Bagikan:

Pantau Ketimpangan APBD, Yuk Ikut Sekolah Anti Korupsi

Sekolah Anti Korupsi ingin memberikan pembekalan kepada peserta tentang praktek, gejala, dampak korupsi dan investigasi.

BERITA | PROGRAM | REFORMASI HUKUM DAN HAM

Selasa, 21 Apr 2015 06:55 WIB

Author

Eka Fikriyah

Pantau Ketimpangan APBD, Yuk Ikut Sekolah Anti Korupsi

Sejumlah peserta didik tengah mengikuti pendidikan singkat tentang bahaya Korupsi di Sekolah Anti Korupsi Tangerang yang diselenggarakan di Kampus UIN Syarief Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan,

KBR, Jakarta - LSM pemantau antikorupsi ICW kembali menyelenggarakan Sekolah Anti Korupsi di Tangerang, Banten. Pekan lalu kegiatan Sekolah Anti Korupsi (SAKSI) digelar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat, Tangerang. Sekolah ini ditujukan untuk mahasiswa dan masyarakat mengenai bahaya korupsi.  

Menurut Koordinator ICW, Adnan Topan Husodo, Agustus ini akan akan dibuka pendaftaran SAKSI tahap dua. Ini merupakan pengembangan dari SAKSI tahap pertama yang sudah digelar pada 2014 lalu. Tahun ini, pendaftaran dibuka untuk mahasiswa dari seluruh Indonesia. Penyelenggaraan SAKSI yang kedua ini, tidak menggunakan mitra lokal dan murni diselenggarakan oleh ICW sendiri.

“Ini salah satu peluang yang cukup besar untuk mahasiswa  yang ingin mendaftar. Kita berharap ada atensi yang cukup besar dari mahasiswa untuk terlibat, karena ini kesempatan yang langka. Bagaimana mereka mengikuti kegiatan ini selama 10 hari secara intensif dan ada kegiatan yang secara langung konkrit disimulasikan," ujar Adnan saat berbincang bersama KBR pada program Reformasi Hukum dan HAM, Senin (20/04/2015).

Sebagian besar kebutuhan mahasiswa yang akan mengikuti sekolah ini, akan ditanggung  pihak ICW, seperti transportasi  dan akomodasi. Akan tetapi, ICW juga meminta peserta untuk membiayai kebutuhan mereka sehari hari, seperti konsumsi.

“Diadakan biaya untuk konsumsi sehari-hari bagi peserta, ini memang sengaja, agar peserta memiliki ownership terhadap kegiatan atau rasa tanggungjawab yang besar, agar lebih serius. Nah, kalau di gratiskan sepenuhnya, potensi disia-siakan akan  ada," jelasnya.


SAKSI Akan Buka di Bogor dan Depok

Adnan menambahkan, SAKSI diperuntukkan untuk mahasiswa yang berusia di bawah 25 tahun. Sebab mahasiswa biasanya mempunyai komitmen yang tinggi untuk terlibat dalam gerakan antikorupsi. Apalagi, jumlah universitas dan mahasiswa di Indonesia cukup banyak, sehingga menjadi pasar yang menarik  untuk dimanfaatkan. Selain itu, kata Adnan, mahasiswa punya pengaruh cukup besar untuk menjalankan agenda perubahan kepada pemerintah yang ada di sekitar mereka.

Misalnya, menurut pantauan ICW dan TRUTH (Tangerang Public Tranparency Watch), ada beberapa ketimpangan APBD antara Jakarta dan daerah provinsi lain.  Hal ini, kalau tidak diawasi maka penyelewengan akan terjadi kemana-mana. Nah, dipilihnya Tangerang sebagai lokasi Sekolah Anti Korupsi ini, salah satunya karena lokasinya yang berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta, sehingga mudah dipantau atau dibandingkan ketimpangannya.

“Rencananya, Sekolah Anti Korupsi ini akan meluas di Bogor dan Depok. Kita berharap sekolah ini menjadi  model untuk teman–teman di Indonesia, karena kita sudah mempersiapkan kurikulum, narasumber atau fasilitator untuk menyelenggarakan kegiatan itu,” jelas Adnan.

“Dengan sekolah ini, mahasiswa bisa mengkritisi anggaran di kampusnya sendiri atau  dalam konteks wilayahnya masing-masing. Bagaimana mereka mengkritisi anggaran pelayanan publik yang punya kecenderungan penyelenggaraan pemerintah yang bermasalah.” tambahnya.


Pengalaman Ikut SAKSI

Menurut salah satu alumni Sekolah Anti Korupsi, Rizki Firdaus dari TRUTH (Tangerang Public Tranparency Watch) dengan mengikuti sekolah ini, ia sudah berencana untuk melakukan investigasi terhadap salah satu holding property di Tangerang Selatan. Perusahaan ini, diduga melakukan inkonsistensi kewenangan. Ia menilai, perusahaan ini, hanya mementingkan nilai ekonomi semata.

“Adanya determinasi antara politik dan hukum, di mana di atasnya ada segalanya, yaitu ekonomi. Kedepannya, saya juga ingin mengajak teman- teman mahasiswa, agar jangan lagi hanya berbicara mengenai konteks hukum dan politik saja, tapi juga harus melihat  faktor  ekonomi yang terkadang terlewatkan,” ujar Rizki.

Ada tiga poin utama SAKSI, yaitu mahasiswa dan gerenasi muda yang  berfikir secara intelek, bisa berdiskusui secara interaktif atau beragumentassi dengan cermat. Setelah itu, membuat resume dari hasil pemikiran, untuk berlatih membuat laporan.

Sementara itu Koordinator ICW, Adnan Topan Husodo menambahkan, Sekolah Anti Korupsi ingin memberikan pembekalan kepada peserta tentang praktek, gejala, dampak korupsi dan investigasi. Hal ini, tentu saja dilihat dari berbagai aspek hukum, sosiologis, ekonomi dan sebagainya. Misalnya, bagaimana melihat implikasi korupsi terhadap isu pelayanan publik untuk menciptakan kemarahan yang besar terhadap korupsi.

Tertarik ingin ikut kegiatan di Sekolah Anti Korupsi?  Silahkan pantau twitter @sahabatICW 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending