Bagikan:

Rita Subowo: Kita akan Pertemukan Kubu PSSI dan KPSI

Rita Subowo: Kita akan Pertemukan Kubu PSSI dan KPSI

BERITA

Selasa, 08 Jan 2013 13:59 WIB

Author

Anto Sidharta

Rita Subowo: Kita akan Pertemukan Kubu PSSI dan KPSI

PSSI dan KPSI

KBR68H- Nasib kisruh dualisme yang melibatkan PSSI dan KPSI, kini memasuki babak baru. Pemerintah melalui Tim gugus tugas perdamaian persepakbolaan Indonesia atau Tim Task Force siap untuk menjadi penengah dalam mengatasi konflik ini. Tim task force dibentuk setelah Pejabat Sementara Menpora, Agung Laksono, mengadakan rapat dengan sejumlah tokoh olahraga nasional. Apa saja yang sudah dan akan dilakukan tim ini? Berikut ulasan Ketua Task Force Rita Subowo dalam perbincangan berikut.

Melobinya sudah sampai mana?

Melobinya sudah selesai jauh-jauh hari, sekarang internal saja harus dibenahi. Jadi saya kira untuk ke FIFA sementara ini sudah selesai, hasilnya tetap ditunda.

Lobi antara PSSI dan KPSI bagaimana?

Sudah dilakukan juga, sudah ketemu tokoh-tokohnya juga. Saya kira peran pemerintah masih diperlukan untuk memberikan solusi, disesuaikan dengan statuta FIFA. Kita sekarang ini minta FIFA bukan hanya minta penundaan terus ditinggal, tidak saya bilang. Kamu kasih guidance ke kita, apa yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak untuk menyatukan kembali.

Mungkin lebih mudah kalau kita punya matrix dari kedua kubu yang bertentangan ini, untuk bisa diperkecil yang tidak sesuainya itu kemudian dicari solusi dan komitmen bersama. Karena waktu dua bulan tidak terlalu lama, kemudian kita sudah malu juga Indonesia persepakbolaannya ribut terus sedangkan prestasinya tidak terdengar baik.

Hasil dari ketemu dengan beberapa tokoh siapa saja yang sudah ditemui?


Kedua belah pihak sudah bertemu. Termasuk juga Pak Arifin, Pak Nirwan, dan sebagainya membantu menyelesaikan ini karena sudah tidak ada jalan keluar lagi. Kalau sampai kita dikeluarkan dari FIFA itu akan mematikan, karena biasanya klub-klub atau perkumpulan terutama yang junior atau remaja itu hubungannya dengan akses kompetisi di luar.

Hasil pertemuan anda dengan perwakilan PSSI dan KPSI kabarnya juga masih ada pihak yang berkiblat pada kongres tertentu ya?


Saya belum mendengar langsung dari mereka. Karena secara resmi waktu itu mau dipertemukan tetapi pihak PSSI ada di Tokyo, tidak mungkin bertemunya dengan satu pihak. Sekarang ini persoalannya adalah pemerintah apakah masih meneruskan atau tidak Task Force ini, karena kalaupun tidak ada Task Force saya sebagai Ketua KOI juga bisa membantu. Jadi kita tunggu saja lobi atau pendekatan jalan terus, tapi yang penting solusi dari FIFA seperti apa.

Karena itu saya minta mereka datang dan kita sudah kirim undangan, Presiden AFC akan datang minggu pertama Januari untuk pertama dan menyelesaikan semua ini, memberikan guidance yang sesuai dengan statuta FIFA. Karena kalau pemerintah saja walaupun pemerintah mempunyai wewenang dengan Undang-undang yang berlaku, tetapi ada statuta FIFA juga. Jadi sebaiknya FIFA yang memberikan arah petunjuk, maksudnya betul-betul guidance kepada mereka untuk ditaati karena mungkin lebih takut kesana daripada yang lain.

Pertengahan Februari berarti sudah ada keputusan dari FIFA ya?

Iya. Capek juga mengurusi hal seperti ini, padahal potensi sepakbola kita cukup besar.

Anda menyebutkan masih diperlukan peran pemerintah, apa perannya?

Untuk mengawal. Mengapa kemarin Task Force itu dibentuk, karena sebulan yang lalu saya sudah bertemu dengan Presiden AFC sudah membicarakan ini potensinya besar lalu kita cari jalan keluar seperti apa. Kemudian dua minggu sebelum expo, saya sudah beberapa kali komunikasi dengan Blatter bahwa nanti kita bicarakan seperti apa. Jadi sebetulnya jauh-jauh hari kita sudah mengantisipasi, FIFA mengirim surat kepada pemerintah, biasanya FIFA alergi terhadap pemerintah setempat. Ini ada potensi suspension, jadi tolong pemerintah juga aware akan hal ini. 

Jadi intervensi pemerintah sudah “direstui” oleh FIFA?


Bukan. Pemerintah disurati oleh FIFA tanggal 26 November, dinyatakan bahwa ini ada potensi besar suspension di rapat expo. Jadi pemerintah harus mengantisipasi, karena saya katakan kepada mereka kita bukan negara 5 juta penduduk tapi 240 juta penduduk, masyarakat sepakbolanya besar sekali. Kalau sampai ada apa-apa bisa terjadi chaos. Itulah sebabnya pemerintah pada saat itu merasa perlu membentuk Task Force, didalam rangka mengantisipasi hasil dari expo. Kemudian memberikan tugas kepada kami, untuk memperkecil akibat dan tentunya mencegah, bisa diselesaikan tapi tanpa suspension kalau bisa. Kita bergerak waktu itu ada Pak Agum beliau bekas Ketua PSSI dan Ketua Normalisasi, Pak Tono, dan sebagainya.

Banyak yang menyebut kalau konflik ini sebenarnya bermuara pada dua tokoh yaitu Arifin Panigoro dan Nirwan Bakrie, keduanya apakah akan ditemukan?


Saya kira tidak perlu ketemu kalau memang ada kesepakatan, itu lebih baik.

Sampai sekarang sepertinya perbedaan masih luas ya?


Iya tidak apa-apa tinggal suspen saja, berarti mengorbankan sepakbola nasional.

Dalam kerangka kerja Task Force tidak ada niatan mempertemukan mereka dalam satu forum?

Sudah pasti kita ingin mempertemukan. Yang penting bukan satu forum itu hak masing-masing, tapi yang terpenting idenya bagaimana, solusinya seperti apa.  
 
        

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending