Bagikan:

Gereja Katolik Mencari Gembala Baru

Dunia terkejut ketika 11 Februari lalu, Paus Benediktus XVI mengundurkan diri. Pengunduran diri spiritual Gereja Katolik baru terjadi lagi setelah enam ratus tahun.

BERITA

Kamis, 07 Mar 2013 08:31 WIB

Author

Yudi Rahman

Gereja Katolik Mencari Gembala Baru

paus mundur, gereja katolik

Dunia terkejut ketika  11 Februari lalu, Paus Benediktus XVI mengundurkan diri.  Pengunduran diri  spiritual Gereja Katolik  baru terjadi lagi setelah enam ratus tahun. Paus terakhir yang mengundurkan diri adalah Paus Gregorius XII tahun 1415. Di depan lebih 150 ribu jemaat yang memadati lapangan Saint.Petrus di Vatican, Paus Benediktus mengatakan, ia mengundurkan diri karena kondisi kesehatan yang makin menurun. Menurutnya, pengunduran itu dilakukan secara sukarela dan melalui pertimbangan matang. Dalam pidato perpisahan, Paus Benediktus XVI menegaskan, ia ingin mengabdikan diri pada kehidupan spiritual.
 
Berbagai macam tanggapan muncul atas pengunduran ini. Bagaimanapun, gereja Katolik mesti memilih gembala baru. Sebanyak 117 kardinal berkumpul di Vatican untuk menentukan Paus baru. Gereja katolik kini tengah menghadapi sejumlah tantangan zaman. Meskipun masih merupakan agama terbesar di muka bumi, jumlah penganutnya di sejumlah negara menurun. Di Amerika Serikat, jajak pendapat The Association of Religion Data Archives menemukan jumlah penganut katolik di negara itu menurun sebanyak lima persen dalam satu dekade terakhir. Tantangan seperti apa yang dibutuhkan? Paus seperti apa yang dicari untuk menuntaskan permasalahan umat katolik? 

Dalam program perbincangan khusus agama dan masyarakat yang disiarkan di KBR68H dan direlay ke seluruh penjuru negeri dan juga disiarkan ulang melalui jaringan tv berbayar Aora TV di saluran Tempo TV tersiar tantangan penganut dan keuskupan untuk menyelaraskan kehidupan dengan kemajuan kehidupan modern.

Perbincangan yang dipandu oleh penyiar Noveri Livinus dan Novriantoni Kahar bersama narasumber umat katolik Ignatius Haryanto dan Bernard Mardiatmadja atau yang akrab disapa Romo Mardi berjalang hangat.

Bagi penganut umat Katolik mundurnya Paus Benediktus XVI menimbulkan banyak tanda tanya. Namun kemundurannya itu tidak membuat gonjang-ganjing akidah umat Katolik di seluruh penjuru dunia. Menurut penganut Katolik Ignatius Haryanto, kemunduran Paus Benediktus XVI tidak seperti mundurnya pemimpin negara yang bakal memicu kekisruhan politik,” Ini sesuatu yang langka dan apakah berdampak. Paus tidak seperti Presiden, kalau ada kekosongan kekuasaan bakal menimbulkan masalah. Kita serahkan saja kepada sistem yang berlaku di sana. Tuntutan kerja juga makin meningkat. Umat Katolik memang punya pimpinan tertinggi sehingga apa yang dilakukan Paus selalu diikuti umatnya” ucap pria berambut panjang dan berkacamata.

Namun Romo Mardi kemunduran Paus Benediktus XVI merupakan kewajaran. Apalagi, dia mundur dengan alasan sakit. Menurut Romo Mardi, banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa penyakit yang diderita Paus Benediktus bisa menganggu tugasnya di Kepausan.” Sakitnya apa saja? Paus pendengarannya bekurangan, mata kirinya rusak sehingga tidak bisa melihat. Dia kurus sehingga tukang jahit agak kerepotan dan harus buat jubah baru. Dia sungguh lelah dan capek sehingga kalau dikatakan sakit memang betul. Dia juga belum lama ini melakukan operasi” ujar pria ramah ini.

Sedangkan soal penyebab menurunya penganut umat Katolik yang diduga disebabkan karena mundurnya Paus dibantah oleh Romo Mardi. Menurut dia, jumlah umat Katolik tidak menurun namun makin tersebar ke beberapa negara.”Apabila orientasi dan rujukannya di luar negeri barangkali itu pendapat tidak salah. Jika melihat lebih luas, turunnya penganut katolik di luar negeri tidak terlalu mencolok. Apabila gereja di Eropa tidak ada umatnya lagi saya nilai, lebih baik kecil menjadi umat Katolik ketimbang besar tetapi ikut-ikutan” kilah Romo Mardi.

Sedangkan menurut Ignatius Haryanto, kenyataan yang ada sekarang karena kondisi gereja terus mengikuti perkembangan zaman. “Kehidupan Gereja tidak seekslusif dulu, gereja sekarang sudah mulai membuka mata terhadap perkembangan seperti teknologi yang bermanfaat untuk umat” ucapnya.
Lantas siapa yang pantas menduduki tahta Paus selanjutnya, penganut Katolik Ignatius Haryanto, berpendapat Paus selanjuntnya bisa membuka diri dan ramah terhadap kemajuan.” Saya berharap Paus bisa seperti Paus Paulus ke 23, dia bisa membuka diri soal tata cara ibadah. Gereja vatikan harus membuka diri dari kemajuan saat ini di mana anak muda sekarang lebih mudah sekuler. Tantangan ini harus bisa dijawab dan bagaimana gereja memposisikan diri dari kemajuan dan pergerakan kehidupan” harapnya.

“Saya mengharapkan, yang akan datang adalah seseorang yang memiliki keramahan yang besar dari Paus Paulus Yohanes ke II, tetapi juga butuh Paus Benediktus ke XVI menulis buku trilogi tentang iman. Selain model itu, kita butuh Paus yang bisa memberikan suatu pegangan hidup bagi gereja Katolik untuk menjalani masa depan. Paus yang akan datang harus memiliki pribadi yang bisa mensinergikan gereja dengan beberapa kementerian di Roma” harap Romo Mardi ketika ditanya soal harapan pemimpin Katolik selanjutnya.
Katolik Vs Teknologi

Katolik dulu dikenal banyak menentang kemajuan ilmu pengetahuan, namun belakangan Katolik mulai membuka dirinya adanya kemajuan IPTEK.  Beberapa perlawanan masyarakat Katolik dulu terlihat dari ditentangnya teori asal muasal manusia dan juga pengunaan kondom. Namun sekarang ini, Katolik sudah bisa menerima, adanya reformasi di tubuh keuskupan agung di Vatican membuat paradigm baru di kalangan Katolik,”Sains dengan agama bisa berjalan bersama dengan perkembangan agama” kata Ignatius.

Sedangkan Romo Mardi berpendapat, kemajuan jaman juga membuat pergeseran pada tatanan dasar masyarakat Katolik. Namun dia membantah, jika Katolik bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Baginya agama dan teknologi bisa jalan bersama,” Di dalam kajian-kajian tentang kedokteran katolik tidak bertentangan. Pertentangan itu dihembuskan ketika gagasan tidak diterima dan tidak diikuti. SIkap dasar iman bahwa kita dititipi dunia ini untuk dipakai bersama dan kita harus mensyukuri bukannya berperilaku nekat” ucap Romo.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending