KBR, Jakarta -Penegakan hukum dan perlindungan HAM di Indonesia dinilai semakin memburuk. Kontras mencatat terjadi pelanggaran kebebasan sekitar 238 peristiwa sepanjang 2015. Pelaku terbanyak dilakukan oleh Kepolisian (85 peristiwa), disusul pejabat pemerintahan (49), ormas (31), dan TNI (17).
Koordinator Kontras Haris Azhar menduga hal ini disebabkan Presiden Joko Widodo tidak paham hukum, dan membiarkan keputusan dibuat bawahannya. Kata dia, lemahnya kepemimpinan Jokowi ini dimanfaatkan pejabatnya untuk membuat manuver politik.
"Saya menganggap bahwa Jokowi ini orang yang gagal menjamin kebebasan warga. Saya menduga dia tidak paham persoalan politik hukum, politik keamanan," kata Haris Azhar di Cikini, Kamis (10/12).
Haris melanjutkan, "dan dia seperti membiarkan persoalan-persoalan ini diatur oleh orang-orang yang ada di bawahnya secara struktural. Menkopolhukam, Kejaksaan Agung, Kepolisian, Panglima TNI, Menhan, termasuk Kementerian Luar Negeri yang juga ikut-ikutan mengganggu mahasiswa di Belanda, jangan datang ke IPT."
Kontras juga mencatat dari 230an kasus pembatasan kebebasan tersebut, mahasiswa menjadi korban paling banyak yakni sekitar 394 orang, disusul masyarakat 233, aktivis prodemokrasi 150, jurnalis 125, dan buruh 87 orang. Haris Azhar memperkirakan, tahun depan tren pelanggaran HAM bakal makin memburuk lantaran munculnya aktor baru seperti kampus.
"Saya menduga ke depan akan lebih bermasalah dalam kebebasan warga, karena pelakunya tidak hanya polisi, tapi meluas, TNI juga, lalu forum-forum warga juga banyak melakukan tindakan mengancam. Ada aktor baru, misalnya kampus," pungkas Haris.
Editor: Rony Sitanggang
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai