Bagikan:

Kenaikan BBM Bisa Hemat Subsidi Rp 70 Triliun

KBR68H

BERITA

Selasa, 08 Jan 2013 11:04 WIB

Author

Doddy Rosadi

Kenaikan BBM Bisa Hemat Subsidi Rp 70 Triliun

kenaikan bbm, subsidi

KBR68H – Mulai tahun ini, pembatasan BBM subsidi mulai diterapkan di luar Jawa dan Bali, tepatnya di Kalimantan dan Sumatera. Ini dilakukan untuk meredam laju konsumsi BBM subsidi. Namun, kebijakan pembatasan BBM subsidi ini diragukan bisa menjaga kuota BBM subsidi tidak jebol. Kenapa? Simak perbincangan KBR68H dengan pengamat energi Marwan Batubara dalam program Sarapan Pagi KBR68H.

Memperluas pembatasan BBM subsidi mulai bulan depan di Kalimantan dan Sumatera, kemudian ada penambahan pelarangan BBM subsidi untuk industri. Apakah ini menjadi jaminan kalau tahun ini tidak kembali jebol?

Saya terus terang saja sangat tidak yakin dengan langkah-langkah dan kebijakan ini. Saya yakin justru akan terus jebol sepanjang aturan mendasarnya tidak dilakukan. Jadi ini masalah-masalah yang ditangani tidak komprehensif dan tambal sulam, bukan langkah dan kebijakan yang benar-benar bisa mengatasi masalah itu secara tuntas.

Aturan dasar apa yang anda maksudkan?

Saya kira sepanjang disparitas harga BBM bersubsidi dengan yang sesuai harga pasar masih terlalu besar disparitasnya. Apapun yang dilakukan saya kira masalah penyelundupan, penyelewengan, penyalahgunaan subsidi untuk berbagai hal yang menyimpang akan terus terjadi.

Apakah memang ini langkah terbaik yang harus diambil pemerintah menaikkan harga BBM?

Dari dulu juga harus dinaikkan. Tapi saya mendukung kenaikan dengan catatan, bahwa nanti harus diiringi dengan pemanfaat dari penghematan subsidi itu untuk berbagai sarana secara otomatis harus dilakukan. Jadi tidak dana yang dipakai menyogok rakyat dengan BLT dan sebagainya, membangun transportasi massal di kota-kota besar, kemudian seperti Jakarta monorel bisa dibantu.

Berapa kenaikan yang tidak membuat subsidi kita berarti pengurangannya?

Seperti dulu sudah pernah terjadi di Rp 6.000 hanya karena kepentingan pencitraan SBY diturunkan lagi, itu kesalahan fatal. Saya kira terserah saja, bukan saya mendorong supaya orang lebih sengsara atau supaya terjadi inflasi. Tapi justru ini untuk kepentingan kita di masa depan, bahwa kalau ini dinaikkan banyak hal bisa dilakukan, termasuk juga mengembangkan energi alternatif. Untuk itu nanti kita akan bisa terhindar dari kekurangan energi karena cadangan kita sangat minim, hanya cukup untuk 12 tahun ke depan. Kalau tidak dinaikkan lalu tidak disiapkan energi alternatifnya itu sangat beresiko bagi kita.

Dengan kenaikan Rp 1.500 untuk premium dan mungkin solar juga sama, berapa subsidi yang bisa kita hemat?

Kira-kira minimal Rp 70 triliun sampai Rp 100 triliun dan tidak perlu direpotkan dengan berbagai hal pekerjaan yang saya anggap sia-sia seperti IT, monitoring, tenaga pengawas, dan sebagainya.

Karena itu juga memakan biaya?

Betul dan itu tidak harus kalau kita mau mengamankan kebijakan seperti itu.   
 
Kira-kira ada pengaruhnya terhadap konsumsi BBM bersubsidi jika harga dinaikkan?

Saya yakin itu akan juga terjadi dan dari situ kita bisa menyimpulkan kalau selama ini banyak penyelundupan dan penyalahgunaan BBM bersubsidi, misalnya ke industri, perkebunan, pertambangan, dan yang tertangkap hanya sial saja.
 
Apakah kemudian masyarakat menjadi berhemat atau beralih ke BBM non subsidi?

Dua-duanya. Sepanjang ada alternatif dan pemerintah bisa mengatur, misalnya kalau itu jadi Rp 6.000 bisa mengembangkan energi bio disel, bio etanol, dan sebagainya dengan harga yang bisa bersaing. Kalau sekarang ini subsidinya tidak ada untuk energi alternatif itu, justru yang lebih bagus adalah subsidi BBM atau subsidi energi  itu diberikan kepada energi terbarukan daripada memberi subsidi kepada energi fosil seperti BBM, solar, dan sebagainya.
 
Tadi anda mengatakan di tahun ini akan kembali jebol, kira-kira berapa?

Iya kira-kira sekitar 2-3 juta kiloliter. Saya kira kalau disebutkan approval DPR itu sudah tidak diperlukan, tinggal pemerintah mau atau tidak. Saya kira pemerintah itu perlu mengajak semua partai, ormas, elemen-elemen masyarakat untuk meyakinkan bahwa ini adalah kepentingan bersama, jangan sarat dengan pertimbangan politik dan pencitraan. Kalau ini yang diutamakan kita tidak akan maju, tapi karena ini kepentingan bersama mari kita jalankan dengan saling pengertian, sehingga yang diuntungkan nanti rakyat. 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending