Bagikan:

Yang Muda Bicara Toleransi

Paham radikal di sini tidak diasosiasikan dengan satu agama. Di Indonesia di mana muslim kebetulan mayoritas, radikalisme kelompok muslim lebih terasa.

BERITA | PROGRAM | AGAMA DAN MASYARAKAT | NASIONAL

Kamis, 23 Apr 2015 13:59 WIB

Author

Rio Tuasikal

Yang Muda Bicara Toleransi

Mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam komunitas Gerakan Muda Cinta Damai (Gemacita) menggelar Kampanye Peace, Love Unity, Respect for All (PLUR4ALL) bertajuk Bandung Damai KAA Sukses di

KBR, Jakarta - Kaum muda di Indonesia menjadi target paham radikalisme. Kaum muda kini ikut gerakan-gerakan yang anti keberagaman dan menggunakan kekerasan, seperti misalnya ISIS.

“Saya tidak ingin menyebut radikalisme naik secara kuantitas, tapi secara kualitas terasa naik,” ujar Aminuddin Maruf, Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam perbincangan Agama dan Masyarakat KBR, Rabu (22/4) malam.

Dalam menyasar anak muda, gerakan-gerakan radikal menyusup ke sekolah dan kampus. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Ayub Manuel, Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), mengatakan, “usia remaja dan kuliah adalah pencarian identitas. Paham radikal mudah masuk.”

Selain itu, Ayub mencatat, kelompok radikal sangat pintar menggunakan media sosial yang digandrungi anak muda.

Paham radikal di sini tidak diasosiasikan dengan satu agama. Sebab spektrum radikalisme muncul di agama apa saja. Di Indonesia di mana muslim kebetulan mayoritas, radikalisme kelompok muslim lebih terasa. “Jangan sampai setiap bicara radikalisme, langsung menuju Islam,” pungkas Amin.

Bagi dua organisasi besar seperti PMII dan GMKI, radikalisme adalah masalah serius meski tidak baru. PMII membentengi kader-kadernya dengan tameng kebangsaan. “Kami orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam di Indonesia. Itu artinya sangat berbeda,” jelasnya.

PMII juga membekali mahasiswa dengan konsep dakwah yang utuh. “Dakwah itu tidak menyerang orang lain. Dakwah itu tidak memanfaatkan eksploitasi ekonomi,” tegasnya.

Senada dengan PMII, organisasi GMKI yang digawangi Ayub juga menyorot nasionalisme sebagai isu utama. “Kongres kami mendukung pembicaraan keindonesiaan dan kebhinnekaan. Ini untuk mencegah radikalisme,” jelasnya.

Ayub menambahkan, semangat kebangsaan akan efektif menangkal radikalisme yang dipayungi geopolitik internasional. Bersama PMII, organisasi GMKI akan jadi garda terdepan mengawal keindonesiaan. “GMKI punya tanggung jawab moral mendorong pemuda kristen makin bertanggung jawab sebagai bangsa Indonesia.”

Hal ini harus dilakukan segenap kalangan muda Indonesia, saat ini juga. Sebab, seperti kata Amin, “jangan sampai bonus demografi nanti malah diisi oleh orang-orang radikal.”


Editor: Quinawaty Pasaribu 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending