Bagikan:

Alasan Masuk Neraka Sering Digunakan untuk Menakuti Umat Beragama

KBR68H, Jakarta - Pekan lalu, seorang feminis asal Inggris dan juga seorag penulis buku tentang berbagai agama, terutama Samawi, Karen Armstrong datang ke Indonesia.

BERITA

Kamis, 20 Jun 2013 08:28 WIB

Author

Guruh Riyanto

Alasan Masuk Neraka Sering Digunakan untuk Menakuti Umat Beragama

karen armstrong, makna agama, tuhan, masuk neraka

KBR68H, Jakarta - Pekan lalu, seorang feminis asal Inggris dan juga seorag penulis buku tentang berbagai agama, terutama Samawi, Karen Armstrong datang ke Indonesia. Karen Armstrong datang atas undangan salah satu penerbit buku, yaitu Mizan yang selama ini menerbitkan buku-buku Karen Armstrong. Sejumlah bukunya, termasuk yang fenomenal berjudul A History of God atau Sejarah Tuhan ternyata mampu memberikan pencerahan dan pemahaman berbeda akan Tuhan bagi pemeluknya. Namanya telah dikenal luas sebagai seorang wanita yang melakukan kajian mendalam terhadap berbagai ajaran agama. Begitu juga dengan buku The Battle for God atau Berperang demi Tuhan, menyajikan banyak catatan kritisnya tentang pemikiran fundamentalisme dalam agama.

Dalam program Agama dan Masyarakat di KBR68H, Rabu (19/6), Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Zainun Kamaluddin Fakih mengatakan, Karen Armstrong tidak terlalu dikenal sebagai masyarakat umum karena karyanya akademis. Namun, kedatangan Karen dinilai berbahaya bagi kaum radikal. Tokoh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Martin Lukito Sinaga mengatakan, Karen Armstrong membuka sejarah panjang agama-agama. Ia menemukan dalam sejarah, unsur terpenting agama adalah keadilan.

Kerahiman dalam Pemikiran Karen Armstrong

Selama dua hari Karen Armstrong menyebarkan pesan welas asih atau kerahiman, mengembalikan spirit cinta kasih sebagai inti agama, seperti dalam bukunya berjudul Compassion. Martin Lukito Sinaga berpendapat, Karen Armstrong menyarankan agar agama-agama menjadikan kerahiman sebagai praktik iman keseharian. Zainun menambahkan, bagi Karen Armstrong, manusia punya sikap kerahiman. Namun, di konteks sosial, sejarah dan politik, manusia sering mengabaikan sifat hakikat itu.

Sifat kerahiman memiliki sejumlah ciri-ciri. Di antaranya adalah rasa simpati dan keiklasan. Zainun mencontohkan, melalui kerahiman, manusia merasakan penderitaan orang lain. “Derita orang lain adalah derita kita, nabi Muhammad tidak mengenal musuh. Semua orang bersaudara,” katanya. Selain itu, keyakinan bisa dilatih dengan membiasakan diri. Sifat kerahiman juga muncul dalam tindakan yang iklas. Sifat iklas ini bahkan tidak mengharapkan surga sebagai imbalan. Karena kita merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan kita, maka yang kita inginkan hanyalah menghilangkan derita sesama.

Ia mengkritik kebiasaan menyantuni dengan mengundang anak yatim ke rumah mewah dan menunjukan tindakan itu di depan orang-orang. “Itu menyakiti,” kritiknya. Ia juga mengkritik sifat narsism sebagai bentuk kerahiman pada diri sendiri semata. Sebab, sifat ini memancing orang untuk membenci kita. Padahal, Kerahiman tidak menyakiti orang lain dan tidak mengajak orang lain untuk membenci kita.
 
Sifat kerahiman juga mengandaikan suatu keaktifan pada orang lain. Zainun mencontohkan teladan Nabi Muhammad. Ia mendatangi orang-orang di padang pasir. Bukan hanya orang yang datang pada dia. Ia merasa satu dengan orang-orang dan tidak mau mengambil jarak dengan meraka. Ia beberapa kali menekankan sebagai seorang manusia di tengah masyarakat.

Pemaknaan Agama dalam Kerahiman

Karen Armstong kerap menyebut dirinya sebagai freelancer montheism. Teolog Martin Sinaga menyatakan, bagi Karen, “Tuhan adalah cakrawala kemungkinan hidup. Tuhan adalah harapan. Ia suka Tuhan mistikal dan bukan personal.” Melalui pengertian ini, Martin Sinaga berpendapat, manusia mesti lebih menemukan Tuhan di antara kehidupan tempat ada harapan akan kedamaian dan saling menerima. Sebagai akibat kerahiman, Agama diuji dari laku. Karen menyatakan, bahwa ia ingin berbuat terbaik dan tidak ditakut-takuti oleh agama.     

Martin Sinaga mengatakan, agama kini kerap muncul untuk menakut-nakuti umatnya. Alasan neraka sering digunakan sebagai dalih. Martin Sinaga menelisik, sistem ekonomi kapitalisme turut mempengaruhi cara berpikir dan beragama. Agama menjadi seperti perdagangan dan penuh perhitungan. Menurut Martin, pemikiran Karen Armstrong banyak berhutang pada Budhisme yang mencoba menjadikan diri sebagai bagian dari kerahiman. Bagi Karen, kerahiman sifatnya lintas agama. Dengan kata lain, kerahiman ada dalam berbagai agama.
 
Namun, kritikan terhadap gagasan ini datang dari Zainun. Ia menyepakati gagasan kerahiman yang universal. Namun, dalam penerapannya, ia mesti memahami konteks sosial, politik dan budaya setempat. Quran mengajarkan untuk mengajak orang pada kebaikan dengan melihat konteks tersebut.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending