KBR68H, Jakarta – Banyak yang tak tahu di mana letak Bantaeng. Namun bersiaplah untuk kagum jika Anda berkunjung kabupaten yang terletak di Sulawasi Selatan ini.
Di bawah kepemimpinan Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Bantaeng bercita-cita menjadi daerah pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi Selatan. Gelagatnya mulai terlihat sejak sekarang, salah satunya dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,9 persen per tahun. Selain itu Indeks Pendapatan per kapita warganya naik dari Rp 5 juta menjadi Rp 14,7 juta per tahun. Belum lagi sederet penghargaan yang sudah diraih, seperti Adipura selama 4 tahun berturut-turut, Innovative Government Award pada 2013 dan tiga tahun berturut-turut meraih Otonomi Award.
Dan jangan lupa. Sejak Februari lalu, Bupati Bantaeng yan g satu ini menetapkan kalau pejabat tak boleh pakai sepatu murah.
Apa rahasia Nurdin Abdullah dalam memimpin Bantaeng? Simak wawancara Arin Swandari untuk program “Sarapan Bersama” dari KBR68H dan PortalKBR.
Harga sepatunya berapa?
“Sepatunya murah Rp 500 ribu, bisa pakai dua tahun.”
Kenapa Anda meminta pejabat di sana meminta pejabat di sana untuk tidak pakai sepatu mahal dan barang mahal lainnya?
“Kalau sepatu mahal nanti ke lapangannya malas. Karena namanya kita di daerah, saya harap pejabat saya banyak blusukan. Sekalian bisa menyapa masyarakat sekaligus mendengarkan apa yang menjadi persoalan yang ada di masyarakat.”
Kemudian bagaimana Anda mengontrol dan mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja?
“Sebenarnya kepemimpinan ini soal keteladanan. Saya mencoba selalu menjadi contoh termasuk bagaimana kita melayani masyarakat dengan hati, keikhlasan supaya apa yang kita perbuat itu tidak dibuat-buat. Artinya kita punya negara yang kaya sekali dari sisi sumber daya alam, energi, semuanya. Kita memiliki semua lantas kita hidup sebagian masyarakat banyak yang tidak beruntung, saya kira harus ada program yang kita lakukan untuk menyelesaikan persoalan. Saya mulai dari Bantaeng, bagaimana saya menghadirkan sebuah pemerintahan yang kira-kira masyarakat merasakan manfaat seperti misalnya benahi kebutuhan dasar masyarakat termasuk air bersih, jalan, hadirkan kota yang hijau, dan murah.”
Ada target yang besar?
“Kalau saya sederhana saja yang penting umur yang diberikan oleh Allah ini bisa bermanfaat kepada sesama. Kedua saya disekolahkan tinggi-tinggi tentunya untuk menolong yang belum beruntung.”
Anda pernah bekerja di empat perusahaan penanaman modal asing asal Jepang, juga menjadi Presiden Direktur untuk empat perusahaan Jepang. Hitung-hitungan gaji tentu besar sekali....
“Sebenarnya saya dari SMP kerja keras, tidak dibiayai orang tua. Jadi dari SMP saya mandiri, masuk SMA, terus saya menikah ya alhamdulillah saya bisa bantu orang tua. Saya mendapatkan istri orang baik-baik dan terpandang, saya disekolahkan. Jadi dari 1991 saya di Jepang bekerja, berbisnis, dalam perjalanan itu saya bisa menduduki karir yang cukup buat saya dan punya beberapa bidang usaha. Walaupun gaji saya turun tapi saya masih sebagai pemilik.”
Anda di sana menciptakan pertumbuhan ekonomi tertinggi salah satu di Indonesia 8,9 persen. Bagaimana caranya?
“Ini yang kita kelola APBD ini uang rakyat. Jadi saya selalu ingatkan kepada teman-teman saya di daerah bahwa kita ini diberi amanah oleh rakyat untuk mengatur uang mereka, bagaimana mereka rasakan manfaatnya. Jadi perencanaan kita jangan selalu berasaskan keinginan, harusnya berasaskan kebutuhan sehingga satu rupiah pun uang rakyat ini harus bermanfaat. Jangan selalu kita hanya berpikir bagaimana menghabiskan tapi bagaimana kita menghasilkan.”
Bantaeng juga terkenal dengan fasilitas medis dengan kualitas ekstra baik - terutama lewat Brigade Siaga Bencana (BSB). Saking bagusnya, fasilitas ini mendapat nomine dari United Nations Public Service Award oleh PBB tahun ini. Brigade ini menggunakan nomor telfon darurat 113 yang bisa dipakai untuk memanggil tim kebakaran, juga tim medis.
"Latar belakang dibangunnya pelayanan prima kesehatan, Brigade Siaga Bencana. Angka kematian melahirkan tinggi sekali, terus yang kedua penyakit lingkungan buang-buang air dan sebagainya itu memilukan. Pertama akses, kedua mereka mungkin keterbatasan uangnya harus bayar, ketiga bagaimana kesananya. Dari dasar itu kita coba hadirkan Brigade Siaga Bencana, saya ke Jepang cari ambulance, damkar, ya tidak mungkin APBD kecil mau beli itu. Terus walaupun ini second dari Jepang ternyata masuk ke Indonesia kita punya ambulance tidak ada di Indonesia, artinya ambulance kita dibanding biasa di daerah itu rata-rata kalau ada pasiennya langsung ngebut supaya cepat sampai. Kalau ambulance kita protapnya tidak boleh ngebut karena di atas semua peralatannya ada seperti oksigen, pacu jantungnya ada. Ternyata alhamdulillah rumah sakit menjadi berkurang."
Rumah sakit diincar oleh swasta, tapi tidak akan dijual kan?
"Tidak itu fasilitas untuk rakyat."
Yang juga hebat di Bantaeng adalah berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi sampai nyaris 9 persen setahun, juga menaikkan pendapatan per kapita dari Rp 5 juta menjadi Rp 14 juta. Apa rahasianya?
"Jadi sebenarnya sederhana. Saya dari tahun menjabat saya membuka pintu seluas-luasnya, saya tinggal di rumah pribadi. Masyarakat setiap hari berbondong-bondong ke rumah menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi, termasuk jalan yang rusak, pupuk langkah, dan sebagainya. Jadi setiap pagi jam 5.30 pagi sudah ramai di rumah, di periode pertama saya tidak ada batasnya setelah itu saya mengecek permasalahan yang mana yang dimaksud."
Kalau Anda sudah tidak menjabat bagaimana kira-kira meneruskan estafetnya?
"Saya yakin bahwa masyarakat Bantaeng mindset-nya lima tahun berubah. Kedua seleranya sudah sangat tinggi, orang Bantaeng sekarang seleranya tinggi. Makanya pengganti saya ini sekarang saya lagi kader semua saya coba menyamakan persepsi, hati di jajaran birokrat. Artinya ke depan ini masyarakat akan menentukan pilihannya saya kira dan siapapun yang dia yakini insyaAllah akan menjadi pelanjut saya."
Anda sendiri setelah itu akan?
"Saya mau kembali menjadi pengusaha. Ya banyak usaha-usaha saya dan alhamdulillah masih dikelola orang-orang profesional, kedua saya harus balik ke kampus untuk mengajar."
Kalau ada yang mencalonkan Anda untuk ke provinsi bagaimana?
"Kalau saya dulu saja jadi bupati didesak-desak, jadi apa saja dan itu permintaan rakyat kita bismillah."