Bagikan:

Harapan di Balik Pagelaran Buwana Meneng

Keraton Kanoman Cirebon, mendoakan umat manusia di seluruh dunia agar terhindar dari marabahaya melalui pagelaran seni budaya bertajuk

BERITA

Selasa, 04 Mar 2014 19:59 WIB

Author

Suara Gratia

Harapan di Balik Pagelaran Buwana Meneng

Pagelaran Buwana Meneng

KBR68H, Cirebon Keraton Kanoman Cirebon, mendoakan umat manusia di seluruh dunia agar terhindar dari marabahaya melalui pagelaran seni budaya bertajuk “Buwana Meneng”. Buwana Meneng adalah ide sebuah kesatuan warna di atas panggung dengan penggarapan yang tegas dan tersistematis, menggambarkan Cirebon yang kaya akan budaya dan warisan religius, yang disuguhkan dalam bentuk repertoar Seni pertunjukan sebagai rangkaian ‘doa bersama’.

Buwana Meneng, dikemas dalam “Opera Seremoni” peleburan air dari sumber mata air utama di Cirebon. Pagelaran ini menampilkan sejumlah seni dan budaya Cirebon seperti, seperti seni tari, Musik dan instalasi, hingga identitas kebangsaan dan lainnya.

Sultan Kanoman XII, Gusti Sultan Raja Mohammad Emiruddin mengatakan, doa menjadi pengantar memasuki kemanusiaan dengan segala bentuk atribut dan profesi. Doa kemudian menjadi ruang konsolidasi mempertemukan berbagai hal. Momentumnya, tentu meniti pencerahan dan limpahan anugerah sebagai makhluk.

“Buwana Meneng, merupakan seremoni ‘Doa untuk keselamatan Umat Sedunia’ Sehingga masa depan kita, dipenuhi dengan spiritualitas prasangka yang baik,” tuturnya, disela-sela Pagelaran Buwana Meneng, Senin (3/3) di pelataran Keraton Kanoman Cirebon.

Sultan Kanoman menjelaskan, acara ini juga melibatkan kolaborasi penampilan Charly Van Houten, Dance Teatrikal, Teater Poetrycal, Tarian Api, Rampak Topeng Kelana, Ayah Oong, Regina, Cheppy Irawan Oi dan Arya 86.

Menurutnya, opera seremoni Buwana Meneng merupakan sebuah pertunjukan kolaborasi antara seni suara, musik, teater, seni tradisional Cirebon serta lakon gerak dan tari yang menggambarkan kejadian-kejadian dan laku lampah alam dan manusia. Semuanya tersaji dalam sebuah opera yang disajikan oleh para seniman dari berbagai unsur seni yang ada, seni tradisi, seni modern dan multidimensi.

“Seremoni doa yang dipanjatkan adalah permohonan kepada Tuhan. Agar bumi tak lagi bergejolak, berhenti marah atas perilaku manusia, meneng (diam), yang tersaji dalam opera seremoni Buwana Meneng’’, terangnya.

Sementara salah satu pengisi acara sekaligus penggagas pagelaran tersebut Charly Van Houten menyatakan, melalui pagelaran opera seremoni ini seluruh unsur ciptaan Tuhan diajak berdoa untuk keselamatan umat manusia di seluruh dunia.

Charly menambahkan, selain pagelaran juga dilaksanakan Kirab Larung, yaitu kirab prajurit Keraton Kanoman bersama masyarakat melakukan pelarungan air tujuh sumur dari tiga penjuru yang telah tercampur dalam sebuah doa.

“Mengambil hikmah kesantunan air dalam kehidupan, untuk disatukan, didoakan, lalu air yang diambil dari sumur pintu Kraton ini akan dilarung ke laut lepas sebagai simbol penyebaran doa, dan air kembali menjadi sumber kehidupan,” tutupnya. (Frans C. Mokalu)

Sumber: Suara Gratia
Editor: Anto Sidharta


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending