Bagikan:

Lukman Sardi: Cerita Di Balik 98

Ekspektasi berlebih muncul dari beberapa kalangan soal film fiksi berlatar peristiwa 1998 garapan Lukman Sardi,

BERITA

Jumat, 09 Jan 2015 14:53 WIB

Author

Lukman Sardi: Cerita Di Balik 98

film, di balik 98, lukman sardi

KBR, Jakarta - Ekspektasi berlebih muncul dari beberapa kalangan soal film fiksi berlatar peristiwa 1998 garapan Lukman Sardi, “Di Balik 98”. Ada yang menganggap film tersebut akan mengungkap fakta-fakta, namun ada pula yang malah khawatir jika film ini akan memutarbalikkan sejarah. Menanggapi itu, sutradara film “Di Balik 98” Lukman Sardi berbincang dengan Aika Renata di Sarapan Bersama KBR.


Kenapa memilih jadi sutradaranya?

Kebetulan ditawarin jadi sutradara.

Kenapa Anda yang ditawari? apakah memang impian sejak lama ingin jadi sutradara sebuah film?

Itu memang sudah jadi salah satu tujuan saya setelah ini mau apa lagi salah satunya sutradara. Buat saya itu sesuatu yang menantang dan Afandi kebetulan teman lama dia sudah tahu soal itu. Akhirnya dia menawarkan ini mau tidak ya menurut saya ini kesempatan yang bagus kenapa tidak diambil. Walaupun awalnya sempat ragu-ragu karena pertama, terus dapat film besar secara pemain segala macam. Ya banyak keraguan cuma Afandi dan teman-teman yang lain setelah kita kumpul kasih semangat akhirnya jalani bareng-bareng.

Untuk tema seperti ini untuk pertama kali apa tidak terasa beban berat?

Saya pernah bikin film temanya latar belakangnya juga peristiwa Mei 98 judulnya Sangat  Penjahit. Tidak tahu kenapa tiba-tiba Afandi menawarkan film ini maksudnya ngobrolin film tentang ini. Buat saya ya memang ada hal-hal bagaimana caranya supaya keinginannya tercapai, jangan sampai hal-hal yang sensitif jadi bumerang buat kita semua. Tapi menurut saya kita tidak akan mengarah kesana walaupun itu jadi latar belakang karena latar belakang yang menguatkan cerita kita, bukan sejarah atau politik yang lebih kuat tapi mereka yang menguatkan yang fiksinya itu. Tinggal kita benar-benar cermati saja kira-kira mana yang memang disampaikan mana yang mungkin tidak toh itu bukan menu utama kita. Tetapi tetap kita melakukannya secara serius, ada Mas Koesworo dia sejarawan yang mengerti sejarah. Jangan sampai hal-hal yang kita bikin keluar dari walaupun ada sedikit-sedikit yang kita buat tapi bagaimana pun kita tidak mau keluar dari konteks sejarah yang ada nanti orang mempertanyakan. Kita semua kalau pun ada adegan-adegan sedikit yang bertepatan atau bersinggungan dengan sejarah kita pasti punya sumbernya. Karena kita juga tidak mau menciptakan sesuatu yang akhirnya jadi isu yang besar, jadi pertanyaan. Kan di 98 sendiri masih banyak fakta yang belum terjawab.

Film ini kabarnya sudah digarap dari Desember 2013. Bisa diceritakan sedikit bagaimana dari proses awal sampai akan rilis tanggal 15 Januari nanti?

Memang ada beberapa pertimbangan. Maksudnya kita mestinya rilis lebih cepat tapi kita berpikir bahwa secara teknis masih banyak yang harus dibereskan, misalnya kita sempat ada syuting di DPR-MPR. Secara bentuk pintunya sudah beda, mau tidak mau kita pakai CGI (Computer Generated Imagery) dan itu bukan sesuatu hal yang gampang. Terus masalah kita cari waktu yang tepat, jangan sampai kesannya kok disambung-sambungkan dengan suatu hal. Kita tidak mau jadi seperti begitu, jangan sampai disambungkan berkaitan dengan ini itu. Jadi kita memang mencari tanggal yang lumayan netral dan akhirnya sampai keluar Januari perjalanannya cukup panjang karena kita dapat dari 21 ya tanggal itu.

Jadi bukan karena ingin menyesuaikan tanggal tertentu atau apa  ya?

Tidak ada sama sekali.

Dari mulai perizinan, pakai alat negara seperti panser bahkan menutup jalan sebagai lokasi syuting untuk adegan unjuk rasa. Bisa diceritakan pada akhirnya bisa mendapat izin bagaimana?

Memang bukan suatu hal yang mudah juga karena itu alat-alat negara kita tidak bisa seenaknya main pinjam saja. Perizinannya memang kita urus dan memang tidak langsung dapat juga. Saya benar-benar bangga sama tim produksi saya karena mereka kerja praktis juga, terima kasih juga buat pihak DPR-MPR yang bisa memberikan izin buat kita syuting dan memang kita cari waktu yang pada saat mereka reses atau tidak ada. Itu membuktikan bahwa DPR-MPR sangat terbuka, mereka melihat bahwa ini sesuatu yang baik. Kita kan kirim sinopsis sebelum dapat izin dan mereka mengizinkan. Dari sinopsis mereka bisa melihat ini cerita sebenarnya mengenai ini misalnya momen mahasiswa masuk DPR-MPR kita tahu semua memang kejadiannya nyata. Kebetulan juga kan karakter mahasiswa yang ikut demo otomatis dia berada di situ.  
     
Pesan besar yang ingin disampaikan lewat film Di Balik 98 ini apa?

Pesan yang paling besar buat saya bahwa kita kan fokus di satu keluarga yang akhirnya mereka tercerai berai karena pengabdian dan pengorbanan. Saya cuma mau bilang bahwa dalam situasi seperti itu apa pun bentuknya itu bisa bikin semua harapan orang berantakan terutama keluarga, keluarga yang tercerai berai. Jadi fokusnya lebih kesitu bukan masalah politik atau sejarah. Jadi intinya bahwa tidak usahlah terjadi hal-hal seperti ini lagi apa pun bentuknya apakah dalam kaitan politik, tawuran antarwarga.

Ini memang diambil dari cerita nyata atau fiksi?

Fiksi. Karena kita tahu banyak kejadian, maksudnya kita berpikir supaya terjadi konflik pasti dalam suatu cerita ada konflik. Kenapa keluarga karena keluarga adalah memang organisasi paling dasar kalau ngomong soal kemanusiaan, cinta, bagaimana kita hidup, kembali ke siapa itu semua keluarga. Makanya mulai dari keluarga dan kita menyadari pada saat itu pun banyak yang kehilangan keluargannya, tercerai berai. Kita bikin lagi supaya konfliknya berjalan dengan baik kita bikin konflik di keluarga itu bahwa si Salmah itu pegawai istana tentu punya pandangan berbeda terhadap pemerintah atau Soeharto. Juga bagus dari kalangan tentara yang punya pandangan berbeda dia menyikapi apa yang terjadi. Kembali lagi dengan posisi Diana yang mahasiswa yang sangat menggebu-gebu dia melihat yang tidak benar bahwa ini harus diubah akhirnya mereka terjadi perbedaan pendapat dan menimbulkan konflik.

Mengenai film Di Balik 98 ini fakta seperti apa yang ingin diungkap?

Banyak orang berpikir film saya ini akan mengungkap fakta 98, akan menginvestigasi sebenarnya yang benar yang mana. Kekhawatiran itu banyak. Ada juga yang menganggap akhirnya lewat film ini bisa terungkap, film ini bahaya bisa memutar balik sejarah. Saya perlu membuat itu supaya pemikiran jelek atau ekspektasi berlebihan itu tidak muncul. Makanya perlu saya jelaskan bahwa film ini tentang keluarga, kemanusiaan, percintaan yang memang dilatarbelakangi peristiwa Mei 98.

Bagaimana komentar Anda menanggapi soal peristiwa 98 itu?

Kalau dari sisi saya pribadi harusnya jangan terjadi. Akhirnya begitu banyak makan korban. Ya memang mungkin pada saat itu perubahannya perlu, harus ada perubahan, reformasi tapi sangat disayangkan harus terjadi peristiwa seperti itu akhirnya. Kan sebenarnya satu perubahan pun tidak harus dengan adanya kekerasan baru ada perubahan.  Sebenarnya saya melihat seperti itu miris yang jadi justru banyak korban kan rakyat. 


Melihat pengusutannya sampai sekarang belum tuntas. Bagaimana?

Harapannya harus diusut tuntas. Kita melihat ada orang yang keluarganya hilang atau meninggal tapi mereka tidak tahu posisinya dimana, kemana itu orang atau kalau meninggal karena apa. Itu harus diusut, bagaimana pun bentuk kekerasan itu sesuatu secara hukum pun tidak boleh. Kalau menurut saya harus diusut tuntas supaya clear siapa yang harus bertanggung jawab dan akhirnya orang-orang yang ditinggal itu paling tidak tahu kenapa, ada apa. Kalau sekarang serba tidak jelas. Pesan saya pasti film saya inginnya ditonton itu sudah pasti karena kita harus punya konsep bangga dengan film Indonesia. Buat saya kalau yang mau menonton tonton dengan pemikiran yang ingin nonton saja, mau cari hiburan. Jangan mencoba apa yang bisa didapat dari film itu apa, moral apa atau segala macam. Karena buat saya bukan tugas saya untuk menggurui penonton atau kasih pelajaran buat penonton. Jadi kita sama-sama melihat ini saya buat cerita begini menurut Anda seperti apa. Mungkin pandangannya berbeda-beda itu tidak masalah karena itu yang paling penting, itu justru jadi bahan diskusi. Tapi kalau sepakat semua akhirnya film itu tidak jadi apa-apa karena sudah sepakat semua. Itu semua pilihan, kebetulan punya latar belakang seperit itu biar tidak berekspektasi berlebihan. Itu saja.     




Editor: Quinawaty Pasaribu

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending