Kasus pengaturan skor kembali menyeruak di sepak bola tanah air. Salah satu petinggi Sport Data Group, Michael Pride, mengatakan jika kasus pengaturan skor sudah merasuk di kompetisi Indonesia Super League (ISL). Kasus ini sebelumnya juga tercium di Indonesia pada 2007 lalu. Data Save Our Soccer mencatat, jumlah sekali suap sebesar Rp 100 juta rupiah. Pelakunya bisa agen, pemain, hingga wasit. Benarkan sepakbola Indonesia sudah terkena virus pengaturan skor? Simak perbincangan KBR68H dengan pengamat sepakbola Budiarto Shambazy dalam program Sarapan Pagi.
Anda sudah banyak mendengar soal pengaturan skor di sepakbola kita?
Ini sebetulnya masalah sudah lama. Kalau kita lihat waktu itu sekitar 1990-an ada sebuah kasus yang menarik yang terjadi di Jakarta, jadi rupanya salah satu dari kaki tangan para pengatur skor itu bandar istilahnya. Rupanya tinggal di Jakarta, lalu sampai dia bisa mengatur skor pertandingan yang melibatkan klub besar di Inggris, Liverpool, sehingga waktu itu yang diperiksa kipernya Bruce Grobelaar sama strikernya Ian Rush.
Jadi dalangnya dari Indonesia?
Rupanya orang Simprug rumahnya. Waktu itu saya bertugas wartawan sepakbola sempat mengamati rumah tersebut, menunggu kedatangan dari orang yang dicurigai sebagai bandar tersebut dan dia tinggal di sini, selebihnya operasi di Singapura. Singapura itu memang tempat atau sarang bandar perjudian sepakbola di dunia dan kaki tangannya banyak di Jakarta.
Siapa-siapa yang berupaya melanggengkan ini?
Makanya kalau kita kilas balik ke tahun 2009 itu ada upaya reformasi sepakbola Indonesia. jadi reformasi itu terwujud lewat LPI (Liga Primer Indonesia), tujuannya yaitu untuk membuat liga yang profesional yang sesuai lima kriteria yang digariskan FIFA maupun AFC, kriterianya kira-kira menjamin penonton menyaksikan pertandingan yang bersih. Kenapa dilakukan atau dilancarkan reformasi sepakbola waktu itu, karena memang selama dua periode masa kepemimpinan Ketua Umum Nurdin Halid liga kita yang namanya LSI itu sudah amburadul. Ingat perjuangan kita bukan hanya menyingkirkan Nurdin Halid, tapi membersihkan liga kita dari kungkungan suap, pengaturan skor, kerusuhan, dan sebagainya itu ada di LSI dan itu bukan barang baru karena melibatkan banyak pengurus. Terakhir beberapa tahun lalu masih ingat klub dari Medan, Penajam namanya itu kasus besar juga. Ternyata itu memang tidak langsung pengaturan skor, tapi itu adalah permainan antarklub yang ikut kompetisi dengan pengurus, bukan pemain atau wasit. Sumber uangnya besar sekali dari perjudian.
Apa memang menarik sepakbola untuk perjudian ya?
Bukan soal perjudiannya. Artinya secara universal perjudian itu pasti ada di setiap cabang olahraga, paling populer sepakbola. Itu tidak apa-apa selama tidak melibatkan pemain, wasit, dan pengurus. Tapi kalau sampai para penjudi, para petaruh, para bandar masuk ke struktur organisasi dan itu sering dulu. Saya tahu bagaimana pengaturan-pengaturan begitu, diceritakan oleh manajer tim yang saya kenal, misalnya tuan rumah ketinggalan 0-1 dari tim tamu, tiba-tiba tinggal 2-3 menit terakhir eh ada penalti, itu sudah diatur. Makanya para pemain tamu 5 menit terakhir dagdigdug ada apa ini, karena targetnya para petaruh, penjudi, bandar itu jangan sampai kalian kalah.
Apa bisa kita membersihkan itu?
Sudah ada yang dilakukan oleh LPI. Misalkan LPI belum sempurna, tapi yang saya senang waktu itu adalah membersihkan wasit. Wasit dibuat kategori hitam dan putih, yang hitam ditanya kapok atau tidak, kalau kapok kami mau masuk ke yang putih. Waktu itu karena wasit banyak yang enggan, banyak yang layak dicurigai ikut dalam pengaturan skor, akhirnya LPI menyewa pelatih dari luar negeri. Memang luar negerinya cuma dari Singapura, Australia, Jepang tapi mereka lebih layak dihargai untuk memimpin pertandingan bersih daripada wasit kita sendiri. Wasit kita sendiri sudah bobrok, sudah lama bobroknya makanya kita tidak ada lagi perwakilan wasit yang direkrut oleh AFC maupun FIFA untuk memimpin pertandingan Asia maupun dunia. Jangankan wasit, hakim garis saja sudah tidak ada.
Reputasi buruk wasit kita sudah diketahui internasional?
Sudah lama. Makanya LPI itu walaupun masih terlibat dalam sengketa kisruh PSSI, tapi LPI itu ingin memperbaiki kondisi kita kembali ke yang fair, bersih. Jangan lupa ISL itu sudah jorok dari dulu, kalau boleh bilang begitu. Bagaimana tidak jorok mereka uang saja minta dari APBD, terbiasa manja tidak perlu cari uang sendiri, cari iklan, makanya sekarang kelihatan gaji pemain semuanya tersendat.
Pengamat: Pengaturan Skor Sepakbola Sudah Terjadi Sejak 1990-an
Kasus pengaturan skor kembali menyeruak di sepak bola tanah air. Salah satu petinggi Sport Data Group, Michael Pride, mengatakan jika kasus pengaturan skor sudah merasuk di kompetisi Indonesia Super League (ISL).

BERITA
Kamis, 14 Mar 2013 11:56 WIB


pengaturan skor, sepakbola
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai