Teladan KH Hasyim Asyaari di Film Sang Kiai

KBR68H, Jakarta - Rumah produksi Rapi Film akhir bulan ini bakal merilis Film Sang Kiai yang berbiaya  hingga 10 milyar. Film sang kyai garapan sutradara berpengalaman, Rako Prijanto diprediksi bakal meledak tahun 2013 ini. Pasalnya, Isi film ini mencakup drama, perang dan dakwah. Semangat dari film ini ialah menggugah dan mengingatkan masyarakat Indonesia akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam film ini mengangkat kisah hidup tokoh KH Hasyim Asyaari. Ia dikenal sebagai ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keagamaan kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Ia juga pendiri Pesantren Tebuireng, Jawa Timur dan dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain mengajarkan agama dalam pesantren, Hasyim juga mengajar para santri membaca buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.

Banyak pesan moral yang bisa diperoleh penonton melalui film ini. Aktris papan atas yang tak lagi diragukan aktingnya seperti Christine Hakim memerankan Nyai Masruroh dalam film ini.

“Ketika melihat judulnya saya langsung tertarik dan langsung Oke. Biasanya kalau ditawari maein film saya baca dulu scripnya, tapi ini terbalik,” cerita Christine.

Tokoh Nyai Masruroh merupakan istri kedua dari KH Hasyim Asyhari. Dalam sejarahnya,ia tidak berpoligami, saat menikahi Nyai Masruroh istri pertama Hasyim meninggal dunia lebih dulu. Pasalnya, sosok KH Hasyim Asyhari dikenal sebagai seorang yang taat agama dan sangat memahami islam.

“Untuk memerankan tokoh itu, saya minta sama produser dan sutradara filmnya supaya dibekali buku sejarah tentang sosok KH Hasyim Asyhari,” kata Christine.

Akhirnya Christine pun dibekali sebuah buku mengenai biografi KH Hasyim Asyhari yang ditulis Zuhairi Misrawi.

Menurut Zuhairi Misrawi, buku yang ia tulis menggambarkan pikiran-pikiran serta perjalanan hidup sosok KH Hasyim Asyhari.

“Saya tulis buku ini karena ini bagian melunasi janji saya sebagai kader NU. Selama ini belum ada buku yang lengkap menceritakan toko KH Hasyim,” tambahnya.

Dalam buku karangannya, sosok KH Hasyim Asyhari dikenal sebagai orang yang rendah hati dan taat agama. Ia seorang pahlawan nasional yang membantu memberikan semangat kepada para ulama dengan ajaran-ajaran islam untuk melawan jajahan Jepang pada November 1945.

“Dulu dikenal resolusi Jihad. Dalam NU yang dipimpin KH Hasyim Asyhari mengajarkan jihad kebangsaan, dimana dia mendorong kemerdekaan bangsa ini. Bukan seperti Jihad yang sekarang dilakukan oleh para teroris,” kata Zuhairi.

Pasalnya, karena ajaran islam yang ia sebarkan, Jepang berhasil diluluhkan oleh KH Hasyim. Kata Zuhairi, saat itu keinginan Jepang menjadikan KH Hasyim Asyhari sebagai Presiden pertama bangsa ini. Namun, Hasyim menolaknya dan memberikannya pada Bung Karno.

“Bagi KH Hasyim, Bung Karno tetap meletakan dasar negara pertama bagi bangsa ini,” imbuhnya.

Usai membaca buku karangan Zuhairi Misrawi, Christine Hakim pemeran tokoh istri kedua KH Hasyim Asyhari terus berusaha mempelajari sosok Nyai Masruroh. “Tidak mudah memang, tapi bersyukur waktu syuting kebetulan lokasinya tepat di kampung halaman Nyai Masruroh di Kediri. Jadi dapet aktingnya,” ungkapnya.

Ditengah maraknya peristiwa intoleran saat ini, film Sang Kyai dapat mengajarkan kita untuk belajar dari masa lalu. Kisah perjalanan sang Kyai Haji Hasyim Asyhari mengajar kita sebagai negara yang memiliki keberagaman budaya, keyakinan, dan memiliki kekayaan alam melipah tetapi tetap menerapkan “Bhineka Tunggal Ika”.

“Dari sini saya belajar, walaupun Kyai Hasyim ingin Indonesia menjadi negara islam tapi semua atas kehendak Allah. KH Hasyim Asyhari tidak memaksakan diri di masanya, padahal bisa saja dia menebarkan ajaran dan keinginannya kepada para ulama dulu. Tapi, itu tidak dilakukannya,” kata artis yang mengagumi ajaran KH Hasyim ini.

Menurut Zuhairi, jasa KH Hasyim Asyhari telah mengajarkan kepada bangsa ini agar tetap berpegang pada pancasila. “Beliau menebarkan tradisi keagamaan untuk tetap toleran, santun, serta mencitai bangsa sebagai bagian dari iman. Pikiran-pikiran ini yang luar biasa, dan sekarang sudah tidak terlihat di bangsa ini,” katanya.

Christine Hakim berharap agar film ini benar-benar dapat disebarkan kepada masyarakat luas, karena film ini mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang dapat menjadi renungan bagi bangsa ini.

Editor: Doddy Rosadi