KBR68H, Rembang - Seni tradisional Emprak di Rembang, Jawa Tengah, terbukti mampu bertahan hingga sekarang. Menyebut Emprak, selalu identik dengan desa Kwangsan Kec. Kaliori. Desa ini masih mempunyai dua group emprak yang tetap eksis.
Repoter radio R2B Rembang menyaksikan langsung pementasan Emprak di desa Kwangsan. Kesenian ini digelar mulai pukul 22.00 hingga 01.00 dini hari. Dialog pemain emprak berisi tentang kehidupan sehari-hari. Tak jarang dialog itu mengundang tawa penonton.
Tokoh emprak Kwangsan, Sarimin “menyeng” mengungkapkan banyak yang tidak tahu bahwa pembawa seni emprak bukanlah warga Kwangsan. Menurut cerita turun temurun, dahulu kala seorang warga asal desa Kemadu Kec. Sulang, Said datang ke Kwangsan untuk bertani. Dia meninggalkan dua orang isterinya di Kemadu.
Said sehari-hari hidup di sawah. Ketika rasa sepi menyergap, terbersitlah ide membuat kelompok seni. Para pemain biasa pentas di emper rumah dan lesehan (nglemprak). Akhirnya lama kelamaan disebut dengan seni Emprak. Said telah tiada, namun warisan budayanya masih terus dilestarikan warga desa Kwangsan hingga sekarang.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kab. Rembang, Sunarto menyatakan pihaknya mendukung keberlangsungan seni tradisional. Ia mencontohkan kabupaten Rembang akan meramaikan Festival Borobudur di kompleks Candi Borobudur pada akhir pekan nanti. Dinbudparpora siap mengirimkan 40 orang, menampilkan Tarian Rembang Kumandang berisi dari gabungan seni khas Rembang, seperti Emprak, Pathol atau gulat pantai ala Sarang dan Orek-orek.
Sunarto meminta instansi pemerintah ikut mengundang seni Emprak Kwangsan. Sekali pentas rata rata dibandrol Rp 2,5 – 3 juta.
Sumber: radio R2B Rembang
Editor: Antonius Eko