Bagikan:

Puluhan Ribu Anak TKI di Sabah Masih Buta Huruf

KBR68H, Jakarta - Mungkin selama ini jika kita mendengar permasalahan TKI maka pikiran kita akan tertuju pada tindak kekerasan kepada mereka.

BERITA

Jumat, 03 Mei 2013 08:05 WIB

Puluhan Ribu Anak TKI di Sabah Masih Buta Huruf

anak TKI, sabah, buta huruf, sobat bumi, pertamina

KBR68H, Jakarta - Mungkin selama ini jika kita mendengar permasalahan TKI maka pikiran kita akan tertuju pada tindak kekerasan kepada mereka. Namun ternyata ada permasalahan lain yang juga penting untuk diketahui yaitu seputar pendidikan anaka-anak mereka. Sekitar puluhan ribu anak TKI di Sabah, Malaysia ternyata masih dalam keadaan buta huruf. Data tersebut juga dibenarkan oleh Konsulat Jenderal Indonesia di Malaysia. Sebagian besar dari mereka adalah anak dari buruh di perkebunan Kelapa Sawit di Sabah. Keadaan ini diperparah dengan para pemilik Kebun yang tidak memperhatikan pendidikan keluarga buruh-buruh mereka.

Berangkat dari kondisi yang memprihatinkan ini, Direktur Green Education Pertamina Foundation, Ahmad Rizali tergerak untuk membuat sebuah program pengiriman tenaga pengajar dari Indonesia untuk mengajar para anak TKI yang sangat membutuhkan pendidikan. Akhirnya tercetuslah Program yang bernama Sobat Bumi. Sejumlah tenaga pengajar yang terpilih akan dikirim ke Malaysia.
Ahmad Rizali yang akrab dipanggil Nanang mengatakan pada awal masa registrasi ada sekitar 100 orang lebih yang mendaftar untuk program ini.

Syaratnya adalah memiliki ijasah S1 dan mengukuti rangkaian psikotes. Kata Nanang, dibutuhkan calon-calon relawan pengajar yang militan karena tempat yang akan mereka datangi sebagian besar terpencil. Peserta akan diseleksi langsung oleh para psikolog untuk mengetahui dengan tepat niat dan kesiapan mereka. Dari total 100 lebih peserta akan di pilih 30 orang terbaik yang akan mengikuti pelatihan pengajar lebih lanjut. 15 orang yang paling cocok yang selanjutnya akan dikirim untuk mengajar para anak TKI khusunya di Sabah Malaysia.

Tujuan utama program ini sederhana yaitu mengajarkan para anak TKI yang buta huruf menjadi bisa membaca. Selain itu mereka juga akan diajarkan pengetahuan tentang Indonesia yang selama ini tidak mereka dapat.
"Para anak TKI ini setiap hari lihatnya TV malaysia, segala macam berbau Malaysia. Mereka itu banyak loh yang justru belum mengenal Indonesia. Ada yang tidak tahu siapa Presidennya, ada yang tidak bisa lagu Indonesia Raya. padahal mereka kan warga Indonesia juga," ujar Nanang dalam program Talkshow Guru Kita di studio KBR68H, Jakarta.

Sejumlah LSM internasional saat ini juga turut berartisipasi untuk mengatasi masalah pendidikan para anak TKI ini dengan membangun beberapa pusat pembelajaran yang seadanya. Namun masih banyak anak TKI didaerah terpencil lainnya di Malaysia yang belum terjamah. Salah satu pengajar Indonesia dibawah LSM Humana, Rahayu mengatakan tenaga pengajar keluarga TKI masih sangat minim. proses belajar juga terkadang terhambat karena terkendala masalah pekerjaan.

"Sebagian dari mereka anak-anak itu ada yang harus membantu orang tuanya, terutama yang bekerja di kebun Sawit. mereka kadang ada yang tidak masuk hinga sebulan karena sibuk bekerja," katanya.

Direktur Green Education Pertamina Foundation, Nanang mengatakan permasalahan ini sebenarnya sudah disadari pemerintah sejak lama. Namun faktor hambatan peraturan prosedural antara Indonesia dan malaysia membuat masalah ini tidak kunjung selesai. Pemerintah Malaysia sendiri akhirnya tutup mata jika ada suatu bentuk sekolah kecil untuk pendidikan para anak TKI. Sekolah tersebut sebenarnya ilegal karena dalam peraturannya, para TKI dilarang membawa anaknya ke Malaysia.

"Ya kalau diselesaikan secara prosedur susah ini tidak akan selesai. Pemerintah Malaysia juga serba salah, kalau dilarang sekolah itu tapi ini kan masalah kemanusiaan. Kalau mau dibantu tapi ini melanggar aturan mereka sendiri. Ya jadinya pihak LSM dan Swasta yang harus bergerak saat ini," ujarnya.
Tenaga Program Sobat Bumi direncanakan akan berangkat bulan Mei ini setelah selesai mengurus izin imigrasi dan izin dari pemerintah Malaysia. 15 orang pengajar yang diberangkatkan memang tidak banyak namun diharapkan dapat mengurangi secara bertahap tingkat buta huruf para anak TKI. Pihak Pertamina Foundation selaku pelaksana program ini berharap selanjutnya akan ada tambahan tenaga pengajar yang dikirim.

"Sekarang 15 orang ini dulu karena kita dari Foundation juga terkendala dana yang terbatas. Selanjutnya nanti rencananya akan ditambah supaya lebih banyak lagi anak-anak TKI itu yang bisa mengenyam pendidikan, minim-minim bisa membaca lah," ungkap Nanang

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending