KBR68H, Jakarta - Hujan dan banjir membuat beberapa ruas jalan di Jakarta rusak parah dan mengancam keselamatan pengguna jalan. Kementerian Pekerjaan Umum mencatat ada beberapa ruas tol dan jalan nasional yang retak dan bolong. Beban kendaraan yang terus bertambah dan cuaca membuat umur jalan semakin singkat. Berikut penjelasan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak kepada KBR68H
Bagaimana pengamatan dari Kementerian Pekerjaan Umum ini ada berapa titik kerusakan jalan?
Kalau Kementerian Pekerjaan Umum tentunya memperbaiki jalan-jalan yang memang menjadi tanggung jawabnya, terutama jalan nasional yang ada maupun jalan tol yang akan dilakukan masing-masing operator. Jadi di Jakarta yang utama tentunya jalan tol, ada memang beberapa yang retak dan bolong, di jalan lingkar itu kalau kita lihat dari Kampung Rambutan ke arah Pondok Indah beberapa lubang ada, dalam kota juga ada. Salah satunya yang melakukan perbaikan tentu operatornya masing-masing, sebagian besar PT. Jasa Marga. sudah dilakukan penambalan-penambalan sesuai dengan kaidah-kaidah, kalau kecil ditutup kalau agak besar harus dikotakkan dengan kaidah-kaidah yang ada dengan dilapis. Untuk jalan nasional dilakukan oleh Bina Marga melalui balai-balainya.
Kondisinya selalu berulang, apakah memang beban jalan yang terlalu berat karena banyaknya kendaraan di Jakarta atau seperti apa?
Kalau jalan ini memang ada umurnya. Kalau jalan nasional itu rata-rata dihitung dengan bebannya paling tidak umurnya sekitar 10 tahun, setiap 10 tahun kita rekonstruksi lagi. Tapi setiap 5 tahun itu biasanya karena beban yang ada maupun kelapukan karena berubah-ubah cuacanya, kita lapis atasnya tadi tapi tidak struktural. Disamping itu, betul juga bahwa di beberapa ruas utama termasuk jalan tol beban lebih masih tetap ada. Tapi beban lebih cukup signifikan tidak hanya di Jakarta, tapi di jalan utara Pantura, lintas timur Sumatera. Padahal kalau beban lebih itu kalau di jalan kita secara teknis melihat, kita izinkan seperti di jalan tol itu 10 ton atau 1 as, kalau mereka bawa 25 ton pakainya jangan 2 as tapi 3 as, karena dibagi 10 untuk jenis konfigurasi truknya. Tidak apa-apa bannya ada tiga atau empat di bawahnya untuk menyebarkan beban tadi, sehingga 1 as tidak lebih dari 10 ton. Tapi harus diakui juga masih banyak yang beban lebih, ini yang memang kita lakukan terus kerjasama dengan kementerian yang lain dan dengan asosiasi.
Kalau dari Kementerian Pekerjaan Umum mendesak dinas provinsi untuk segera memperbaiki?
Kita sebetulnya membina juga untuk di daerah. Kita ada koordinasi juga untuk memberikan bantuan teknis sifatnya, tapi tanggung jawab didalam penyelenggaraan ada di masing-masing pemerintah provinsi, kabupaten/kota. Dalam hal tertentu kita bisa memberikan dukungan kepada daerah dalam melaksanakannya. Tentunya yang di daerah kami identifikasi juga sedang melakukan pendataan dan penanganan yang memang kondisinya mulai berlubang. Memang harus cepat distop, kalau tidak nanti eksesif istilahnya eskalasi kerusakannya. Karena air bisa penetrasi dan beban yang lewat cukup berat, apalagi di daerah-daerah yang tradisinya ada beban lebih.
Kalau untuk para pengguna jalan yang jadi korban jalan-jalan rusak ini bagaimana dengan asuransi mereka?
Kalau itu kembali ke masing-masing seperti Jasa Raharja. Tapi kita selalu mendorong untuk kalau memang daerah tadi ada yang rusak dipasang rambu-rambu dan ditunjukkan bahwa ada kerusakan jalan.
Kembali ke soal perbaikan, itu menunggu jalan itu benar-benar kering atau setelah hujan berhenti bisa langsung diperbaiki?
Kalau memang sudah tertutup biasanya kita lakukan begitu. Air biasanya kita keringkan dulu atau memang kalau ada airnya kadang-kadang dipompa kalau memang itu cukup parah, intinya tetap dikeringkan dulu.
Anda mengatakan ada perawatan 5-10 tahun untuk perbaikan atau perawatan jalan-jalan tersebut, faktornya seperti kelebihan beban dan banjir, tidak semua jalan mengalami hal yang sama. Apakah kualitas jalan tersebut disamaratakan di semua lokasi atau ada berbeda?
Kalau jalan itu yang lewat misalnya kira-kira dalam 10 tahun lewat 10 juta kendaraan, satunya 5 juta kendaraan lain kita desainnya. Dengan beban kendaraan tadi ketemu berapa ketebalan yang harus kita berikan untuk jalan tadi, dengan ketebalan tadi tentunya hitungannya kalau sudah dilewati 10 juta kita memang harus rekonstruksi lagi. Kalau dia bebannya lebih yang 10 tahun bisa turun 5 tahun atau 3 tahun.