Bagikan:

Masril Koto Mendekatkan Petani dengan Modal

BERITA

Senin, 19 Mei 2014 13:41 WIB

Author

Arin Swandari

Masril Koto Mendekatkan Petani dengan Modal

Masril Koto, Bank Petani

KBR, Jakarta – Masril Koto adalah pahlawan bagi petani di daerah Agam, Sumatera Barat. Dia mendekatkan petani dengan akses modal lewat tempat simpan pinjam bernama Bank Petani. Bank inilah yang jadi penyelamat para petani ketika mereka sudah buntu menghadapi sulitnya memenuhi persyaratan perbankan. Bank Petani ini dikelola oleh para petani dan ditujukan bagi para petani dan keluarga mereka. Arin Swandara mengajak Anda berkenalan lebih lanjut dengan sang pahlawan ini dalam program Sarapan Bersama yang disiarkan KBR, TV Tempo dan PortalKBR.com


Anda mulai dikenal di Padang setelah mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Primatani yang khusus untuk membantu para petani. Bagaimana ceritanya sampai kemudian Anda mendirikan bank khusus para petani?


“Jadi diawali dari masalah saya sendiri, masalah di lingkungan saya atau masalah kawan-kawan saya yang terdekat dengan saya.” 


Karena Anda juga petani dan peternak dulu ya?


“Iya saya bertani. Sampai sekarang juga bertani, cuma mungkin membagi waktu saya. Di kampung saya itu terkenal dulunya sentral pisang yang terbesar di Sumatera Barat. Cuma waktu itu ada penyakit pisang yang melanda daerah itu sehingga pisang habis semuanya masyarakat beralih mata ekonomi, salah satu adalah jenis budidaya yang lain. Tapi yang menjadi masalah adalah pisang ini harus dibongkar dulu, kalau tidak bakteri-bakteri yang ada di pisang itu akan pindah juga ke tanaman lain. Ketika itu mereka mencari modal untuk membersihkan kebunnya dari pohon pisang yang sudah mati layu itu membalik tanah, kalau istilah kami di Padang membalik bumi. Inilah yang mengawali adanya ide pemikiran bersama kawan-kawan petani yang lain untuk membuat Bank Petani. Dulu sebenarnya lembaga ini tidak ada namanya, kita buat saja.”


Tahun berapa itu?


“Sekitar tahun 2006 mulai. Ini juga sebenarnya kekesalan ketika kita mencari informasi tentang mau membuat bank. Pemerintah gampang saja ngomong pergilah ke bank ini bank ini untuk mengambil KUR tanpa proses sulit dan lain-lain. Apa itu… bohong semua. Apalagi dia meminta jaminan. Kita di Sumatera Barat khususnya di Agam ini yang namanya jaminan berbentuk sertifikat tanah itu kita tidak punya. Karena tanah kami di Sumatera Barat ini adalah hak ulayat adat, hak yang diwariskan oleh suku-suku tanah tidak boleh dijual di sana. Dia kalau sudah kesal dia bilang kalau begini susahnya ya sudah kita buat bank sendiri, itu sebenarnya kekesalan.” 


Bagi petani yang sudah bersama Anda berusaha mungkin gampang. Tetapi kemudian Anda mengembangkan ini ke petani yang lain juga karena untuk menolong mereka, bagaimana menjalin mereka untuk bergabung? Kabarnya Anda untuk menghimpun modal harus menjual saham, bagaimana proses pencarian modal itu?


“Jadi sebenarnya dulu alhamdulillah waktu kita mencari-cari informasi bagaimana cara membuat bank dan lain-lain. Secara kebetulan waktu itu ada Yayasan Alumni Fakultas Pertanian Andalas mengadakan diskusi, saya ingat betul judulnya itu “Mengurai Benang Kusut Kredit Pertanian”. Di situ dihadirkan orang-orang bank, saya tanya ke orang BI mereka kasih cara. Saya jadi tahu begini cara mendirikan bank, oh begini cara mendirikannya. Saya harus punya perusahaan, mesti ada pemegang saham. Bagi saya itu asing di telinga saya, saya catat poin-poinnya saja. Bahwasanya mendirikan bank mesti punya perusahaan, kedua punya modal, ketiga punya pemegang saham. Saya tanya saham itu bentuknya apa boleh di-fotocopy tidak, dia jelaskan lagi saham itu sebenarnya kepemilikan modal karena memang nol betul kita.” 


Dengan penjelasan itu Anda mulai menjual saham 100 lembar kepada para petani? 


“Iya.” 


Bagaimana membuat mereka mau beli saham Anda?


“Jadi namanya orang kampung kita suruh beli saham bingunglah dia. Jadi kita buatlah saham ini per lembar harganya Rp 100 ribu, kita cetak itu menumpang print di kantor cabang pertanian. Ya memang namanya masyarakat tidak mudah, masa kertas beginian Rp 100 ribu.” 


Terus bagaimana meyakinkannya?


“Orang Padang ini kuncinya adalah teori masuk, teori menjelaskan yang penting kita jelaskan kepada dia apa keuntungan kalau dia miliki ini. Biasanya disamping dia melihat siapa yang mensosialisasikan atau siapa yang menyampaikan, dia juga melihat apa untungnya ya kita jelaskan saja. Untungnya kalau kamu miliki ini ya sudah kamu jadi pemegang saham di sini.”


Berapa banyak kemudian petani yang mau bergabung dengan Anda? 


“Awalnya itu kita ada lebih kurang sekitar 200 petani. Karena kalau kita door to door agak lambar akhirnya kita mencoba melalui pendekatan komunitas, kelompok tani, ibu-ibu pengajian, arisan, posyandu kita datangi.” 


Kemudian dari situ Anda mendapatkan modal?


“Karena ini kesungguhannya si petani ini. Terus yang menarik adalah lembaga ini berbeda dengan lembaga yang lain.” 


Bedanya apa?


“Operasional teknisnya kalau kita lihat bank yang lain sama. Tapi di sini pemegang sahamnya adalah bapak-bapak atau ibu-ibu, yang kita ambil menjadi pengelola adalah anak-anaknya. Karena orang 60 tahun kita ajari akuntansi lama benar dia menangkapnya, lebih bagus kita mendidik anak-anak yang tidak sekolah ini tapi cepat dia menangkapnya. Ini lembaga sama dimiliki bapak-bapak, ibu-ibu, pengelolanya anak-anaknya. Kantor kita itu agak sedikit lebih merakyat, artinya ya mungkin dia pergi pakai celana pendek pergi ke kantor, pakai sepatu boots saja sambil bawa cangkul ke sana. Terus yang penting sekali adalah fungsi dari lembaga ini.” 


Fungsinya apa saja?


“Ternyata selama ini kawan-kawan petani kita atau kawan-kawan dari masyarakat di pedesaan ini memang tidak bisa mengakses keuangan karena bermacam hal. Pertama yang sederhana bentuk kantor itu berpengaruh pada dirinya, kedua seperti apa orang melayaninya. Kalau di bank semuanya sudah teratur, ada bagiannya, kalau setorkan uang mesti kita yang mengisi, mana ada petani pandai menulis tanda tangannya juga berubah-ubah.”


“Lembaga ini disamping dia menjadi sebagai lembaga untuk pembiayaan bagi kawan-kawan petani kita juga buat produk tabungan. Produk tabungan ini yang ternyata menarik, justru yang meminjam itu sebenarnya ya memang yang butuh-butuh saja. Orang menabung di sini banyak, di sini gampang dan mudah dia cuma datang saja ke lembaga itu, setelah itu ya sudah dia isi slip setoran selesai.” 


Bank Petani yang dirintis Masril Koto kini punya cita-cita membeli pesawat supaya bisa lekas membawa sayur produksi petani. Sejauh mana persiapannya? 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending