Bagikan:

Atur Keuangan Sejak Pertama Kali Memiliki Pemasukan

Perempuan kerap kali menerima tanggungjawab sebagai Menteri Keuangan dalam keluarga.

BERITA

Sabtu, 23 Feb 2013 12:41 WIB

Atur Keuangan Sejak Pertama Kali Memiliki Pemasukan

keuangan

Perempuan kerap kali menerima tanggungjawab sebagai Menteri Keuangan dalam keluarga. Artinya, ia bertanggungjawab mengatur keuangan keluarga. Sebab, sebagian besar laki-laki bekerja dan perempuan memiliki lebih banyak waktu memikirkan keuangan. Bagaimana perempuan mesti mengatur keuangan keluarga?
Pengaturan keuangan mesti dibiasakan sejak awal. Konsultan Senior Ardana Consulting Yosephine Tyas mengatakan, pengeluaran keuangan mesti dimulai sejak seseorang mulai memiliki pemasukan.

“Penghasilan kecil lebh gampang. Semakin besar bertambah rumit. Kalau sejak penghasilan kecil mulai mengatur, akan lebih gampang ketika penghasilan bertambah” ujar perempuan yang akrab dipanggil Pipin ini.
 
Seperti memeriksa kesehatan manusia, keuangan membutuhkan diagnosa penyakit. Yosephine mengatakan, sebagian besar penyakit keuangan adalah utang yang lebih tinggi ketimbang pemasukan.

“Sebagian besar penyakit keuangan ada di hutang konsumtif. Ini terutama dari kartu kredit” terangnya.

Ia bahkan beberapa kali menemukan sejumlah klien yang menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Artinya, begitu klien mendapat penghasilan, uang itu langsung digunakan untuk menyicil kartu kredit.

Utang menimbulkan masalah ketika bersifat konsumtif. Ia mencontohkan penggunaan kartu kredit untuk membeli barang-barang konsumsi yang nilainya menurun dan habis. Namun, utang tidak menjadi masalah ketika itu bersifat produktif. Ia mencontohkan utang untuk pembelian rumah dan logam mulia.

Menabung juga memunculkan kesulitan-kesulitan sendiri. Banyak orang menabung untuk membeli gadget. Setelah itu, menabung kembali untuk konsumsi lainnya. Dalam pola menabung seperti ini, tidak ada investasi jangka panjang.

“Kalau bertahun-tahun kerja tanpa siapkan investasi jangka panjang,uang hanya keluar masuk kantong kita” kata Yosphine.

Rayuan gaya hidup juga kerap menjerat proses menabung.

“Biasanya gaji naik dan pengeluaran ikut naik. Kalau gaji naik terus, pengeluaran tidak boleh terus naik. Kita harus pada satu titik untuk mengatakan berhenti” saran Yosephine.

Ia mengatakan, ia pernah menerima permasalahan seorang yang memiliki hutang puluhan juta tanpa sepengatuhan suaminya. Menurutnya, masalah komunikasi menjadi penting bagi perempuan untuk mengatur keuangan rumah tangga.
Solusi secara garis besar terbagi menjadi dua. Pertama, menambah penghasilan. Kedua, mengurangi pengeluaran. Yosephine menekankan, “pengaturan keuangan itu 70% psikologis dan 30% itu itung-itungan”. Dengan perencanaan keuangan yang baik, perempuan bisa membuka sebuah usaha. Untuk bisa menabung dan menyehatkan keuangan, prioritas utama yang dibutuhkan adalah melunasi utang konsumtif.

Untuk menabung, Yosephine menyarankan angka tabungan minimal 10% dari penghasilan.

“Meski penghasilan cuman Rp, 1.500.000 tapi kalau ada tabungan 150.000 setiap bulan, setelah bertahun-tahun, angka di tabungan itu akan berarti” katanya menyemangati. Akan lebih baik jika tabungan melebihi angka minimal 10%.

Selain itu, perempuan akan mengerti permasalahan keuangan ketika memiliki catatan pemasukan dan pengeluaran. “Biasanya perempuan ingat uangnya dipakai untuk apa saja” kata Josephine. Pencatatan keuangan ini akan berguna ketika mengajukan kredit ke bank. Dengan memiliki catatan keuangan, bisa diketahui juga ketika memulai usaha apakah mendatangkan untung atau tidak.

Pengaturan keuangan juga menjadi lebih kompleks ketika hendak memulai usaha. Yosephine menyarankan agar ada dana aman sebelum memulai usaha. Menurutnya, memulai usaha tidak mesti mendatangkan keuntungan di saat-saat awal. Maka, perlu ada dana tabungan untuk menjaga usaha beroperasi meski merugi setidaknya selama 2-3 bulan. Penganggaran ini juga perlu agar tidak mengganggu keuangan keluarga.

“Jangan sampai dana pendidikan anak masuk ke usaha” kata Yosephine.

Namun, ibu rumah tangga dengan tabungan kecil tetap bisa memulai usaha untuk mempersehat anggaran.

“Bisa dipilih usaha yang tidak membutuhkan modal banyak. Contohnya membuka toko online atau menjual kembali barang produsen” ujar Yosephine.
 
Meskipun pengaturan keuangan sangat tergantung individu, Yosephine mengatakan, sulit bagi mereka yang berada di daerah dengan infrastruktur minim untuk menambah penghasilan.

 “Pemerintah pusat dan daerah perlu membuat pembangunan lebih merata” katanya. Jangan sampai untuk menambah penghasilan orang mesti ke Jakarta. 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending