Bagikan:

Hati-hati dalam Memilih dan Mengkonsumi Obat Herbal

KBR68H, Jakarta - Banyak orang mengira, minum obat herbal lebih aman ketimbang obat dari bahan-bahan kimia.

BERITA

Selasa, 18 Jun 2013 12:41 WIB

Hati-hati dalam Memilih dan Mengkonsumi Obat Herbal

obat-obatan herbal, pengawasan, peredaran, konsumsi

KBR68H, Jakarta - Banyak orang mengira, minum obat herbal lebih aman ketimbang obat dari bahan-bahan kimia. Namun kita juga perlu cermat terhadap gangguan-gangguan yang bisa dialami. Salah satunya adalah gagal ginjal dan gangguan sel darah. Belum lagi banyak macam obat-obatan herbal yang dijual di pasaran, tanpa informasi yang jelas di kemasannya.

Berbagai merek obat herbal marak beredar di pasar dalam negeri, namun hal itu tidak terluput dari pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurut dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr.Mangatas Manalu peredaran obat herbal terutama obat herbal impor menjadi makin sulit diawasi. Para konsumen harus cermat memilih obat herbal tersebut.

Seperti Rizky Ramdani, bekas pengkonsumsi obat-obatan herbal. Pria muda ini mengkonsumsi obat-obat herbal untuk menangani penyakit kebocoran ginjal yang dideritanya.

“Awal ke dokter divonis ada kebocoran ginjal, saya menjalani pengobatan medis. Lalu, ada teman yang menawarkan minum obat herbal saja, akhirnya pengobatan itu saya jalani dua-duanya,” terang Rizky.

Sejak setahun lalu mengkonsumsi obat herbal, rupanya kesembuhan tak kunjung datang dalam hidup Rizki. Akhirnya setelah enam bulan konsumsi obat herbal ia hentikan.

“Khasiat yang saya rasakan hanya badan terasa lebih bugar saja, tapi lama-lama kembali loyo dan rasa sakit itu akan kambuh kembali,” katanya.

Sindrom Nefrotik atau dikenal dengan kebocoran ginjal merupakan penyakit dalam, dimana ginjal tak lagi mampu berfungsi sebagai penyaring racun dalam tubuh. Kata Rizky, bila rasa sakit itu kembali menyerang seluruh badannya akan membengkak seperti orang gemuk, dan tubuh terasa kaku lantaran peredaran darah tidak berjalan.

“Setelah tahu minum obat herbal badan malah makin buruk, akhirnya saya putuskan untuk kembali menjalani pengobatan medis di rumah sakit secara rutin,” tambahnya.

Dokter Penyakit Dalam, dr Mangatas Manalu mengatakan mengkonsumsi obat-obatan herbal tak bisa sembaragan. Menurutnya, kebanyakan orang salah mengansumsikan obat herbal dengan obat-obatan medis.

“orang kan tahunya, obat herbal itu dibuat dari tumbuh-tumbuhan secara alami, sedangkan medis tidak. Padahal, banyak obat-obatan medis juga terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan, kayak antibiotik penicilin itu terbuat dari jamur lho,” terang dr. Mangatas.

Namun, lanjut dr. Mangatas, proses pembuatan obat farmasi dengan obat herbal berbeda. Tak jarang obat herbal yang sudah berbentuk dalam kemasan memakai bahan pengawet.

“logikanya kan begini, kalau obat herbal memakai daun-daunan tentu kalau diproses daun itu akan layu dan hanya tahan 3 hari. Jadi setelah dikemas tidak menutup kemungkinan ada bahan pengawet didalamnya. Beda lagi kalau kita minum obat herbal yang masih fresh,” terangnya.

Ia menegaskan pada dasarnya dunia kedokteran tidak anti terhadap obat-obatan herbal. Hanya saja patut menjadi pertanyaan mengenai khasiat obat herbal apakah memang telah terbukti secara alamiah.

Bila anda ingin mengkonsumsi obat-obatan herbal, maka hal utama yang harus diperhatikan adalah bahan-bahan yang digunakan.

“Ada beberapa bahan berbahaya yang dimasukan dalam kemasan obat herbal. Seperti kandungan steroid. Bila kandungan ini banyak digunakan dan digunakan dalam jangka panjang, akan menimbulkan efek samping mulai dari hipertensi, pendarahan, jerawat, muka lebam, sampai gangguan kejiwaan,” tuturnya.
Sayangnya, obat herbal yang beredar saat ini banyak tidak mencantumkan efek samping dalam kemasan. Patut diwaspadai pula, sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi obat-obatan herbal anda harus mencermati nomor registrasi obat atau izin BPOM, serta kemasan obat herbal wajib mencantumkan penggunaan bahasa Indonesia.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending