KBR, Jakarta - Kaum muda di Indonesia menjadi target paham radikalisme. Kaum muda kini ikut gerakan-gerakan yang anti keberagaman dan menggunakan kekerasan, seperti misalnya ISIS.
“Saya tidak ingin menyebut radikalisme naik secara kuantitas, tapi secara kualitas terasa naik,” ujar Aminuddin Maruf, Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam perbincangan Agama dan Masyarakat KBR, Rabu (22/4) malam.
Dalam menyasar anak muda, gerakan-gerakan radikal menyusup ke sekolah dan kampus. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Ayub Manuel, Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), mengatakan, “usia remaja dan kuliah adalah pencarian identitas. Paham radikal mudah masuk.”
Selain itu, Ayub mencatat, kelompok radikal sangat pintar menggunakan media sosial yang digandrungi anak muda.
Paham radikal di sini tidak diasosiasikan dengan satu agama. Sebab spektrum radikalisme muncul di agama apa saja. Di Indonesia di mana muslim kebetulan mayoritas, radikalisme kelompok muslim lebih terasa. “Jangan sampai setiap bicara radikalisme, langsung menuju Islam,” pungkas Amin.
Bagi dua organisasi besar seperti PMII dan GMKI, radikalisme adalah masalah serius meski tidak baru. PMII membentengi kader-kadernya dengan tameng kebangsaan. “Kami orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam di Indonesia. Itu artinya sangat berbeda,” jelasnya.
PMII juga membekali mahasiswa dengan konsep dakwah yang utuh. “Dakwah itu tidak menyerang orang lain. Dakwah itu tidak memanfaatkan eksploitasi ekonomi,” tegasnya.
Senada dengan PMII, organisasi GMKI yang digawangi Ayub juga menyorot nasionalisme sebagai isu utama. “Kongres kami mendukung pembicaraan keindonesiaan dan kebhinnekaan. Ini untuk mencegah radikalisme,” jelasnya.
Ayub menambahkan, semangat kebangsaan akan efektif menangkal radikalisme yang dipayungi geopolitik internasional. Bersama PMII, organisasi GMKI akan jadi garda terdepan mengawal keindonesiaan. “GMKI punya tanggung jawab moral mendorong pemuda kristen makin bertanggung jawab sebagai bangsa Indonesia.”
Hal ini harus dilakukan segenap kalangan muda Indonesia, saat ini juga. Sebab, seperti kata Amin, “jangan sampai bonus demografi nanti malah diisi oleh orang-orang radikal.”
Editor: Quinawaty Pasaribu
Yang Muda Bicara Toleransi
Paham radikal di sini tidak diasosiasikan dengan satu agama. Di Indonesia di mana muslim kebetulan mayoritas, radikalisme kelompok muslim lebih terasa.



Mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam komunitas Gerakan Muda Cinta Damai (Gemacita) menggelar Kampanye Peace, Love Unity, Respect for All (PLUR4ALL) bertajuk Bandung Damai KAA Sukses di
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai