Bagikan:

Ilmu Sosiopreneur ala Wakil Ketua PPATK Agus

KBR68H, Jakarta - Banyak orang yang mengenalnya sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK).

BERITA

Jumat, 10 Jan 2014 14:23 WIB

Author

Bambang Hari

Ilmu Sosiopreneur ala Wakil Ketua PPATK Agus

wakil ketua ppatk, kambing, sosiopreuneur

KBR68H, Jakarta - Banyak orang yang mengenalnya sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK). Tapi, di sela kesibukannya yang saban hari harus memelototi berbagai transaksi mencurigakan, dirinya menyempatkan diri untuk memiliki kegiatan sebagai sosiopreneur. "Saat waktu luang, saya menjadi peternak kambing perah. Jadi selain dikenal sebagai Wakil PPATK, saya juga dikenal sebagai Ketua KPK--Kelompok Peternak Kambing," ujar Agus Santoso sembari melepas tawa, dalam program Obrolan Ekonomi KBR68H, Jumat (10/1).

Dia bercerita, usaha ini dilakoninya tanpa sengaja. Sekira 10 tahun lalu kenangnya, ia membeli sebuah lahan di kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat. Masyarakat sekitar awalnya mengandalkan nasib mereka dengan cara mengambil batu yang ada di sawah. Alhasil, kondisi tanah menjadi rusak dan tak bisa ditanami apa-apa. Setelah membeli sawah itu, ia berusaha kembali menghidupkan sawah itu.

"Perkara mengembalikan lahan menjadi sawah bukan perkara gampang. Saya harus mengolah dan menumpuk pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah," imbuh pria berkumis lebat ini.

Kemudian lanjutnya, tercetuslah ide untuk menerapkan konsep pertanian tanpa limbah atau zero waste organic farm. Kemudian dibangunlah pabrik tahu kecil-kecilan dan ia merekrut masyarakat sekitar untuk memasarkan tahunya berkeliling kampung. "Penjual hanya menyetor Rp 15 ribu per hari," jelasnya.

Setelah pabrik tahu terkelola dengan baik, ia memutuskan untuk memelihara 10 ekor kambing berjenis Etawa dan Saanen. Kandang kambing yang semula hanya berukuran 1x6 meter berkembang menjadi sebuah peternakan dengan berbagai jenis kambing perah unggul. "Sedikitnya kini ada 150 ekor, mulai dari kambing lokal (Parahiyangan dan Garut), hingga kambing unggul dari India (Etawa), Swiss (Saanen), dan Anglo Nubian," terangnya.

Tapi, kambing-kambing di peternakan ini sangat tertata. Masing-masing kambing memiliki bilik sendiri berukuran sekitar 1x1 meter. Juga tidak terlihat kotoran yang menumpuk. "Karena konsep zero waste organic farm ini harus mampu memanfaatkan segala limbah yang ada. Jadi jangan ada yang sampai terbuang," katanya.

Kini peternakan kambing itu telah menghasilkan puluhan liter susu setiap harinya. Itulah kenapa Agus sering dijuluki "Jurangan Kambing". Lalu kemana kotoran yang dihasilkan kambing-kambingnya? Agus membuangnya ke sawah yang terletaknya bersebelahan dengan kandang kambing. Sawah yang dulu hanya mampu menghasilkan batu, setiap dua tahun sekali ini menghasilkan padi organik. "Selain itu, saat ini saya juga sedang mengembangkan penanaman cabai yang kuat di musim dingin," kata Agus.

Saat ini, Agus sudah memiliki 100 kambing perah. Dari jumlah itu terdapat 7 jantan anglo nubian, 1 jantan saanen, dan 12 betina saanen. Sisanya 80 anakan persilangan peranakan ettawa dan anglo nubian. Betina produktif itu menghasilkan 10—15 liter susu setiap hari. Peternak itu menjual Rp 40 ribu per liter susu. “Tiga bulan sebelum punya kambing perah, saya sudah promosi terlebih dahulu,” ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran itu.

Sementara itu, untuk menjaga sanitasi, kandang  dibersihkan setiap pukul 09:00 - 10:00. Menganut konsep zero waste agriculture alias pertanian nirlimbah, Agus memanfaatkan sisa pakan kambing sebagai pakan ikan di kolam berukuran 3 m x 5 m. Sementara itu kotoran kambing dialirkan ke sawah di belakang peternakan.

“Kotoran kambing menjadi pupuk organik yang berguna untuk memperbaiki struktur fisika dan kimia tanah,” jelasnya.

Saat ini, ia sudah berhasil memenuhi harapannya ketika membeli tanah itu. Yakni meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Saat ini kata dia, ia sudah memiliki banyak jaringan. "Bahkan ada yang jauh-jauh dari Sukabumi," tutupnya.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending