Bagikan:

Walhi: Jangan Pilih Caleg yang Pasang Poster Kampanye di Pohon

Integritas dan komitmen caleg rendah soal lingkungan.

BERITA

Rabu, 12 Mar 2014 16:39 WIB

Walhi: Jangan Pilih Caleg yang Pasang Poster Kampanye di Pohon

Caleg peduli lingkungan di Pemilu 2014

KBR68H, Jakarta – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mencatat hanya 7 persen calon anggota legislatif di Pemilu 2014 yang peduli akan lingkungan. Ini diperoleh dari survei hasil wawancara dengan 6561 caleg yang berlaga di Pemilu tahun ini. Caleg dinilai berdasarkan empat parameter, di antaranya soal integritas dan komitmen caleg untuk mengedepankan isu lingkungan.


Lantas caleg seperti apa yang harus kita pilih demi ikut menjaga bumi? Berikut wawancara dengan Abet Nego Tarigan, Direktur Eksekutif Nasional Walhi dalam program Sarapan Pagi KBR68H.


Dari sekitar enam ribu caleg yang disurvei hanya 7 persen saja yang peduli lingkungan, ini sedikit sekali dibandingkan sebelumnya…


“Kita tahu sebenarnya para caleg ini punya peran strategis ke depannya karena sebagai lembaga tinggi negara dimana anggaran, pengawasan, legislasi, kebijakan ini sangat penting. Kita tahu juga bahwa persoalan lingkungan kita ini bukan hanya persoalan teknis atau desain yang salah terhadap suatu proyek tertentu. Persoalan lingkungan kita ini juga sangat kuat karena keputusan politik yang dibuat lembaga politik apakah itu bupati, walikota, gubernur, presiden atau para menteri.” 


Kalau di luar dari 7 persen yang mengklaim peduli akan lingkungan, adakah Walhi mencatat bahwa mereka adalah para pelaku perusak lingkungan misalnya bisnis kelapa sawit atau tambang seperti itu?


“Jadi memang coba kita tracking. Memang secara latar belakang juga di balik penelitian ini, kita coba berpikir keras teman-teman yang melakukan penelitian untuk tidak bicara yang tidak diharapkan itu tapi bicara yang kita harapkan. Memang di kita percaya dengan poling ini kita periksa juga apakah ada keterkaitan bisini yang beresiko tinggi terhadap lingkungan apalagi kalau sampai ada kasus-kasusnya.” 


(baca juga: Pohon-pohon di Surakarta dipenuhi Wajah Caleg


Tapi menemukan juga?


“Iya menemukan dan itu memang tidak masuk dalam 7 persen itu. Ini memang menjadi penting di dalam melihat konteks hari ini karena memang dalam pandangan kami DPR hari ini lebih banyak representasi kepentingan pemodal, pelaku usaha besar. Karena kita lihat memang situasi ini mendapat ruang karena politik transaksional yang cukup luar biasa. Kembali lagi Walhi sebenarnya mendesak isu lingkungan ini supaya bagian penting dari perdebatan politik hari ini, sebenarnya untuk mengingatkan masyarakat soal masalah yang mereka hadapi bagaimana memilih wakil mereka dan pemimpin mereka ke depan.” 


Ini sederhana saja para calon anggota legislatif ini kebijakan besar biasanya dimulai dari langkah-langkah kecil kalau para caleg yang memasang poster, baliho, dan sebagainya dengan cara memaku di pohon-pohon pinggir jalan. Ini akan membuat kerusakan yang besar ketika menjadi anggota DPR ya? 


“Iya. Jadi sebenarnya selain itu juga dilarang, artinya mereka sudah melanggar aturan dan kalau mereka berkuasa pasti melanggar aturan semaunya. Ini menjadi penting bagi kita bahwa tidak benar, itu tindakan yang menurut kita bagaimana mereka mementingkan kepentingan mereka. Masyarakat harus memikirkan itu.” 


Jadi ajakan dari teman-teman Walhi adalah jangan memilih caleg yang memasang poster atau baliho di pohon-pohon itu salah satunya?  


“Iya, kemudian masyarakat yang bermasalah secara lingkungan ya pertanyakan masalah mereka. Jadi jangan masyarakat pragmatis karena yang dibangun ini satu pandangan yang sangat luar biasa bahwa masyarakat pragmatis, transaksional. Ini harus kita bangkitkan bahwa pandangan yang meluas masyarakat pragmatis yang cuma terima Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu sekali coblos atau minta ini itu.”


“Tetapi yang menjadi penting juga adalah bahwa perkara mereka harus diuji dalam proses kampanye ini, artinya bagaimana anggota dewan yang akan mereka pilih. Kemudian juga yang penting bahwa ketika masyarakat menghadapi masalah pencemaran, lingkungan lainnya apakah anggota dewan yang mewakili masyarakat ini hadir tidak dalam persoalan itu, kalau tidak hadir ya tidak usah dipilih. Ini menjadi penting karena kalau tidak ya ini akan terjebak lagi, karena ini harus komprehensif. Bisa jadi mereka yang tidak memasang itu juga bermasalah.” 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending