KBR68H, Jakarta – Kamis (27/3) malam ini di Yogyakarta bakal digelar acara Deklarasi Seruan Damai Tokoh Agama untuk Pemilu damai. Acara itu digelar di di Balai Kampung Sutodirjan, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta.
Acara yang bertajuk amai “Partai Boleh Beda, Jogja Tetap Damai” ini dikemas dengan kolaborasi pentas Budaya Yogyakarta yang toleran berupa pentas Barongsai dari komunitas ISAKUIKI dari Kampung Sutodirjan dan Komunitas Jathilan Surengpati dari Kampung Jlagran.
Bagaimana persiapan acara tersebut? Berikur wawancara KBR68H dengan Pegiat Pemilu Damai dari Perkumpulan Our Indonesia, Pedro Indarto.
Bagaimana persiapan untuk acara nanti malam?
Sembilan puluh persen sudah jalan. Karena bareng-bareng masyarakat, masyarakat sudah terbiasa kerja bakti terus diajak buat kegiatan ini ya sudah okay.
Siapa saja yang akan hadir nanti? apakah melibatkan juga undangan khusus dari pemerintah atau parpol?
Kalau dari parpol jelas kita mengundangnya yang ada di Yogyakarta. Kita undang, kita akan pasang bendera mereka semua ada 12 partai kita pasang semua. Terus kita juga undang KPU DIY dan para tokoh agama.
Lintas agama ya?
Iya. Ada dari aliran kepercayaan Sapto Dharmo juga turut serta.
Harapan apa yang ingin dicapai oleh kawan-kawan dengan diselenggarakan acara deklarasi damai, khususnya anti SARA jelang pemilu ini?
Tentu saja keberadaan pemilu ini satu sisi juga buat resah di kampung.
Keresahannya seperti apa?
Ya karena beda partai terus yang tadinya oke-oke saja karena beda partai jadi sedikit gesekan. Tadinya bertegur sapa sekarang jadi ada kesan saling curiga, bersaing. Apalagi pasang umbul-umbul, bendera, spanduk di wilayah masing-masing mana yang lebih besar dan bagus ini jadi pergunjingan di antara mereka sendiri.
Tapi ini konteksnya tidak hanya di Yogyakarta tapi juga nasional ya?
Iya. Tentu saja semangat ini untuk Indonesia yang tetap damai, semangatnya partai boleh beda Yogyakarta tetap damai. Bagaimana kita mendorong tokoh lintas agama ini untuk menyuarakan pemilu damai di tingkatan wilayah Yogyakarta.
Kalau di Yogyakarta dengan adanya perbedaan partai dan latar belakang agama yang berbeda apakah konflik SARA di sana akhir-akhir ini mulai menguat menjelang Pemilu 2014 ini?
Kalau dari pemantauan kami selama kampanye ini memang terjadi kekerasan. Karena kemarin salah satunya ada partai X itu lewat rombongan dari orang meninggal, karena mereka pakai knalpot bersuara kencang dinasehati supaya pelan-pelan akhirnya rombongan partai ini dia memecahkan mobil yang ada di sana.
Terus beberapa hari yang lalu perusakan kantor juga terjadi di Yogyakarta, kalau untuk agamanya sendiri kadang-kadang punya gank. Mereka berkolaborasi dengan warga misalnya partai A terus di benderanya misalnya ganknya bernama Kisruh. Mereka selama ini sering tawuran, waktu keliling kadang-kadang yang kampung menjadi basis gank tertentu disatroni. Di awal kampanye yang lalu juga terjadi perusakan posko.
Kalau Anda sendiri melihat potensi isu SARA di pemilu kita secara nasional seperti apa?
Tentu saja saya sedikit khawatir di akhir-akhir masa kampanye. Ini sedikit meningkat, seperti di timur kesukuannya dibawa. Kemarin saya sudah ada komunikasi dengan teman-teman di NTT mereka sudah mulai membawa nama-nama etnis tertentu. Semoga saja ini masih adem-adem juga tetapi memang sedikit yang menghembuskan isu kedaerahan seperti itu. Ada juga caleg-caleg pendatang, siapa dia punya kontribusi apa di Yogyakarta.
Deklarasi Damai Tokoh Lintas Agama untuk Pemilu Damai
KBR68H,Jakarta

BERITA
Kamis, 27 Mar 2014 19:59 WIB


Pemilu, deklarasi damai, toleransi
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai