Bagikan:

Pramono Anung: Pemimpin yang Dilahirkan secara Genuine Pasti Tahan Lama

Karena favoritisme atau kegemaran publik itu sangat unpredictable, bisa (terjadi) kepada siapapun dan menurut saya tahun 2014 ini juga bisa terjadi.

BERITA

Selasa, 09 Apr 2013 12:35 WIB

Author

Airlambang

Pramono Anung: Pemimpin yang Dilahirkan secara Genuine Pasti Tahan Lama

pramono anung, pdi perjuangan, jokowi

Mulai Selasa (9/4) KPU  membuka  pendaftaran calon anggota legislatif untuk Pemilihan Umum 2014.  Nah, masyarakat kelak akan diberi kesempatan untuk memberi masukan daftar caleg sementara. Belajar dari kualitas anggota dewan pada periode ini yang dinilai buruk, patut bagi masyarakat memberi perhatian lebih sedari awal terhadap para calon wakil rakyat ini.  Wakil Ketua DPR Pramono Anung berbincang seputar isu para wakil rakyat, bola, dan Jokowi bersama reporter TempoTV Alif Imam yang mewawancarai di rumahnya yang asri di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Acara Sarapan Bersama Parmono Anung ini sudah disiarkan di program Sarapan Pagi KBR68H, Senin (8/4).

Sejak kapan cinta sama Real Madrid?

Ssaya sebenarnya mencintai sepakbola sejak kecil. Terus terang saya fanatik dengan Jose Mourinho, baik itu mulai dari Porto ke Chelsea, Chelsea ke Inter Milan, Inter Milan ke Real Madrid. Tetapi begitu Jose Mourinho hampir setiap pertandingan Real Madrid hampir tidak pernah tidak menonton, baik itu La Liga, Piala Raja, Liga Champions praktis semuanya saya nonton. Kenapa, saya terus terang menyukai karakter Mourinho dan Real Madrid dalam bersepakbola berbeda dengan lainnya. Sebagai contoh pertandingan dalam Liga Champions melawan Galatasaray, bagi Mourinho itu tidak penting yang namanya ball position. Kalau kita lihat ball position Galatasaray lebih tinggi, bahkan pada babak pertama 55-45. Bagi Mourinho bagaimana fokus untuk memenangkan pertandingan, gol yang indah sebenarnya.
 
Seperti di politik, posisi pada awal-awal tidak penting tapi yang penting menang ya?

Kalau dalam politik apapun yang dilakukan dalam konsolidasi, partai mau amburadul apapun kalau menang pemilu pasti itu menang. Sehingga itu pasti juga akan mempengaruhi pandangan orang dan pandangan saya pribadi terhadap dunia politik. Hanya bedanya kalau dalam sepakbola, maka kemenangan itu harus ada fairness, pertandingan yang terbuka, persiapan yang matang. Kalau di politik itu orang mungkin tidak perlu terlalu matang, tetapi timing-nya tepat dia bisa memenangkan pertandingan.

Ini mengacu pada dua pemilu terakhir kelihatannya ya?

Iya bisa juga dikatakan seperti itu. Kalau kita lihat bagaimana partai-partai yang sudah melakukan konsolidasi yang cukup matang, membangun sistem building demokrasi di dalam partainya bisa kalah dengan sebuah partai yang baru dibentuk yang mungkin kultur partainya belum ada. Menurut saya ya itulah perbedaan yang mendasar antara orang main bola dengan pertandingan di lapangan politik.

Atau partai baru itu punya Mourinho sementara partai lain pelatihnya banyak sekali?

Bisa begitu tetapi menurut saya juga tidak. Karena Mourinho itu kerja keras, menyiapkan sesuatu, kalau ini orang yang tiba-tiba menjadi media darling, menjadi orang yang sedang digandrungi oleh publik tiba-tiba menjadi disenangi dan ini bisa terjadi pada siapa saja. Karena favoritisme atau kegemaran publik itu sangat unpredictable, bisa (terjadi) kepada siapapun dan menurut saya tahun 2014 ini juga bisa terjadi pada siapapun. Kalau bicara sekarang yang menjadi media darling ini adalah Jokowi, apakah beliau bisa terus menerus menjadi media darling, untuk menjadi media darling publik tidak gampang. Karena perilaku publik maknanya dikonstruksi oleh media, untuk mendapatkan tempat dan hati di media juga tidak gampang.

Kalau begitu yang punya masalah partai kita atau pemilih kita?

Tidak ada. Ini bagian dinamika sebuah sistem demokrasi dan saya melihat sekarang ini secara garis besar partai kita ada dua kutub. Partai yang memang terus menerus membangun konsolidasi, partai yang membangun sistem, partai yang sudah mapan. Tetapi ada partai yang tidak terlalu penting dengan kadernya, bahkan dalam pencalegan dia mengumumkan kepada publik siapa saja bisa menjadi caleg. Artinya tidak ada kaderisasi di internal partai, sekarang tergantung masyarakat untuk memilih menilai itu apakah masayakat memilih kontinuitas ataukah juga memang sekarang dalam era politik ini siapa saja bisa menjadi calon. Karena pemilu pada tahun 2009 membuktikan, bahwa siapa saja bisa menjadi anggota DPR, sebagai contoh tidak perlu dia aktivis partai, tidak perlu dia seorang yang betul-betul mengurus partai yang dulunya mahasiswa sebagai aktivis. Bukan mau meledek tetapi komedian, artis, penyanyi siapa saja mempunyai kesempatan untuk menjadi anggota DPR.
 
PDI Perjuangan pada tahun 2004 juga mengalami hal yang sama, sehingga banyak kekecewaan di tingkat bawah yang berjuang sejak 1996. Bagaimana?

Ada perbedaan ya, kalau pada pemilu 1999 memang simbolisasi itu ada pada Ibu Mega. Karena dianggap sebagai tokoh utama, selain Gus Dur bersama-sama yang menjadi sparring partner (melawan-Red) Soeharto, untuk meruntuhkan rezimnya pada waktu itu. Dalam perjalanan 1999-2004 memang PDI Perjuangan mengalami berbagai hambatan, persoalan travel check, persoalan intelektualitas yang ada di internal anggota-anggota fraksi dan publik sudah menghukum pada 2004. Tetapi PDI Perjuangan orang-orangnya yang tumbuh dari grassroot, mereka adalah orang partai, orang politik. Berbeda dengan tahun 2009 yang lalu dan ini akan terulang kembali karena sistemnya sama. Pada tahun 2014 ini orang yang hari ini belum pernah membaca AD/ART partai, karena dia publik figur wajahnya terkenal di publik bisa menjadi anggota DPR.
 
Dari PDI Perjuangan?

Dari mana saja.

Tapi PDI Perjuangan membuka peluang itu?

Iya kita karena stok kadernya sudah banyak. Beberapa publik figur memang direkrut bukan karena dia sudah terkenal tetapi memang dia aktivis PDI Perjuangan, misalnya seperti Rieke yang orang kenal karena dulu sejak mahasiswa dia aktivis, Jokowi, dan sebagainya. Ini orang yang memang secara proses terlibat kaderisasi di internal partai. Misalnya ada salah satu diva penyanyi yang tiba-tiba dia mendaftar menjadi caleg, saya yakin AD/ART partainya dia pasti belum membaca.

Kalau melihat Jokowi, dia aktivis partai, sudah sejak lama berjuang dan cukup populer sekarang. Apa ini membuat PDI Perjuangan kemudian agak sedikit tertarik juga 2014 membawa dia?

Di dalam PDI Perjuangan ada mekanisme. Sebagai partai yang cukup mapan, konsolidasinya tertata, sistem building demokrasi dan kepartaiannya relatif terbangun, maka mekanisme itu ada. Apakah nanti keputusan itu ke Pak Jokowi atau siapapun tentunya itu keputusan partai. Memang dalam rapat kerja nasional dan juga kongres partai mengamanatkan, bahwa kewenangan itu dimiliki oleh ketua umum partai dalam hal ini Ibu Mega untuk menentukan siapa calon dari PDI Perjuangan walaupun melalui mekanisme partai.

Kadang mekanisme PDI Perjuangan kerap kali dilihat adalah mekanisme antara Ibu Mega dengan Pak Taufik, sekarang masih begitu?

Tidak, bahwa ada pandangan sebagian publik begitu itu hal yang tidak bisa terhapuskan. Tetapi saya melihat praktis di PDI Perjuangan setiap keputusan melalui rapat kerja, jadi untuk keputusan pencalonan siapa nanti di 2014 pasti akan diputuskan dalam rapat kerja nasional.

Beberapa orang menyarankan agar Jokowi sebaiknya menahan diri, tapi menahan diri sampai 2019 tidak gampang. Dan dia harus menyenangkan publik dan media agar tetap terus populer. Tanggapan anda?

Iya ini sebenarnya ujian bagi Pak Jokowi dan Jakarta juga masih menunggu sentuhan beliau. Menurut saya ini memang cobaan bagi beliau ketika ada godaan yang begitu besar dari media terutama, dari publik dan godaan itu persiapan untuk 2014. Tetapi yang namanya pemimpin itu sebenarnya dalam kondisi apapun, kalau memang dia pemimpin yang dilahirkan secara genuine, bukan karena packaging, bukan karena pencitraan itu pasti akan tahan lama.
 
Pemimpin yang dikemas juga bisa dua periode ya?

Iya tetapi jadi media darling sebentar. Kalau saya harus mengatakan jujur, sebenarnya prestasi Pak SBY periode kedua ini cukup bagus kalau dilihat dari makro ekonomi, mikro ekonomi, dimana sekarang ini di G-20 kita dihormati. Tetapi tidak menjadi media darling, mau ngomong apa saja salah dan itulah yang namanya publik atau media itu begitu perkasanya dalam era demokrasi untuk menentukan membuat seseorang itu ada di atas, di samping itu peran media luar biasa.   

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending