Bagikan:

Apindo: Kerugian Akibat Banjir di Seluruh Indonesia Mencapai Rp 1 Triliun

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengaku, pelaku usaha merugi hingga miliaran rupiah akibat banjir yang melanda di sejumlah daerah di Indonesia.

BERITA

Selasa, 21 Jan 2014 13:25 WIB

Author

Doddy Rosadi

Apindo: Kerugian Akibat Banjir di Seluruh Indonesia Mencapai  Rp 1 Triliun

apindo, banjir, kerugian, 1 triliun

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengaku, pelaku usaha merugi hingga miliaran rupiah akibat banjir yang melanda di sejumlah daerah di Indonesia. Akibat banjir banyak askes jalan yang tertutup sehingga menganggu aktivitas pelaku usaha. Kerugian sekitar Rp100 miliar per harinya.

Industri apa saja yang paling terpukul akibat bencana banjir ini? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Rumondang Nainggolan dengan Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi dalam program Sarapan Pagi.

Seperti tahun lalu apakah banjir kali ini sudah diperkirakan sebelumnya?

Sebenarnya banjir kali ini kita perkirakan tidak seluas seperti sekarang ini ya. Kita perkirakan banjir ini cuma seperti biasa terjadi di sekitar Jabodetabek tapi tidak meluas ke seluruh Indonesia dan kita tidak memperkirakan pada saat bersamaan juga ombak yang begitu besar membuat kita tidak bisa kirim barang-barang kita ke pulau-pulau lain, karena pusat industri sebagian besar ada di pulau Jawa. Inilah yang menjadi masalah tiba-tiba kok jadi begini luas banjir kali ini, kedua juga disamping begitu luasnya semua daerah kena banjir itu kita melihat kendalanya bahwa banjir lama sekali diperkirakan pertengahan Februari banjirnya selesai ya.

Ini tidak bisa saling menyalahkan ya?

Tidak bisa. Jadi sekarang ini was-was terus sampai selesainya banjir ini, seperti hari ini terjadi lagi dimana kita sudah tidak bisa kirim lagi barang-barang di pulau Jawa karena jalur Pantura terkena banjir dan macet semua.

Cirebon tidak bisa dilewati?

Tidak bisa dilewati lagi, sebagian Karawang dan lain-lain macet total. Maka itu sekarang pengiriman beras ke Jakarta sudah tersendat-sendat, sembilan bahan pokok terutama.
 
Industri apa yang paling terpukul akibat banjir ini?

Sebenarnya yang paling terpukul itu adalah industri-industri yang berhubungan dengan makanan minuman. Karena tidak bisa tahan lama dan yang paling kena tentu para petani kecil kita yang sekarang ini mengirim barang susah dan mahal sekali, juga tidak tahan lama. Hampir semua industri kita kena, ada yang kenanya besar sekali ada yang kenanya masih bisa diperhitungkan pengusaha-pengusaha itu bahwa mereka tidak perlu menaikkan harga tapi ada sebagian mesti menaikkan harga.

Kalau sudah kondisi di luar kuasa manusia seperti ini bagaimana para pengusaha?

Ya kita usahakan kalau bisa tentu kita menaikkan harga barang-barang kita. Kerugian ini bisa kita cover kalau kita bisa jual, tapi kalau kita tidak bisa jual karena persaingan barang-barang impor ya tentu kita pusing.

Kerugiannya sampai berapa dan penurunan produksi sampai berapa persen?

Setiap hari saya pikir lebih dari Rp 100 miliar kita rugi sekarang ini walaupun kita belum menghitung secara final. Karena semua bilang sama saya nanti setelah selesai banjir baru dihitung.

Jadi belum semua masuk ya?

Data-datanya belum masuk semua.

Tapi perkiraan sampai sekarang sudah ada Rp 1 triliun?

Oh ya saya pikir sudah lebih Rp 1 triliun kalau kita hitung seluruh Indonesia. Saya ini masih konservatif sekali menghitungnya karena kita jualannya turun sekali, kalau pemerintah bilang kita jualan sudah turun seminggu 30 persen turunnya, saya memperkirakan 50 persen sudah turun penjualan kita. Karena orang tidak belanja lagi, orang menahan diri untuk belanja maka itu kalau kita lihat semua pertokoan, mal, dan lain-lain apalagi yang terkena banjir sebagian besar sudah tutup.

Kalau BMKG memperkirakan cuaca semacam ini sampai awal Februari para pengusaha makin ketar-ketir ya?

Kita bisa berdoa saja supaya tidak lebih gawat lagi.
 
Untuk barang-barang yang sudah dikirim tapi tidak bisa terkirim juga skenarionya dikembalikan lagi atau dijual di tempat yang paling memungkinkan?

Biasanya kita tahan sampai kita bisa kirim. Karena kita sudah ada kontrak dengan agen-agen kita, kalau seperti sekarang ini terpaksa kita tahan. Kalau dulu kita tahan terutama untuk luar pulau Jawa sekarang di dalam pulau Jawa ini karena banjir ini kita juga mulai tertahan barang-barang yang mesti kita kirim sekarang ini.
 
Kalau untuk ekspor apakah terganggu juga?

Kita sebenarnya terganggunya itu adalah karena adanya peningkatan daripada kita punya logistic cost ke pelabuhan dan lain-lain yang naik. Kita punya produksi juga menurun karena buruh-buruh kita banyak yang tidak masuk. Jadi kapasitas produksi kita banyak yang kita turunkan karena kita tahu juga kita tidak bisa jual dan ekspor kita ini belum terganggu banyak menurut saya. Karena kita belum dapat laporan-laporan dari luar pulau Jawa bagaimana ekspor-ekspor komoditas utama kita apakah terganggu karena meluapnya sungai, kapalnya tidak datang. Terutama kita punya ekspor-ekspor utama kita seperti kelapa sawit, batu bara, dan lain-lain kami belum mendapatkan laporan dari daerah-daerah akibat banjir itu di Kalimantan bagaimana, Sumatera bagaimana, Sulawesi, dan lain-lain. Mereka belum melapor ke kita kerugian-kerugian mereka apakah tertunda pengirimannya atau kapalnya tidak mau datang ke Indonesia untuk mengambil barang-barang yang mesti kita impor. Sebab luar negeri tidak mau tahu, biasanya dia klaim saja kita kalau kita tidak bisa kirim pada waktunya.

Terkait dengan seringnya banjir di wilayah Jakarta dan wilayah pulau Jawa lainnya, apakah para pengusaha ini tidak pernah terpikir untuk memindahkan pabriknya ke luar pulau Jawa?

Saya pikir sementara ini di luar pulau Jawa ini adalah infrastruktur yang tidak ada, manusianya tidak cukup, dan segala macamnya. Masalah kita yang terbesar masih pulau Jawa karena penduduk yang besar ini, kita belum mempertimbangkan kecuali sumber daya alam yang lainnya banyak di luar pulau Jawa. Tapi kalau manufacturing dalam arti untuk industri karena semua pasarnya dan sebagian besar terkonsentrasi di Jawa dan fasilitasnya terkonsentrasi di Jawa jadi kita belum ada rencana memindahkan manufacturing kita ke luar pulau Jawa.

Daerah Jawa ini hampir semua rawan bencana alam, tentu pengusaha sudah mengantisipasi juga misalnya dengan asuransi. Apakah semua perusahaan asuransi yang digandeng para pengusaha ini kira-kira mau atau bersedia juga untuk menanggung karena banjir ini?


Terus terang saja kalau mengenai banjir ini mereka sebagian besar sudah tidak mau menerima lagi asuransi mengenai banir ini. Itu yang kita namakan asuransi total lost itu, itu kalaupun mereka terima itu adalah nasabah-nasabah mereka dengan premi yang tinggi sekali karena tiap tahun terjadi. Jadi sebagian besar mereka tolak untuk banjir.

Pengusaha baru tidak bisa mendaftar?

Tidak bisa mendaftar dan tidak mau mereka terima. Karena luar negeri sudah tidak mau terima lagi banjir di Indonesia ini resiko-resikonya.

Apa suara dari para pengusaha kepada pemerintah terkait penanganan banjir supaya kerugian tidak berlaru-larut lagi?

Iya kita sudah tiap tahun membicarakan tapi setelah banjir selesai pemerintah lupa lagi. Sekarang tentu mengajak kita bicara bagaimana supaya kita bisa membantu, jangan sampai logistik ini terganggu, barang-barang langka, harga jangan dinaikkan, dan itu selalu yang kita tiap tahun bicara. Diminta bantuan pemerintah, kita juga menyatakan kepada pemerintah bagaimana dengan logistik dan banjir itu serius dibicarakan pada saat banjir tapi habis banjir lupa semua.

Kalau untuk tanggungan yang harus ditanggung perusahaan terkait dengan karyawan yang harus kehilangan tempat tinggal, sakit akibat banjir ini seperti apa?

Kita sementara ini kalaupun produksi kita berkurang dan lain-lain kita rumahkan saja karyawan kita dan kita tetap membayar. Kita belum memikirkan bahwa karyawan kita akan PHK dan lain-lain belum ada. Karena kita merasakan juga, mesti bersama-sama menyelesaikan ini. Tapi kesehatan dan lain-lain kita tanggung sesuai dengan asuransi kesehatan yang ada dan ini tentu biayanya akan bertambah semua, kita hitung belakangan. Karyawan harus kita bantu bagaimana bila menghadapi banjir ini supaya tidak menderita lebih jauh, kita saling tolong menolong dalam persoalan ini. 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending