KBR, Jakarta- Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin baru-baru ini meresmikan modul pembelajaran Islam damai untuk siswa
sekolah umum, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK. Modul Belajar Agama
Islam berbasis Rahmatan lil Alamin ini dibuat oleh guru-guru agama pilihan dan
nantinya bakal ditujukan untuk guru-guru agama di Indonesia. Modul ini akan
diterapkan terbatas di empat provinsi dulu sebagai proyek percontohan, yaitu di
Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara.
Unang Rahmat, Kepala Sub Direktorat Pendidikan Agama Islam untuk SMA, Kementerian Agama mengatakan ini merupakan salah satu ikhtiar pemerintah mengatasi potensi ajaran kekerasan atau radikalisme agama di lingkungan pendidikan. Tak hanya itu, dengan modul ini pola pengajaran agama Islam lebih menarik dari pola pengajaran sebelumnya.
“Modul ini tidak langsung diterapkan ke anak-anak. Kita latih guru-gurunya dulu untuk memahami Islam damai. Bagaimana memberikan pemahaman Islam yang toleran,” jelasnya.
Sedangkan, Heri Zakaria, Kepala Seksi Kurikulum & Evaluasi tingkat MTs, Kementerian Agama mengakui, penyusunan modul ini sudah lama dilakukan. Bahkan, tim penyusun yang merupakan guru pengajar agama Islam terbaik melakukan studi banding ke Oxford University di Inggris. Kata dia, Inggris menjadi daerah studi karena keberagaman dan toleransi antar umat beragama yang kental.
“Kami bahkan harus melakukan studi ke Universitas Oxford di Inggris. Kami mempelajari bagaimana kehidupan toleransi dan pola pengajaran agama di sana. Meskipun ada perbedaan kultur dari segi dogma pelajaran agama. Universitas Oxford memberikan pemasukan dan pemahaman Islam dalam modul ini,” jelasnya.
Heri menambahkan, selama ini sebagian masyarakat Islam di Indonesia hanya mengenal ajaran Islam soal jihad dan kekerasan. Padahal kata dia, Islam juga mengajarkan toleransi dan tata cara kehidupan bermasyarakat yang baik. Sehingga, modul ini diharapkan membawa angin perdamaian antar umat beragama yang dimulai dari tingkat pendidikan terendah hingga menengah atas. Didalamnya juga diajarkan soal kesetaraan gender dan toleransi.
Modul ini akan mulai diuji coba di 4 provinsi pada 7 September mendatang. Diharapkan, penerapan modul ini akan membawa kebaikan dan menjadikan umat Islam lebih memahami perbedaan yang dimulai dari tingkat sekolah dan bisa menerapkannya di masyarakat.
Editor: Malika