KBR68H, Jakarta - Partisipasi kaum waria atau transgender di pemilihan umum calon anggota legislatif 2014 diprediksi rendah. Ini disebabkan minimnya kesadaran politik mereka.
Pengamat sosial tentang transgender Jane Maryam menjelaskan ada 3 faktor yang menyebabkan kaum transgender sedikit yang mencoblos di 9 April 2014 besok. Faktor itu di antaranya kebanyakan waria hidup berpindah atau nomaden.
"Kalau kita ngomongin transgender dan waria, di Jakarta saja kan kebanyakan dari luar kota. Mereka mempunyai identitas seperti KTP untuk memilih, tapi itu kurang. Itu KTP di daerah, kalau di Jakarta tidak punya," jelas Jane saat dihubungi KBR68H belum lama ini.
Selain itu, menurut Jane, partisipasi politik kaum waria itu masih sangat rendah. Kebanyakan waria tidak lulus sekolah, atau juga mereka diusir dari keluarganya.
"Aku bisa katakan begitu (partisipasi rendah), karena teman-teman itu berjuang, hari ini masih makan nggak yah? Mereka nggak mikir politik itu apa? Mungkin bagi transgender masih punya pendidikan yang sadar politik itu ada, tapi sedikit," jelas Jane.
Peluang suara 7 juta waria di Indonesia
Menurut data Forum Komunikasi Waria Indonesia, ada 7 juta waria lebih di Tanah Air. "Itu yang tercatat. kalau parpol itu mau, mereka bisa dapat banyak lho suara dari waria," kata Jane.
Jane menilai justru lumbung suara banyak di kaum waria. Dia mencontohkan, di Jakarta saja ada 35 ribu waria. Maka itu, menurut Jane, bisa jadi kesempatan parpol untuk meraup suara itu.
"Ada sih beberapa partai politik yang tahu kalau waria ini punya suara," jelas Jane.
Jane mencatat di beberapa daerah ada juga partai yang mulai melirik. Partai itu memberikan janji-janji ingin memperjuangkan hak waria. Mulai dari mendapatkan hak kesehatan dan memberikan lapangan pekerjaan.
"Aku, baca di salah satu berita, ada partai yang sangat konservatif yang cenderung sebagai polisi moral. Dia bilang waria mempunyai hak warga negara. Nanti mereka memberikan hak kesehatan dan lapangan kerja. Tapi yah kita nggak tahu kan apa itu benar. Jangan sampai dijadikan alat saja," catat Jane.
Jane menambahkan, kebanyakan waria di Indonesia ingin mendapatkan haknya sebagai warga negara. Dia tidak bisa menutup mata, jika hampir semua di Indonesia hal waria dipangkas dan ditempatkan di kawasan 'pinggiran'.
"Kalau ada parpol yang memberikan konstribusi, mereka bisa diberdayakan mendapatkan pendidikan. Mereka ingin bekerja di formal. Di Thailand aja bisa kok, mereka kerja di mana saja," tutupnya.
'Waria Masih Pikirkan Isi Perut Ketimbang Politik'
KBR68H, Jakarta - Partisipasi kaum waria atau transgender di pemilihan umum calon anggota legislatif 2014 diprediksi rendah. Ini disebabkan minimnya kesadaran politik mereka.

BERITA
Selasa, 08 Apr 2014 08:17 WIB


waria, transgender
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai