KBR, Jakarta - "Sangat terasa goncangannya, kami harus jalan merayap di lantai. Nggak bisa berdiri, pasti ambruk," Azmi Yudha Zulfikar warga Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, menceritakan peristiwa gempa 6,4 skala richer yang terjadi subuh tadi.
Ketika itu, Azmi beserta istri, masih terlelap. Tapi goncangan kuat selama 30 detik membangunkannya. Seketika itu juga, lemari, televisi, perabotan rumah tangga, berjatuhan. Dengan kondisi gelap --lantaran listrik padam, ia mengajak istri dan mertuanya keluar rumah. "Dalam gelap kami semua ke halaman. Lalu beristighfar, berzikir," ucapnya ketika dihubungi KBR, Rabu (7/12/2016).
Di jalanan, ia dan tetangga lain berhamburan. Sementara, ada beberapa warga yang memilih keluar dari Meureudu dengan mobil dan motor demi menyalamatkan diri. "Mungkin mereka langsung mencari tempat yang lebih aman. (Kenapa tak ikut juga?) Menurut perasaan saya cukup di luar saja, kami dalam keadaan gelap tak tahu mau kemana, di halaman saja." Kondisi histeris pun langsung mencengkram warga Meureudu. Pasalnya warga, trauma dan khawatir terjadi tsunami. Ada pula yang menangis.
Agak beruntung karena rumah Azmi masih utuh. Sedangkan rumah tetangganya, ada yang roboh. "Kebanyakan yang roboh itu rumah/ruko, termasuk ada tiga masjid yang juga roboh total. Tiang penyangganya habis." Bantuan dari pemda pun, kata Azmi, baru datang selang dua hingga tiga jam. Dalam pengamatannya, puluhan rumah hancur dan masih ada korban yang terjebak di dalam.
Ketika ia hendak pulang ke rumah orangtuanya, jalan-jalan retak. "Beberapa titik harus hati-hati. Begitu juga jembatan, agak mengkhawatirkan takutnya roboh." Sementara ambulans, kata Azmi, masih berseliweran di sepanjang jalan.
Baca juga:
Gempa Pidie Jaya, Dinkes Evakuasi 21 Korban Tewas, Sebagian Anak-anak
Gempa Pidie Jaya, Kampus Institut Agama Islam Al Aziziyah Runtuh
RSUD Pidie Jaya Rusak Kena Gempa, Pasien Dirawat di Halaman
Editor: Damar