Bagikan:

Penerbitan Kembali Buku Geertz

Buku terjemahan Religions of Java karangan Antropolog Cliffort Geertz kembali akan mengisi rak toko buku di Indonesia.

BERITA

Kamis, 28 Feb 2013 09:14 WIB

Author

Bambang Hari

Penerbitan Kembali Buku Geertz

buku, geertz

Buku terjemahan Religions of Java karangan Antropolog Cliffort Geertz kembali akan mengisi rak toko buku di Indonesia. Buku ini sebelumnya diterjemahkan ke Bahasa Indonesia pada 1983. Sebuah penerbit sejarah di Depok Minggu lalu meluncurkan buku ini.

Buku yang berpengaruh dalam kajian antropologi ini membahas cara masyarakat Jawa beragama. Menurut Geertz, masyarakat Jawa terbagi dalam tiga golongan; abangan, santri dan priyayi. Bagaimana hubungan ketiga kelompok itu sekarang? Apakah masih sesuai penerbitan buku itu setelah pertama kali diluncurkan 53 tahun lalu?

Menurut Budayawan Mudji Sutrisno, Buku Greetz ditulis berdasarkan penelitian di Daerah Mojokuto bertahun-tahun. Menurutnya, Greetz bahkan sampai memutuskan untuk tinggal bersama masyarakat di sana. "Alhasil pada waktunya, ia sudah mampu menemukan segala hal mengenai masyarakat Jawa secara umum," kata pria yang kerap disapa Romo Mudji ini.

Berdasarkan hasil penelitiannya itu pula kemudian ia dapat menyimpulkan bahwa Masyarakat Jawa terbagi menjadi tiga bagian, yakni; abangan, priyayi, dan santri.

Sedangkan menurut Sejarawan JJ Rizal, keberadaan Greetz di Indonesia sempat menjadi perdebatan besar mengenai siapa yang diuntungkan dengan keberadaannya di sini? "Itu terjadi sekitar tahun 80-an. Karena dari hasil karyanya itu Indonesia menjadi terkenal di mancanegara. Sementara nama Greetz sendiri menjadi besar lantaran ia mengadakan penelitian di Indonesia," kata Rizal.

Sebenernya apa yang dimaksud oleh Geertz mengenai Agama Jawa itu adalah lebih kepada suatu agama dalam kajian akademis. Karena itu, Geertz perlu menentukan pemahaman akademisnya dulu tentang agama dalam lingkup antropologis. "Jadi tidak bisa ditafsirkan antara manusia dengan konsep tentang sesuatu yang kodrati, kata Rizal.

Namun, yang menarik dari hal itu -- masih menurut Rizal adalah judul itu sengaja dibuat untuk menghidupkan kembali dan menafsirkannya sebagai Agama Jawa mungkin salah satunya lantaran Geertz sendiri pernah dibilang mengajukan judul kepada penerbitnya tapi tidak bisa diterima oleh pihak penerbit, karena dianggap tidak komersil. "Hingga akhirnya ia menemukan penerbit yang merumuskan satu kata. Sehingga jadilah judul buku itu," jelasnya.

Atas dasar itu pula lah kemudian judul itu kembali diterbitkan dengan menggunakan judul yang sama dalam Bahasa Inggrisnya, 'Religion of Java' yang berarti 'Agama Jawa'.

Namun, Budayawan Mudji Sutrisno melihat cakupan yang lebih luas lagi mengenai Agama Jawa ini. Menurutnya, untuk melihat Agama Jawa, jangan hanya dilihat sosiologis, antropologis kebudayaan. "Namun harus dilihat pada sisi manusianya yang sedang mencari makna," katanya.

Selain itu ia juga memandang bahwa apapun agama ataupun kepercayaan yang dianut oleh manusia di bumi memiliki satu keimanan yang sama. "Ibaratnya, casingnya berbeda namun perangkatnya sama," katanya.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending