KBR68H, Jakarta - Nama Anis Baswedan dikenal publik sebagai salah seorang tokoh muda yang aktif dalam berbagai kegiatan anti korupsi dan politik. Di sela kesibukan memimpin Universitas Paramadina, rektor berusia 44 tahun ini masih punya segudang kesibukan di luar kampusnya. Pada kurun Maret - April lalu, ia memimpin Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK saat menyelidiki bocornya Surat Perintah Penyidikan bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Bersama sejumlah tokoh lain, Anis Baswedan juga menggagas Gerakan Indonesia Memilih, sebuah gerakan mencari pemimpin untuk diusulkan kepada Partai Politik sebagai calon Presiden. Sebelum itu semua, sejak 2010, ia melahirkan gagasan Gerakan Indonesia Mengajar, sebuah upaya mencari para calon pemimpin muda kelas dunia, tapi paham masalah lokal, persoalan yang dihadapi oleh kebanyakan masyarakat lapis paling bawah. Karena kegiatan-kegiatan semacam itulah, publik mulai mengidam-idamkan dia sebagai salah satu sosok ideal sebagai calon Presiden Indonesia mendatang. Jurnalis Tempo TV Alif Imam menggali pandangan-pandangan Anis Baswedan tentang sosok pemimpin ideal untuk negeri sebesar Indonesia ini.
Saya melihat Indonesia Mengajar ini seruannya semua pimpinan, anak muda terus menentukan pilihannya yaitu jadi pemimpin. Apa memang anak muda harus menjadi pemimpin?
Simpel saja sebenarnya pemimpin itu apa, pemimpin adalah orang yang punya pengikut. Bila ide anda diikuti, bila langkah anda diikuti maka anda pemimpin. Tapi kenapa orang mengikuti karena orang percaya pada idenya, gagasannya, perilakunya, mendidik adalah memimpin. Poinnya adalah yang Indonesia Mengajar ingin lakukan nomor satu adalah mengundang anak-anak terbaik untuk berada di tempat-tempat yang sulit, lalu mengajar di sana menjadi inspirasi di tempat itu, dia diharapkan bisa menjadi perangsang kemajuan. Misi kedua adalah ini leadership development program.
Jadi kita memetiknya tidak dalam waktu cepat?
Tentu tidak. Karena semuanya di bawah 25 tahun, hampir semua rata-rata 23 tahun. Lalu kita mengharapkan di masa depan, kita berharap anak-anak yang keluar dari program ini adalah anak-anak yang kompetensinya world class tapi hatinya dan pemahamannya grassroots. Hari ini anak-anak Indonesia yang kompetensinya world class tahu semua titik di peta seperti Tokyo, New York, London, Frankfurt. Tapi sebutkan Tulang Bawang Barat belum tahu dimana, Majene belum tahu dimana apalagi masalahnya di tempat itu. Sisi lain, banyak yang tulus ikhlas bekerja di grassroots tidak tahu dunia dan takut pada dunia. Kita berharap dari program gerakan ini, setiap tahun 120 anak, insyaallah kalau berjalan sepuluh tahun ada 1.200 anak-anak muda yang mereka pengalaman mengajar satu tahun, sesudah satu tahun harus ditarik pulang dan berkarir di berbagai sektor. Biarkan mereka nanti menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing yang sesuai minatnya, background pendidikan atau peluang. Tetapi ketika menjadi pemimpin di bidang masing-masing hati mereka itu grassroots, tahu persis tapi ketika diuji kompetensinya kompetensi world class. Kita ingin agar anak-anak kita di masa depan yang muncul ini apakah di pemerintahan, apakah di sektor swasta, minimal mereka bisa mengatakan pada diri sendiri saya pernah mengabdi di republik ini. Belum tentu hari ini kita tanya ke DPR, private sector, BUMN berapa dari kita yang bisa berkata pada diri sendiri pernah mengabdi pada republik ini. Manusia adalah komponen terpenting bangsa ini, karenanya pengembangan kualitas manusia Indonesia menjadi sangat penting. Kita berharap dalam jangka panjang anak-anak ini menjadi duta yang mendorong kemajuan kualitas manusia.
Kalau sudah jadi gerakan biasanya kemudian terdorong membangun link di antara gerakan-gerakan ini, apa yang terjadi sekarang?
Kita link dalam artian semangat, bertukar ide tapi secara organisasi tidak ada hubungan dan tidak mau dibuat menjadi nasional. Nanti repot mengurus AD/ART, repot memikirkan pimpinan nasional nanti berantem urusan pengelolaan. Ada yang bilang kami jadi cabang Indonesia Mengajar saya bilang tidak buka cabang anda buat sendiri, anda jalankan sendiri, anda boleh tiru seluruhnya tidak masalah.
Apa itu kegagalan beberapa program diantaranya misalnya pengentasan kemiskinan karena terlanjur mau dibuat program nasional justru menjadi rumit?
Ada dua pendekatan yaitu pendekatan programmatic dan pendekatan movement, kami mendorong pendekatan movement. Programmatic ini kepemilikan atas program ada pada pengelola program, hampir semua kegiatan untuk menyelesaikan masyarakat kita ini pendekatannya programmatic. Kalau kami pendekatan movement, kita ajak semua orang rasa memiliki masalah, siapa yang menyelesaikan ya anda semua yang menyelesaikan. Kalau yang program tidak, ini masalahnya terus identifikasi masalah, lalu kita siapkan program menyelesaikan masalah itu. Dibuat paket solusi namanya program lalu siapkan sumber daya dananya, orangnya, jaringannya. Lalu sesudah itu siapkan evaluasinya, masyarakat untuk empat hal saja yang dikerjakan yaitu bayar pajak, nyoblos pemilu, mengkritik kalau kurang, memuji kalau baik, terlibat, tidak usah.
Tapi kedengarannya lebih ilmiah yang program?
Tidak lebih ilmiah. Republik ini didirikan dengan gerakan, tidak dengan pendekatan programmatic. Coba kalau pendekatan programmatic tentara sekutu datang, kita sebagai rakyat bilang silahkan Kementerian Pertahanan bertahan silahkan berperang semoga menang, kami doakan, kalau kalah nanti kami kritik di media. Tidak seperti itu, semua orang dipanggil turun tangan anda iuran waktu, uang, macam-macam semua orang dipanggil untuk rasa memiliki masalah.
Persoalannya bagaimana pemerintahan sekarang menyelesaikan masalah dengan gerakan, bagaimana?
Ya karena itulah justru membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menggerakkan, tidak bisa semuanya program. Kami misalnya gerakan Indonesia Mengajar ada komponen programnya yang harus dikelola dengan ada ukuran-ukuran, seperti training itu menyiapkan harus program segala macam tapi potret besarnya ini adalah gerakan yang didalamnya ada komponen program. Yang kita miliki sekarang segalanya program tidak ada komponen gerakannya. Saya sebut saja pemimpin-pemimpin daerah mungkin dia populer tapi menggerakkan tidak, itu pertanyaannya. Menurut saya di Indonesia hari ini kita memerlukan ke depan lebih banyak lagi, Indonesia ini besar sekali tidak bisa persoalan diselesaikan hanya oleh segelintir orang. Ini diperlukan panggilan untuk kita semua turun tangan, mari merasa memiliki masalah. Hari ini kepemilikan kita atas masalah bangsa rendah sekali, begitu ada masalah kita minta orang lain turun tangan.
Menyelesaikan masalah-masalah yang urgent orang cenderung berpikir bahwa yang dibutuhkan adalah strong leadership dan kalau sudah begitu sipil menjadi nomor dua. Bagaimana?
Biasanya yang dibutuhkan bukan strong leadership tapi effective leadership. Kepemimpinan yang efektif itu ada masa dimana dia harus kuat ada masa dia harus lepas, tergantung situasi. Kepemimpinan yang efektif dan kepemimpinan yang menjawab tantangan hari ini, itu luar biasa fundamental. Disini yang diperlukan adalah ketegasan dan yang berani, menurut saya berani itu bukan soal nyaring, bukan soal garang, santun tidak masalah yang penting tegas. Coba saya tanya Pak Harto itu santun tidak? amat santun, tegas? luar biasa tegas. Jadi jangan keliru kalau kita melihat orang yang garang berarti tegas itu belum tentu. Kalau menurut saya mereka yang bisa menjalankan ini justru mereka yang tidak punya beban.
Artinya juga tidak punya beban masa lalu?
Justru itu kalau anda punya beban masa lalu begitu melihat langsung anda terkait dengan ini dan lainnya, disitu kemudian letak masalah muncul.
Kita punya?
Punya banyak tapi tidak dimunculkan partai politik. Media memiliki tanggung jawab moral, karena media bisa menawarkan banyak sekali figur.
Media memunculkan banyak nama diantaranya Anis Baswedan bagaimana?
Masih banyak nama lain.
Tapi anda ada proyeksi atau gagasan untuk muncul?
Saya selalu siap untuk melakukan apa saja selama untuk republik harus siap. Berada di pemerintahan siap, di luar pemerintahan siap, tidak lewat pemerintahanpun saya mengerjakan ini semua tidak masalah.
Tapi celakanya untuk masuk pemerintahan di Indonesia harus lewat partai politik, anda sendiri beberapa kali mengkritik mengenai perilaku dan gaya hidup partai politik. Tanggapan anda?
Kalau ingin ya kemarin-kemarin saya sudah lakukan hal yang berbeda. Tapi saya siap, saya membedakan antara ingin dan siap. Hari ini begitu banyak orang yang ingin tapi belum tentu siap, menurut saya yang penting adalah bersiap, kita itu harus bisa menawarkan bukan hanya ide tapi kesiapan. Hari ini menurut Undang-undang partai politik yang harus menawarkan, nanti partai politik menilai apakah mereka membawa dari dalam, apakah mereka mengundang dari luar itu urusan partai dan itu tidak bisa diputuskan sekarang. Tapi intinya adalah yang kita butuhkan adalah orang-orang yang bisa membantu menyelesaikan dan masih banyak, saya cuma salah satu saja yang disebut.
Editor: Doddy Rosadi