KBR68H, Jakarta - Hari pencoblosan Pemilu tinggal 2 hari lagi. Ada sambutan beragam dari kelompok miskin kota dan buruh di Jakarta soal Pemilu. Walaupun memilih untuk berpartisipasi dalam Pemilu, namun kalangan miskin kota di Jakarta tetap mempunyai ganjalan soal ini.
“Kami ingin berpartisipasi untuk memilih, tapi apakah perubahan akan datang ke rumah-rumah kami?,” tanya Rosma. Rosma adalah salah satu pemulung yang tinggal di Kedoya, Jakarta Barat.
Ketua Forum Masyarakat Kota Jakarta (FMKJ) salah satu organisasi yang mengurus kalangan miskin kota di Jakarta, Masyuti menyatakan ada banyak kalangan miskin kota yang pesimistis akan perubahan yang dilakukan para caleg usai Pemilu.
(baca: Ketika Pemilu Berakhir, Penderitaan Dimulai)
“Jangan perubahannya hanya untuk orang kaya saja, sedangkan kami hanya bisa menjadi penonton,” harap Masyuti.
Banyak kalangan miskin kota di Jakarta yang mengaku kecewa karena selama ini mereka hanya dianggap sebagai penonton. Hal ini menunjukkan kalau suara-suara mereka hanya dibajak oleh partai politik. Padahal mereka harus menyelesaikan persoalan yang dialami setiap hari: harga kebutuhan sehari-hari yang terus bertambah, biaya rumah sakit atau sekolah anak.
“Sebenarnya kalau ditanya, pasti warga miskin tidak mau untuk berpartisipasi dalam Pemilu karena perubahan yang nyaris tak ada, namun kami masih menghormati konstitusi negara ini,”ujar Masyuti.
Maka untuk Pemilu kali ini, dari kelompok miskin kota ada yang memilih untuk ikut Pemilu, sementara ada juga yang tidak.
“Yang tidak ikut memilih karena tidak mempunyai KTP. Sebagian lagi memilih untuk menjadi Golput. Namun sejumlah orang juga memutuskan untuk memilih karena mereka optimistis jika Jokowi menjadi presiden, mereka bisa berharap akan ada perubahan,”ujar Masyuti.
Buruh Tolak Pemilu
Sejumlah buruh di Jakarta bersikap berbeda.
Hari Minggu (6/4) sejumlah buruh yang tergabung dalam Komite Politik Alternatif menggelar aksi unjuk rasa menolak Pemilu 9 April 2014. Aksi yang dilakukan di Bundaran Hotel Indonesia ini mengajak masyarakat untuk membangun partai alternatif. Aksi serupa berlangsung di kota seperti Ponorogo, Yogyakarta, Makassar dan Palu.
Koordinator aksi Suryanta menjelaskan, aksi dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap partai-partai di Indonesia yang tidak mempunyai konsep soal hak asasi manusia, juga tidak berpihak pada buruh.
“Kami melihat baik partai lama maupun partai baru tak menjanjikan apa-apa. Upah buruh masih rendah, serikat pekerja masih dilarang, pendidikan buruk, rumah sakit mahal. Kondisi ini tidak menguntungkan buruh. Dulu kami berharap dari Jokowi namun Jokowi juga tidak menyepakati kenaikan upah buruh di Jakarta.”
Gerakan tolak Pemilu ini juga merupakan gerakan konsolidasi untuk membangun partai alternatif. Suryanta menambahkan para buruh juga akan melakukan aksi nasional untuk melawan Pemilu di hari pencoblosan Caleg 9 April 2014.
“Kami akan melakukan aksi dengan berbagai cara, datang ke tempat pemungutan suara dan menyebarkan poster penolakan Pemilu.”
Buruh dan Miskin Kota Jakarta: Menjadi Penonton, Menolak Pemilu
KBR68H, Jakarta - Hari pencoblosan Pemilu tinggal 2 hari lagi. Ada sambutan beragam dari kelompok miskin kota dan buruh di Jakarta soal Pemilu.

BERITA
Senin, 07 Apr 2014 17:24 WIB


buruh, miskin, pemilu
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai