KBR68H, Jakarta - Institute for Strategic Initiatives (ISI) menyatakan banyaknya masyarakat yang memasang tarif pilihannya dalam pemilu, terjadi karena kekecewaan pada caleg di periode sebelumnya.
Direktur ISI, Lucky Djani mengatakan, banyak masyarakat melihat kinerja para anggota dewan yang mereka pilih dulu tidak maksimal. Bahkan di antara mereka ada yang terjerat kasus hukum.
"Mereka mencermati perilaku anggota dewan terpilih yang tidak amanah, yang korup, yang tidak berintegritas. Akhirnya orang menganggap; saya capek-capek memberikan suara dan datang ke TPS, tapi kemudian begini hasilnya. Akhirnya mereka secara reaksioner menetapkan, kalau mau suara saya, ada tarifnya," ujarnya.
Temuan jual-beli suara terjadi di Balikpapan. Kontributor KBR68H, Teddy Rumengan melaporkan warga menawarkan tarif Rp 300 ribu untuk DPRD Kota, Rp 400 ribu untuk DPRD provinsi dan Rp 1 juta rupiah untuk DPR RI.
Editor: Antonius Eko