Bagikan:

Caleg Perempuan Bicara Penguatan Ekonomi Lokal

Berdasarkan hasil survei Indeks Kepercayaan Konsumen yang dilakukan Nielsen pada kuartal pertama tahun lalu, Indonesia berada diposisi teratas sebagai negara yang penduduknya paling banyak memanfaatkan uang.

BERITA

Jumat, 21 Mar 2014 18:07 WIB

Caleg Perempuan Bicara Penguatan Ekonomi Lokal

penguatan ekonomi lokal, dabir, caleg perempuan

KBR68H, Jakarta - “Bagaimana caranya ibu calon legislatif  membantu petani-petani Indonesia supaya pemerintah tidak selalu import daging, kedele, jagung, beras?” Pertanyaan itu disampaikan pendengar Program Khusus Daerah Bicara kepada tiga orang calon legislaif perempuan yang menjadi narasumber. Mereka berdiskusi tentang perspektif para calon legislatif soal penguatan produk lokal menghadapi persaingan.  


Pertanyaan pendengar dari Jakarta Utara di atas muncul, lantaran produsen Indonesia makin terjepit di tengah gempuran produk impor. Padahal Indonesia tengah menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) 2015. Indonesia sebagai salah satu negara anggota World Trade Organization (WTO) ikut menyepakati pemberlakuan perdagangan bebas. Sayangnya, Indonesia lebih berperan menjadi pasar dan bukan menjadi produsen yang cukup kuat bersaing dengan negara lainnya, termasuk Cina atau di level ASEAN berhadapan Vietnam. Sebaliknya sekitar 250 penduduk Indonesia, sudah lama masuk dalam hitungan negara pesaing  yang tak sabar membuang produknya tanpa hambatan ke Indonesia.    


Berdasarkan hasil survei Indeks Kepercayaan Konsumen yang dilakukan Nielsen pada kuartal pertama tahun lalu, Indonesia berada diposisi teratas sebagai negara yang penduduknya paling banyak memanfaatkan uang. Artinya, penduduk Indonesia paling konsumtif dari negara-negara lain. Melihat daya konsumsi Indonesia yang cukup tinggi, maka Indonesia menjadi sasaran pangsa pasar terbesar bagi dunia dalam perdagangan.  Hal ini memaksa produsen lokal kita untuk mampu meningkatkan kualitas produknya agar dapat berdayasaing tinggi dengan produk-produk asing.


Masalahnya masyarakat terutama produsen sudahkan siap? Salah satu calon anggota legislatif dari PKS, Leida Hanifah mengatakan untuk meningkatkan produk berdayasaing Indonesia harus lebih dulu memberikan perlindungan terhadap produk lokal.“Indonesia belum punya regulasi yang biss melindungi produk dalam negeri untuk berdaya saing dengan produk impor,” ujar Leida dalam perbincangan dengan KBR68H, Rabu (5/3).


Sumarjati Arjoso Caleg Gerindra pun sepaham dengan Leida. Ia mencontohkan di wilayah Pantai Rembang yang terkenal sebagai daerah penghasil garam, tapi petani garam sendiri tidak bisa menikmati hasil panennya lantaran harga garam lokal selalu jatuh. “Kita sudah bisa menghasilkan garam sendiri, tapi masih impor. Petani ini mengeluhkan ke saya karena pemerintah tidak pernah menentukan jelas harga garam. Jadi, garam kita kalah dengan garam impor yang harganya miring sekali,” ungkap Sumarjati.
Di wilayah Bandung, salah satu produksi sepatu kulit yang terkenal kini hampir kolaps lantaran serbuan produk sepatu impor yang harganya lebih miring. Karena itu, lanjut Sumarjati, kebijakan pemerintah lokal itu sangat penting untuk mengatur lebih dulu perlindungan produk dalam negeri.


Beda lagi dengan Caleg PDIP, Eva Kusuma Sundari. Menurutnya, untuk menuju produk berdayasaing pada era perdagangan bebas nanti, pemerintah harus lebih dulu memperbaiki insfrastruktur di sejumlah daerah yang memiliki potensi perdagangan cukup tinggi bagi pemasukan negara. “Di Dapil saya misalnya di wilayah Jawa Timur bagian Selatan, itu kan masih daerah miskin dan masalah utamanya akses jalan agak sulit. Padahal daerah itu memiliki potensi produk kerajinan lokal yang cukup baik,” terang caleg dari partai berlogo banteng ini.


Sumarjati Arjoso caleg Gerindra menambahkan pembangunan infrastruktur perlu keseriusan pemerintah daerah. Selama ini akses jalan di pelosok daerah belum mendapatkan perhatian yang maksimal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini akan menyulitkan proses distribusi barang lantaran akses jalan rusak ataupun kendala infrastruktur lain yang tidak mendukung.
Selain kendala infrastruktur, masalah pembuatan izin usaha dan sertifikasi bagi pengusaha Kecil Menengah juga menjadi kendala mereka untuk menyasar ke pasar luar negeri.


Bagi Leida, Caleg dari PKS itu mengatakan agar para pengrajin atau produsen produk Indonesia bisa berdayasaing dengan serbuan impor maka mereka harus diberikan keterampilan untuk meningkatkan kualitas produknya. “Sementara, kita juga sambil mensosialisasikan terus ke masyarakat bahwa produk buatan lokal jauh lebih berkualitas, dan itu patut kita bela,” tambahnya.
Dari ketiga calon legislatif yang akan maju dalam pemilu 9 April nanti itu, mendorong pemerintah dapat memproteksi lebih dulu produk-produk lokal agar tidak hanyut terbawa arus impor. Mari kita Cintai produk dalam negeri!

Editor : Arin Swandari 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending