Bagikan:

Konflik Lahan di Cilacap, Tiga Rumah Petani Dibakar

Warga tengah bersengketa dengan petani atas lahan seluas 500 hektare.

BERITA | NUSANTARA

Selasa, 17 Nov 2015 17:03 WIB

Konflik Lahan di Cilacap, Tiga Rumah Petani Dibakar

Konflik agraria, rumah petani di Cilacap dibakar (Foto: KBR/M. Ridlo)

KBR, Cilacap – Tiga rumah petani di Desa Grugu Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah diduga dibakar. Tokoh petani setempat, Ucok Suwondo mengatakan pembakaran diduga merupakan buntut dilarangnya pendirian rumah di lahan yang disengketakan oleh Perhutani dan warga seluas 500 hektare.

Hal ini terungkap dalam Diskusi Program Percepatan Kedaulatan Pangan pada Lahan Kehutanan yang digelar Rumah Aspirasi Budiman Sudjatmiko (RAB) Purwokerto. Dalam diskusi tersebut hadir Anggota Komisi 2 DPR RI Budiman Sudjatmiko, Gugus Tugas Kedaulan Pangan, Anggota DPRD Cilacap Taswan, Muspika, Pemeritah Desa dan Puluhan Petani dari sejumlah wilayah di Cilacap.

Kronologinya, pada awal Oktober 2015 ada pertemuan antara petani, Perhutani, Pemerintah Desa dan pemerintah kecamatan di Balai Kecamatan Kawunganten untuk membahas konflik agraria di Kawunganten. Perhutani menyatakan bahwa di area Grugu yang tengah disengketakan tidak boleh didirikan rumah.

"Kebakarannya kan setelah ada pertemuan dengan Perhutani di Kecamatan Kawunganten. Setelah sehari, dua hari, itu satu hari satu rumah dua hari, Jumatnya, satu rumah, setelah itu setengah bulan satu rumah lagi. (Rumah siapa saja) itu rumah nya Pak Jasmita, Rumah Kaki Moyo kemudian rumah Pak Wahidin. (Itu kenapa ada dugaan dibakar) Soalnya, kalau mengingat sekitar rumah itu bersih (tidak ada semak ), jadi tidak mungkin itu kebakaran lahan, lalu api dari lahan masuk masuk ke dalam rumah tidak mungkin." Jelas Ucok, Selasa (17/11/2015).

Warga, kata Ucok, sudah melaporkan kejadian ini ke Polsek Kawunganten. Namun hingga kini tidak ada tindak lanjut dari aparat kepolisian.

Sementara, Anggota Gugus Tugas Kedaulatan Pangan Kementerian Kehutanan, Barid Hardiyanto menyayangkan kejadian tersebut. Ia prihatin, pendekatan fisik dan kekerasan masih dilakukan di era yang sudah sangat terbuka ini. Ia juga merasa heran, kejadian ini baru terungkap selang sebulan setelah kejadian.

Ia meminta kepolisian segera menindaklanjuti laporan ini. Menurut dia, kejadian ini menunjukkan Perhutani masih kerap bertindak represif.

Editor: Rony Sitanggang

 

Dari Cilacap, Jawa Tengah, Muhamad Ridlo KBR.

  

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending