Bagikan:

Kemendag Jamin Stok Sembako Jelang Puasa dan Lebaran Cukup

KBR68H, Jakarta

BERITA

Senin, 03 Jun 2013 11:37 WIB

Author

Doddy Rosadi

Kemendag Jamin Stok Sembako Jelang Puasa dan Lebaran Cukup

kemendag, stok sembako, puasa dan lebaran, harga bbm

KBR68H, Jakarta – Kementerian Perdagangan sudah meminta kepala daerah memastikan kesiapan dan stok bahan pokok menjelang BBM naik. Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 126/2013 tentang Antisipasi Kenaikan Harga Produk Sembako, yang disebar ke setiap kabupaten dan kota. Lewat surat itu, setiap daerah wajib mengambil tindakan pengendalian harga sembako. Bagaimana kesiapan Kemendag untuk mengantisipasi lonjakan harga bahan pokok menjelang kenaikan harga BBM? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman Irvan Imamsyah dalam program Sarapan Pagi.

Banyak yang mulai naik karena tidak jelas harga BBM naik atau tidak. Bagaimana Kemendag melihatnya?

Sebetulnya kami sudah melakukan koordinasi dengan beberapa para pemasok. Kalau di pasar tradisional maupun modern mereka mengatakan kalaupun misalnya nanti ada kenaikan harga itu antara 1,5 persen sampai 3,5 persen. Ini sebetulnya lebih kepada dampak psikologis ya, mereka juga sekarang misalnya melakukan pasokan kemudian pedagang di tingkat eceran itu sebetulnya faktor psikologis menaikkan harga, padahal sebetulnya komponen harga belum naik. Kalau misalnya hasil kami koordinasi beberapa pemasok itu intinya stok itu akan cukup sampai dengan bulan puasa, ada juga yang sampai pasca lebaran. Itu dulu yang membuat supaya konsumen kita tenang, contoh saja untuk daging ayam ras dan telur ayam ras itu mereka menginformasikan bahwa stoknya cukup sampai pasca lebaran.

Berarti inisiatif kenaikan ditentukan oleh pedagang?

Ada efek psikologis. Tapi sebetulnya dari pantauan kami harga saat ini tidak terlalu signifikan malah menurun, daging sapi itu contoh di Pasar Baru Koja itu yang biasa Rp 90 ribu sekarang Rp 85 ribu jadi tidak seluruh harga naik.
 
Yang diwaspadai Kementerian Perdagangan apa?

Justru kalau kami melihatnya yang diwaspadai itu tadinya kalau stok tidak cukup pada saat puasa, lebaran. Tetapi pada saat kami melakukan koordinasi semua menginformasikan mereka siap memasok sampai pasca Idul Fitri. Ada barang-barang komoditi segar sama yang olahan, contoh di sektor retail untuk produksi konsumsi itu pasokannya akan ditingkatkan dua kali lipat. Kemudian misalnya saja dari untuk komoditi gula itu sampai sekarang harga rata-rata Rp 12 ribu, mereka akan memasok Rp 10 ribu menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Kalau harga itu kenaikannya di bawah 5 persen menurut saya tidak terlalu signifikan juga.

Antisipasi spekulasi bagaimana soal penimbunan dan sebagainya?

Jadi ada Undang-undang Pergudangan dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 16 Tahun 2006 yang mengatakan pelaku usaha dilarang menimbun barang untuk spekulasi. Jadi menimbun lebih dari tiga bulan kebutuhan penyimpanan mereka dalam rangka mencari keuntungan itu tidak diperbolehkan. Nanti kalau memang ada indikasi itu kita coba lakukan pengawasan.

BBM juga belum pasti naik, kalau nanti akhirnya tetap naik apakah sudah ada bayangan kira-kira yang paling terpengaruh apa?

Saya kira kalau mau lebaran pastinya gula, telur. Tapi saat ini telur stoknya cukup sekali dan harganya masih stabil, beras stabil sekali, dan Pasar Induk Cipinang mengatakan stok beras cukup. Yang penting stok cukup, masyarakat tidak kekurangan.

Kalau kenaikan harga biasanya memicu tarif angkutan naik, jadi ada biaya tambahan. Ini yang bisa ditoleransi berapa?

Di bawah 5 persen. Jadi kalau semakin expand suatu industri maka semakin kecil dampak terhadap industri tersebut. Karena industri-industri itu sudah lama memakai BBM non subsidi, jadi mereka tidak masalah. Pengalaman kita sebelumnya kalau menjelang puasa dan Idul Fitri itu memang rata-rata harga kebutuhan pokok naik antara 5 persen sempai 7 persen. 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending