KBR68H, Jakarta - Pasca pengumuman verifikasi dan pengambilan nomor urut Pemilu, parpol mulai membuka pintu lebar-lebar. Saat ini partai politik mulai membuka kesempatan untuk calon legislative mendaftar di tempat mereka. Gerindra misalnya, telah resmi membuka perekrutan caleg. PAN juga demikian. Bahkan partai itu diperintah Ketua Umumnya untuk blusukan ke daerah pemilihan untuk menjaring caleg. Bagaimana sebenarnya peta perekrutan parpol dalam menjaring calon legislatifnya? Simak perbincangan KBR68H dengan Manajer Pemantauan Pemilu dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Masykurudin Hafidz
Anda membaca soal perekrutan calon legislatif bagaimana?
Pertama yang pasti kita sudah punya 10 parpol, 9 parpol lama dan 1 parpol baru. Satu parpol baru inipun tidak baru-baru sekali, karena dia sebenarnya pecahan dari Golkar. Jadi harus kita bilang bahwa 10 parpol itu parpol lama. Karena dia parpol lama dan jumlahnya sedikit, tentu berpengaruh terhadap pencalonan nanti, rekrutmen yang akan dilakukan nanti itu mulai bulan depan. Mulai bulan depan akan ada pendaftaran daftar calon sementara dan sekarang ini memang parpol-parpol itu sudah melakukannya, baik informal ataupun formal. Problemnya sekarang memang di partai-partai yang tidak lolos, karena mereka sebenarnya kekuatannya cukup besar. Dari 24 itu 22 kemudian tidak lolos, harusnya kalau mereka digabung sebenarnya kekuatan mereka cukup besar dan kalau kita bicara soal masa depan demokrasi kita tentunya juga berasal dari sana juga. Apalagi anda tadi bilang bahwa persepsi terhadap partai politik sangat rendah, apalagi komentar-komentar di pemberitaan hampir semuanya memang sangat skeptis terhadap partai sekarang. Kalau kemudian yang ikut 2014 juga partai sekarang tentu aspek gairah dari masyarakat juga tidak terlalu tinggi, oleh karena itu partai baru yang tidak lolos sebenarnya dalam beberapa hal punya semangat baru tapi ternyata sekarang tidak lolos. Ada kejadian menarik, misalnya pemantauan kita di Lampung itu verifikasinya dua tahap, pertama tahap administrasi, kedua tahap faktual. Di tahap verifikasi oleh KPU ada 18 parpol yang tidak lolos pada saat itu, lalu kemudian ketika tidak lolos sebelum putusan Dewan Kehormatan, mereka ternyata dari beberapa parpol itu pindah ke parpol yang lolos. Jadi mereka begitu ditetapkan tidak lolos mereka bergeser, setelah itu terjadi gugatan di Dewan Kehormatan. Dewan Kehormatan memutuskan untuk menyertakan, karena mereka sudah bergabung dengan partai lain, kemudian mereka merasa kebingungan partai yang akan diverifikasi pengurusnya yang sudah pindah parpol dan ini terkonfirmasi di rekapitulasi KPU kemarin. Ada beberapa parpol yang komplain ke KPU, bahwa pengurus mereka sudah tidak ada karena mereka sudah pindah. Artinya perpindahan pengurus partai politik untuk masuk ke partai yang lolos itu sangat tinggi.
Ada calon-calon legislatif yang tidak kerja, tidur, dan sebagainya. Wajah lama apa masih bisa dipakai untuk 2014 ini?
Inilah yang kemudian di parpol kita perlu ada seleksi itu. Kita harus akui juga partai yang sepuluh ini oligarkinya masih tinggi, artinya ada persahabatan, perkawanan, mungkin juga ada aspek sumbangan ke parpol. Sehingga caleg-caleg yang akan disodorkan ke KPU itu dalam analisis saya tidak akan banyak berubah, oleh karena itu situasi yang seperti ini tidak akan banyak berubah. Apalagi kalau kita melihat tren sekarang ini, orang bisa mencalonkan itu kalau hukumannya di bawah lima tahun, kalau hukuman di bawah lima tahun masih bisa mencalonkan sebagai legislatif. Coba kita perhatikan hukuman-hukuman para koruptor dari politisi itu rata-rata di bawah lima tahun, kita lihat yang terakhir Angie itu 4,5 tahun itu secara Undang-undang Pemilu masih bisa mencalonkan lagi, termasuk mencalonkan menjadi penyelenggara pemilu. Ini indikasinya masih ada disitu, ternyata orang-orang di level atas merekayasanya sampai begitu.
Bagaimana dengan sistem rekrutmen terbuka oleh beberapa parpol, menurut anda efektif menjaring para politisi yang lebih baik?
Saya agak sepakat juga beberapa parpol yang membuka diri secara nyata, misalnya Gerindra memasang iklan di media. Ini bagus tetapi tidak cukup, maksud saya dalam melakukan rekrutmen di Partai Gerindra tidak hanya soal pasang iklan tetapi rekrutmennya juga menjemput bola. Jadi membuka diri, lalu data-datanya ada diseleksi dan didatangi. Kalau soal pasang iklan di TV atau di koran itu aspek politisnya kelihatan jauh lebih tinggi daripada sekedar melakukan rekrutmen yang baik itu.
Oligarki Parpol Masih Tinggi
KBR68H, Jakarta - Pasca pengumuman verifikasi dan pengambilan nomor urut Pemilu, parpol mulai membuka pintu lebar-lebar.

BERITA
Senin, 28 Jan 2013 15:16 WIB


rekrit caleg
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai