Bagikan:

Mengatasi Banjir Jakarta

Banjir yang melumpuhkan aktivitas warga Jakarta pekan lalu memaksa Pemerintah DKI Jakarta berpikir dan bekerja cepat.

BERITA

Kamis, 24 Jan 2013 16:09 WIB

Author

Sasmito

Mengatasi Banjir Jakarta

banjir, jakarta

KBR68H- Banjir yang melumpuhkan aktivitas warga Jakarta pekan lalu memaksa Pemerintah DKI Jakarta berpikir dan bekerja cepat. Apalagi hingga kemarin beberapa daerah seperti Pluit dan Penjaringan Jakarta Utara masih terendam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir menggenangi 41 km persegi wilayah Jakarta. Banjir juga berdampak kepada 910 RT, 370 RW, 74 kelurahan, 31 kecamatan dengan total 248 ribu jiwa dan 18 ribu diantaranya mengungsi. Sementara untuk korban meninggal berjumlah 15 orang. Gubernur DKI Jakarta terpilih Joko Widodo memperkirakan kerugian akibat banjir pekan ini mencapai 20 triliun.

Bencana banjir sebenarnya sudah melanda Jakarta sejak jaman Belanda. Namun menurut Alwi Shihab penulis sejarah Jakarta, Belanda mampu mengatasi datangnya banjir. Berbagai upaya dilakukan Belanda saat itu. Misalkan dengan membangun sejumlah kanal , memelihara sejumlah situ di Jakarta dan sekitarnya dan melestarikan hutan Mangrove. Namun sayangnya, saat ini jumlah situ dan hutan Mangrove tidak sebanyak dulu. Beberapa diantaranya tergerus alih fungsi lahan dan rusak karena tidak terawat.  Belum lagi kalau kita sungai Ciliwung, 50 persen diantaranya rusak akibat tangan manusia.

Beberapa usulan untuk mengatasi banjirpun kemudian dilontarkan dari berbagai kalangan. Mulai dari penambahan ruang terbuka hijau, pembersihan pemukiman pinggir sungai, revitalisasi saluran air dan pembangunan waduk. Serta edukasi pengelolahan sampah di masyarakat. Sementara itu pemprov DKI mengklaim akan mengambil  beberapa langkah prioritas. Diantaranya melakukan pengerukan sungai, kali dan normalisasi gorong-gorong untuk mencegah banjir.

Langkah Perbaikan Pemerintah

Ke depan Pemerintah DKI akan menargetkan beberapa langkah untuk mengatasi banjir. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Ery Basworo mengatakan target jangka pendek saat ini hanyalah memperbaiki pompa-pompa yang rusak. Sementara untuk jangka panjangnya, pemerintah akan melakukan pelebaran sungai-sungai. Dari 13 sungai besar yang masuk Jakarta, tiga diantaranya sudah mulai dikerjakan, yakni sungai Pesanggrahan, Angke dan Sunter.  Dengan pembagian tugas Pemprov DKI membebaskan lahan di sekitar sungai, sementara pemerintah pusat melebarkan konstruksinya. Target berikutnya adalah kali Ciliwung.  Menurutnya sungai-sungai hulu di  Puncak seharusnya mampu menahan air terlebih dahulu sebelum mengalir ke Jakarta.

“Indikatornya mudah yaitu kecepatan mengalir. Kecepatan air dahulu mengalir membutuhkan sekian belas jam sampai ke Jakarta. Kalau sekarang dari Katulampa sekarang lebih cepat. Dalam hitungan jam saja. Ini buktinya tidak ada resapan,”jelas Ery Basworo

Namun demikian, saat ini menurutnya sudah ada kesepahaman antara Pemprov DKI dengan Kemen PU untuk membangun beberapa waduk di bagian hulu. Diantaranya di wilayah Ciawi dan Cimanggis sebagai fungsi penampung air.  Sebagai pelaksanannya sudah ada beberapa lahan yang dibebaskan oleh Pemda DKI Jakarta. Waduk yang sepanjang kali sunter atau krukut tersebut ditengarahi memiliki akan mampu menahan air dan sekaligus sebagai pengendali banjir.

Pendekatan Ekologis


Sementara itu Pengamat Hidrologi UI Ahmad Munir mengkritik Pemerintah agar tidak terus menggunakan pendekatan tehnik dalam menanggulangi banjir. Menurutnya pengerukan, pelebaran sungai dan pembuatan sodetan kanal banjir timur hanya mampu meminimalisir banjir sementara. Tetapi untuk mengatasi banjir yang terus terjadi sepanjang tahun, pemerintah diharapkan menggunakan pendekatan ekologis. Bagaimana melakukan penghijauan di semua daerah aliran sungai.

“Kita harus mengembalikan banjir ke dalam sistem ekologi. Bagaimana pemerintah harus memperhatikan jangka panjang dengan memperhatikan sempadan sungai, badan sungai dinormalisasi tapi tidak hanya menggunakan pendekatan tehnik saja. Kita harus normalisasi daerah floodplain (endapan kanan kiri sungai), kita hijaukan kembali sempadan sungai. Saya pikir itu lebih baik daripada membuat sodetan dan pengerukan,”jelas Ahmad Munir.

Selain itu diperlukan kebijakan terpadu Pemerintah pusat dalam menata bagian hulu. Bagaimana caranya Mempertahankan atau kalau bisa memperbaiki daerah tangkapan hujan. Karena menurut catatan Ahmad Munir, 1 persen saja perubahan alih lahan  akan berakibat penambahan luas banjir sebesar 0,02 persen. Kemudian yang tidak kalah penting adaya upaya edukasi yang intensif ke masyarakat sebagai subyek dari sistem ekologi.


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending