini secara nasional.
 
Itu artinya kebutuhan mobil mungkin lebih dibutuhkan oleh mereka yang berada di luar Jakarta, tapi apakah akan ada pembelinya?

Dari survei yang kita adakan misalnya ada 100 orang pengendar motor ditanya apakah kalau punya uang mau membeli uang, dijawabnya mau asal jangan mahal-mahal makanya kita buat yang low production. Di Thailand dan Malaysia sudah membuat, kalau kita tidak membuat dengan pasar bebas ini maka mereka akan datang ke sini, jadi kita buat sendiri. Ini low cost otomatis turun karena ada pemotongan pajak 10 persen dan semuanya harus investasi di Indonesia.

Memotong jalur distribusi begitu ya?

Iya.

Definisi ramah lingkungannya seperti apa?

20 kilometer per liter. Seharusnya ada dua, 20 kilometer per liter dan emisi gas buang. Tapi emisi gas buang menunggu kalau bensin kita sudah lebih baik kualitasnya, sekarang ini sementara kita desain di oktan 92 atau setara pertamax.

Ahmad Syarifuddin

Menurut anda apakah ini menjadi lebih baik atau bagaimana?

Kalau dari awal kami termasuk yang menentang LCGC (Low Cost and Green Car). Saya tahu persis historis pengembangan LCGC ini, yaitu ketika Presiden SBY pidato pada tahun 2010 yang intinya pemerintah ingin membuat mobil murah tetapi bukan untuk perkotaan, untuk daerah tertinggal dan pedesaan. Kemudian keinginan presiden itu di-follow up oleh Bappenas dengan melakukan kajian, saya ikut waktu itu. Tetapi 2011 kemudian ditarik dan dijadikan peluang oleh industri otomotif untuk tidak saja dikembangkan di pedesaan tapi juga perkotaan. Dalam konteks inilah ada semacam sabotase yang seharusnya untuk pedesaan menjadi untuk perkotaan. Saya juga paham kalau di pedesaan saja market-nya kecil, tetapi waktu itu Presiden SBY mengamanatkan dijual di pedesaan dengan subsidi dari pemerintah. Karena daerah pedesaan tidak mampu membeli kendaraan yang semahal seperti yang dijual di perkotaan. Sebenarnya industri otomotif ada dua hal yang jadi target, pertama konsumen berdaya beli rendah, kedua adalah konsumen yang sedang berorientasi pada green car, low emission, low fuel consumtion. Itulah saya katakan bumerang, waktu Indonesia International Motor Show tahun lalu ternyata yang inden saja 400 ribu. Kenapa bumerang, pertama ini akan jadi beban pemerintah dalam konteks penyediaan bahan bakar, kita tahu setiap tahun pemerintah mengeluhkan tentang beban subsidi dan memproduksi bahan bakar sendiri. Kedua bumerang juga itu kota-kota besar Jakarta, Surabaya, memang relatif sedikit kota yang macet dibanding seluruh Indonesia. Tetapi jangan lupa bahwa pertumbuhan itu hanya di kota-kota tertentu. Dari total penjualan kendaraan bermotor saat ini 40 persen itu dioperasikan di Jakarta, artinya itu sudah menjadi beban tersendiri. Kita tahu rilis dari Kementerian Perhubungan soal kemacetan saja itu social cost mencapai Rp 40 triliun setahunnya untuk Jakarta saja. Jadi dalam konteks inilah yang kami katakan sebagai bumerang dan kami termasuk yang menentang Low Cost and Green Car.
 
Budi Darmadi

Ini lebih menyasar ke city car padahal amanat SBY adalah angkutan untuk pertanian dan sebagainya ini bagaimana?

Itu dua program yang berbeda, ini hanya mobil penumpang. Sedangkan yang satu lagi program yang kita buat yaitu mobil angkutan umum murah di bawah 1.000 cc. Ini hanya kelas 1.000 cc sampai 1.200 cc untuk kelas 4 x 2 penumpang, sedangkan program lain mobil angkutan murah pedesaan adalah untuk di bawah 1.000 cc.

Itu sudah mulai?

Sudah mulai uji cobanya tapi kita khususkan merk-merk yang nasional.


Pemerintah selalu kerepotan produksi BBM dalam negeri belum optimal, harus banyak impor juga. Bagaimana?

Kemajuan suatu kesejahteraan bangsa tidak bisa dihambat, orang selalu butuh kulkas, sepeda motor, mobil, rumah, dan sebagainya. Kalau kita tidak produksi maka akan banjir impor dari luar itu lebih parah lagi.
 
Ahmad Syarifuddin

Ada cara, artinya untuk menghambat impor dan sebagainya bisa menentukan ketentuan tentang green car yang sesungguhnya yang tidak bisa dimanipulasi dengan kendaraan ber-cc rendah seperti itu. Jadi kalau kita kaji LCGC dengan kendaraan ber-cc rendah ini sebenarnya memanipulasi street barrier dalam konteks lingkungan. Jadi kesannya emisinya rendah padahal cc-nya diperkecil saja. Karena kalau kita lihat total populasi dalam sebuah kota emisinya juga akan sama, total konsumsi bahan bakarnya juga akan sama. Dalam konteks ini pemerintah harusnya lebih mengembangkan public transport, untuk memfasilitasi mobilitas masyarakat, bukan menyediakan kendaraan ber-cc rendah tadi. Karena total populasi juga akan menjadi masalah dalam konteks penyediaan bahan bakar maupun total emisi secara makro dalam sebuah kota.
Budi Darmadi

Disarankan untuk mengembangkan transportasi massal ini bagaimana? apakah industri banyak yang kepayahan mengembangkan transportasi massal?

Transportasi massal ini memang tergantung masing-masing pemda, sebaiknya memang digunakan paralel. Tetapi kalau lihat produksi kita 1,1 juta unit dengan populasi kita itu pantasnya kita itu 3 juta unit per tahun, jadi masih ada 2 juta unit lagi yang kalau tidak kita isi dalam negeri maka diisi orang lain. Jadi pengembangannya harus paralel ya infrastruktur, transportasi massal, dan kebutuhan masyarakat. Industri ini akan membangkitkan lebih dari 100 industri baru dimana menyerap 30 ribu tenaga kerja di tingkat pabrikan, kalau ditambah dengan distributor mungkin bisa sampai 50 ribu tenaga kerja baru. Memang sebaiknya BBM ini tidak disubsidi karena para inisiator sudah siap, dampaknya kecil untuk industri otomotif karena ada teknologi baru untuk penghematan bahan bakar dan operasional yang bisa efisiensi.

Ada pembatasan usia kendaraan bersamaan dengan LCGC?

Sekarang belum ada pembatasan, itu tergantung masing-masing pemda. Sekarang masih ada masalah sosial dimana kendaraan kita yang bekas itu masih bisa dipakai di daerah-daerah.

Industri berarti sudah siap dan tinggal implementasi pelaksanaan pembuatan di dalam negeri ya?

Belum semua siap, ada yang pabriknya masih dibangun dan ada yang sudah selesai.               

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending