KBR, Jakarta - Apa yang Anda rasakan jika terlalu lama berada di jalanan yang disesaki kendaraan? Gangguan pernafasan, iritasi mata maupun gatal di hidung mungkin jadi keluhan biasa bagi Anda. Apalagi jika Anda tinggal di kota besar di Indonsia, salah satunya Jakarta.
Badan Kesehatan Dunia WHO bahkan menyebut polusi udara menjadi ancaman resiko kesehatan terbesar di dunia. Ini karena catatan WHO menunjukkan polusi udara mengakibatkan kematian tujuh juta orang pada 2012 lalu. Polusi udara menjadi penyebab satu dari delapan kematian yang terjadi di seluruh muka bumi.
Meskipun polusi udara sulit dihilangkan terutama di kota besar, Anda masih bisa meminimalisir dampak dari polusi tersebut sejak dini.
dr Laurentya Olga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengatakan banyak masyarakat yang awam soal dampak dari polusi udara. Akibatnya polutan dianggap sebagai hal biasa. Banyak anggapan bahwa penyakit akibat polusi hanya menyerang sistem pernafasan saja, tidak sepenuhnya benar. Polusi udara bisa menyebabkan gangguan pada jantung manusia.
"Polusi jadi fokus utama WHO dan Kementerian Kesehatan. Selama ini jika kita mendengar polusi udara pasti ke nafas, padahal sebenarnya bisa menganggu kesehatan jantung, bahkan sampai menyebabkan kanker dalam jangka panjang," kata Olga.
Zat-zat dalam polusi udara bisa menyebabkan kematian dalam jangka waktu panjang. Apalagi dampaknya seringkali tidak berjangka.
Menurut Olga, kualitas udara yang aman bagi masyarakat bisa dilihat dengan mata telanjang. Kenali udara yang baik jika udara tersebut, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak menimbulkan iritasi pada panca indra.
Olga juga mengingatkan selain polusi udara berupa asap kendaraan atau asap pabrik yang banyak menyumbang polusi, masyarakat juga perlu diingatkan soal asap rumah tangga. Salah satunya asap dari kompor tradisional, asap pembakaran sampah plastik, pembakaran kayu dan asap rokok.
(baca juga: KPBB: Tingkat Polusi Udara Jakarta Meningkat)
Jangan lupa pepatah lama: mencegah lebih baik daripada mengobati. Kata Olga, masyarakat bisa mencegah pemaparan polusi udara dengan masker. Meskipun tak 100 persen mencegah masuknya polutan, namun masker ampuh menekan tingkat polutan yang masuk ke tubuh kita.
Olga juga berpesan, agar masyarakat bisa memilih masker sesuai dengan kebutuhannya untuk menyaring debu atau polusi dis ekitarnya. Saat ini memang banyak masker yang di jual bebas di pasaran.
"Kita bisa menggunakan masker hitam yang sering digunakan kepolisian. Itu warnanya biasanya hitam. Biasanya yang ada filternya itu panas, dan tidak nyaman, tetapi itu efektif,"kata Olga
Selain penggunaan masker, masyarakat bisa meminimalisir polusi udara dengan tidak banyak bersinggungan dengan polusi. Olga menambahkan pertahanan diri juga menjadi penting. Bisa dilakukan dengan olahraga lima kali seminggu, atau diakumulasi 150 menit di akhir minggu.
(baca: WHO: 7 Juta Orang Tewas Setiap Tahun Akibat Polusi Udara)