KBR68H, Jakarta - Pemerintah mengaku optimis bisa membayar utang negara sekitar Rp 2.000 triliun. Jumlah tersebut sekitar 23 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 9.000 triliun. Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan pemerintah saat ini fokus untuk menjaga fiskal negara. Sebab, selama ini keuangan negara mengalami defisit karena sebagian besar keuangan negara digunakan untuk anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM). Apakah jumlah utang Indonesia saat ini masih dalam taraf wajar? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Novri Lifinus dengan Pengamat Ekonomi dari INDEF, Sugiyono dalam program Sarapan Pagi
Soal utang anda melihat ini masuk akal tidak?
Itu kebesaran memang. Tetapi masalahnya kalau utang itu tidak dilakukan maka APBN dalam keadaan bahaya.
Jadi memang sangat diperlukan ya?
Iya sangat tergantung dari utang. Pemerintah semula menggunakan rating anggaran berimbang, namun di dalam ada utang dianggap bantuan. Kemudian setelah krisis itu kita utangnya membengkak luar biasa karena ada perhitungan negosiasi segala macam ya.
Menurut pendapat anda bagaimana supaya ini bisa terus berkurang? apa langkah-langkah yang perlu dilakukan pemerintah?
Utang itu harus diawasi dengan baik karena penggunaannya yang paling dikhawatirkan adalah APBN dibiayai melalui utang untuk mempercepat pembangunan. Kalau utang itu dihentikan maka kita tidak bisa membangun lebih cepat, kalau itu dilakukan penggunaannya harus terus diawasi terutama kebocoran-kebocoran dari penerimaan APBN dan belanja negara.
Anda setuju kalau BPK diminta mengaudit khusus soal utang?
BPK selalu mengaudit tanpa menggunakan APBN.
Misalnya per daerah begitu?
Itu selalu dilakukan namun pemerintah selama ini bersikap kurang terbuka tentang hal itu, selalu ditutup-tutupi terutama pada pemerintahan Orde Baru. Sekarang ini reformasi harus lebih terbuka itu untuk apa, berapa banyak bocornya, dan segala macam.
Kalau dari catatan Indef berapa besar jumlah kebocoran anggaran negara ini?
Indef tidak meneliti khusus tentang kebocoran itu. Tetapi kita pernah ingat bahwa 30 persen segala macam dan yang lainnya memberitakan lebih besar lagi, tetapi itu bukan sumber dari Indef. Itu penelitian orang-orang lain yang mengatakan itu.
Kalau untuk masukan yang selama ini belum pernah kita lakukan apa?
Sekarang posisi utang kita untuk menutupi defisit lebih banyak dari sumber dalam negeri, sumber dari luar negeri sudah negatif untuk bayar cicilan dan pokok dibanding utang baru. Yang harus dilakukan memang kita harus melihat berapa bunganya dan jangka panjangnya, ada yang jatuh tempo delapan tahun lagi itu harus diperhatikan. Jangan sampai pemerintahan yang sekarang ini tidak memahami hal itu menjadi pendapat umum. Disamping itu juga bukan hanya utang dari negara saja, utang swasta dan BUMN harus lebih terbuka. Karena awalnya memang utang negara itu yang paling besar dan menyolok, belum lagi utang swasta kemudian BUMN. Masing-masing itu harus jelas, sebab apapun yang terjadi pada BUMN dan swasta kalau ada persoalan maka negara juga terkena akibatnya ada penalangan sementara dan segala macam.
INDEF: Awasi Penggunaan Utang di APBN
KBR68H, Jakarta - Pemerintah mengaku optimis bisa membayar utang negara sekitar Rp 2.000 triliun.

BERITA
Rabu, 22 Mei 2013 20:09 WIB


INDEF, utang, APBN, awasi
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai