Bagikan:

Jatah Saham Freeport, Setnov Tak Bisa Dijerat Pasal Suap dan Pemerasan

Setnov bisa dijerat dengan 3 Undang-undang

BERITA | NASIONAL

Senin, 14 Des 2015 16:54 WIB

Author

Rio Tuasikal

Jatah Saham Freeport, Setnov Tak Bisa Dijerat Pasal Suap dan Pemerasan

Ketua DPR Setya Novanto (Sumber DPR)

KBR, Jakarta - Ketua DPR Setya Novanto bisa dijerat 4 pasal pidana terkait dugaan percaloan saham Freeport. Pengamat Hukum Pidana Universitas Indonesia, Ganjar Laksmana menyatakan, pasal itu adalah pasal 3  dan pasal 15 UU Anti-Korupsi tentang permufakatan jahat,   pasal 378 KUHP tentang percobaan penipuan dan pasal 5 UU no 28/1999 tentang kewajiban penyelenggara negara.

Kata dia, Kejaksaan tidak perlu menunggu kerugian negara untuk menjerat Setnov. Sebab UU Korupsi membolehkan penyelidikan sejak potensi kerugian itu ada.

"Karena di situ dibilang "dapat", berarti kerugian keuangan negara bukan syarat mutlak. Artinya tidak harus ada kerugian, cukup dapat," jelasnya dalam diskusi di  Jakarta, Senin (14/12/2015) sore.

Pasal 3 antikorupsi berbunyi: “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).” 

Ganjar melanjutkan, "ditambah lagi penjelasan UU 31 tahun 99, delik korupsi adalah delik formil, yaitu perbuatan yang dilarang. Jadi tidak perlu menuggu akibat kerugian keuangan negara. Nggak perlu. Cukup begitu perbuatannya selesai dilakukan, berarti tindak pidananya ada."

Ganjar menjelaskan, pasal suap dan pemerasan tidak bisa menjerat Setya. Sebab, dia tidak memberi atau menerima suap. Politisi Golkar itu juga tidak menggunakan kekerasan fisik ketika bernegosiasi. 

Kasus ini mencuat setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said  melaporkan Ketua DPR Setya Novanto yang diduga mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia. 

Pelaporan itu dibarengi dengan penyerahan tiga halaman transkrip rekaman pembicaraan antara petinggi DPR dengan PT Freeport Indonesia yang mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Selain mencatut nama Jokowi dan JK untuk menjanjikan kelanjutan kontrak PT Freeport dengan meminta saham 20 persen yang disebut untuk RI-1 dan RI-2.

Sudirman juga melampirkan adanya permintaan supaya PT Freeport berinvestasi di proyek pembangunan PLTA di Urumuka, Papua, dengan meminta saham  sebesar 49 persen.  Selain itu Sudirman juga mengirimkan rekaman perbincangan dengan durasi sekira 12an menit.


Editor: Rony Sitanggang     

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending